Prologue

5.3K 385 1
                                    

"Kim Taehyuuung!!!"

Seorang anak lelaki berseragam sekolah itu hanya menguap saat seorang guru meneriaki namanya

Dia berdiri dengan tangan di masukkan kedalam kantung celana dan menatap malas kearah gurunya. Dimarahi oleh guru sudah menjadi sarapan sehari-hari baginya

Tentu saja dia tidak terkejut lagi

"Kenapa kau terus berkelahi dengan temanmu eoh? Apakah kau tidak bosan? Kau pikir sudah berapa siswa yang kau pukuli selama ini?!!"

Siswa berambut coklat itu mendekatkan wajahnya ke telinga guru yang sedang duduk di hadapannya

"Oh saem...ada satu hal yang perlu kau tahu. Aku tidak akan memukul orang jika bukan dia yang memulainya, jika kau tidak ingin babak belur sebaiknya jangan pernah memarahiku lagi"

Setelah mengatakan itu, Taehyung langsung melenggang pergi meninggalkan guru yang hanya memasang ekspresi kaget itu

"Aigo anak bandel itu, jika bukan karna ayahnya mungkin aku sudah mencekiknya hingga mati!"

Semua siswa di sekolah elit itu tahu bahwa ada satu siswa yang paling ditakuti baik oleh siswa maupun guru

Dia adalah Kim Taehyung

Lelaki tinggi itu sering mendapat luka di wajahnya karna perkelahian yang dilakukannya

Walaupun sering mendapat teguran dari berbagai pihak, dia tidak pernah mau mendengarnya. Baginya, semua itu hanyalah omong kosong yang akan berlalu seiring berjalannya waktu

Seperti saat ini, dia mendapatkan luka goresan dengan darah yang sudah mengering di pelipisnya dan juga memar di lengan kirinya setelah berkelahi dengan seniornya

Dia tidak akan bermain-main dengan orang yang berani macam-macam dengannya, tidak perduli siapapun itu

Dengan statusnya sebagai anak dari seorang presdir di salah satu perusahaan terbesar di Korea, dia tidak ingin bersikap sopan dan ramah seperti yang diharapkan dari anak konglomerat sepertinya

Bagianya, hidup itu bukan di tentukan oleh orang lain, hidup itu harus berjalan sesuai dengan keinginannya sendiri. Karna hanya itulah yang membuatnya bahagia

Sangat berbeda dengan siswa unggulan di sekolahnya, Jeon Jungkook

Taehyung melihat papan pengumuman daftar peringkat dari ujian yang beberapa hari lalu diadakan

Dia melihat nama Jeon Jungkook ada di baris pertama sementara namanya sendiri ada di baris paling bawah

Mereka sangat berbanding terbalik

"Persetan dengan peringkat bodoh!!" Taehyung memukul papan pengumuman itu

"Siapa perduli dengan sekolah...semua juga sudah diatur, tidak akan ada gunanya belajar"

##

"Tidak-tidak...kau harus membaginya dulu baru kau akan menemukan hasilnya"

"Waah sekarang aku jadi mengerti, kau benar-benar jenius Jungkook-a, aku bahkan lebih mengerti saat kau yang menerangkan dibandingkan dengan guru lesku"

"Kau tidak boleh bicara seperti itu, dia juga gurumu"

Lelaki dengan gigi kelinci itu terkekeh mendengar pujian dari temannya, walaupun sudah sering dia mendengar pujian seperti itu namun kalimat-kalimat pujian itu selalu berhasil membuatnya tersenyum

"Baiklah, jika aku ada kesulitan aku akan bertanya lagi padamu, seperti biasa" lelaki berambut coklat itu melayangkan kedipan matanya pada Jungkook

"Tidak perlu sungkan Hoseok-a"

Setelah lelaki bernama Hoseok itu pergi, Jungkook kembali melihat buku catatan matematika yang penuh dengan rumus beserta penjelasan diatas mejanya itu

Dia membalik lembar demi lembar, tanpa bosan dia terus melakukan itu setiap hari

Jungkook menghembuskan nafasnya berat lalu melihat keluar jendela

Di sana dia melihat anak-anak yang sedang bermain sepak bola, mereka terlihat sangat gembira, mereka tertawa diselingi dengan senda gurau seakan tidak memilik beban di hidupnya

Jungkook melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 4

Walaupun dia masuk ke sekolah elit dimana hanya para chaebol saja yang bisa sekolah di sana. Bukan karna banyak uang, namun karna kecerdasan otaknya yang bisa membuat Jungkook berada di sini sekarang bersama dengan deretan para chaebol itu

Karna Jungkook tidak berasal dari keluarga yang kaya raya seperti mereka, dia harus berusaha sangat keras agar bisa terus bersekolah

Baginya jika ingin mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, dia harus berusaha dengan keras, seorang diri. Jika tidak begitu maka dia todak akan ada bedanya dengan debu-debu yang menempel di buku yang sudah usang

Jika dia tidak melakukan itu, siapa yang akan membantunya?

Dunia ini kejam, itulah yang ada di pikiran Jungkook

Jungkook harus berusaha mati-matian belajar siang dan malam agar nilainya selalu bertahan di atas

Krriing

Karna hanya itulah, satu-satunya cara agar dia bisa terus melanjutkan sekolahnya

Jungkook memasukkan semua barangnya kedalam tas, bersiap untuk pulang ke rumahnya

"Jungkook-a! Kau mau pulang bersamaku?"

"Ani-ya Hoseok-a, aku sedang ingin berjalan sekarang"

"Kau selalu menolak tawaranku, aigo"

"Mianhae.."

Epiphany - TaeKook (END)Where stories live. Discover now