0. That Place

5.6K 457 84
                                    

Seorang pria dengan surai seputih salju berjalan menyusuri jalanan desa dengan wajah muram. Ini sudah sore menjelang malam, tetapi manusia sudah cukup ramai yang memulai aktifitasnya.

Orang-orang yang melaluinya melemparkan tatapan aneh padanya. Mungkin karena banyaknya bekas luka di tubuhnya. Atau mungkin karena seragam pemburu iblisnya? Entahlah, memangnya siapa yang bisa menebak isi pikiran manusia?

Netra ungu buramnya menatap lurus dengan sorot pandangan yang menyiratkan dua hal: kehampaan, dan kesepian. Hatinya mulai mati rasa. Sejak kejadian beberapa tahun lalu, ia sudah tidak peduli akan apapun lagi. Warna dalam hidupnya sudah hilang, memudar sepenuhnya. Menyisakan gambaran sensasi yang monokrom.

Angin musim semi yang hangat menerpanya. Memberikan sensasi hangat yang lembut di kulitnya yang dipenuhi bekas luka. Tapi kehangatan itu tak dapat menjangkau hatinya.

Menyebalkan.

Ia benci terpaan angin hangat di musim semi.

Itu mengingatkannya akan orang itu. Bentuk mata tajam dengan sorot mata sendu nya. Suaranya yang tenang dan lembut. Senyumannya yang menghangatkan hati. Sifatnya yang pendiam namun hangat.

Pria itu—Shinazugawa Sanemi—masih ingat dengan jelas bagaimana orang itu mengobati luka-lukanya setelah ia dipukuli habis-habisan oleh ayahnya.

Ayah Sanemi memang bukanlah ayah baik pada umumnya. Beliau adalah tipe ayah pemarah yang selalu melampiaskan emosinya pada anak-anaknya.

Di hari itu, pada siang di musim semi yang indah, ayahnya memukulinya habis-habisan. Entah apa penyebabnya. Yang Sanemi rasakan saat itu hanyalah rasa sakit. Baik fisik maupun perasaan. Ia kecewa pada ayahnya sendiri.

Ibunya berusaha melindunginya dari pukulan ayahnya. Tapi, karena secara fisik ibunya paling kecil di keluarganya, maka dengan mudah ayahnya menghempas ibunya.

Jeritan ibunya adalah hal terakhir yang Sanemi dengar. Satu pukulan lagi lalu semuanya gelap.

Saat ia kembali tersadar, hal pertama yang ia lihat adalah orang itu yang menatapnya dengan alis yang bertaut—ekspresi kekhawatiran.

Sejenak, Sanemi sempat terpaku akan penampilan orang itu. Terlampau indah untuk disebut manusia. Kulit pucat dengan mata berbentuk tajam tapi bersorot sendu, bibir merah muda tipis yang menggoda, serta pipi dengan rona alami. Ah, dan jangan lupakan surai indahnya yang terlihat seperti benang sutera. Penjepit rambut berbentuk mawar di samping kepalanya menambah poin keindahan tersendiri. Rona merah tipis menghiasi kedua pipi Sanemi.

"Ah, kau sudah sadar? Syukurlah..!"

Suaranya terdengar rendah juga lembut. Seolah-olah tak ingin mengejutkan Sanemi. Benar-benar indah.

"Di mana... aku?-apakah ini surga? Dan orang ini adalah dewi..?"

"Ah, kau berada di rumahku. Kau tadi pingsan di jalan dengan banyak luka. Setelah meminta izin pada ayah, ia memperbolehkanku membawamu pulang dan mengobati luka-lukamu."

"..." Sanemi masih terpaku pada orang itu.

Tapi, rasa perih di tangannya saat orang itu mengobatinya membuatnya tersadar bahwa ia masih hidup. Ia masih di bumi, belum di surga.

Sanemi mengucapkan terimakasih dengan agak terbata. Gugup sebab keindahan orang itu, juga karena ini pertama kalinya ia ditolong orang selain ibunya.

Orang itu kembali membuka lisannya, menawarkan Sanemi untuk makan bersama. Tentu saja Sanemi menolaknya dengan halus. Ia merasa tidak enak juga canggung dengan perlakuan baiknya.

Tapi orang itu sedikit memaksa. Akhirnya Sanemi memutuskan mengambil sepotong ohagi. Diluar dugaan, rasanya benar-benar enak. Sejak saat itu, ohagi menjadi makanan kesukaannya.

Orang itu tersenyum cerah mendengar pujian Sanemi lalu menyuruhnya membawa sebagian ohagi itu untuknya dan keluarganya.

Ah, sungguh kenangan yang terlampau indah bagi Sanemi. Bagaimana bisa orang asing yang tak mengenalnya memperlakukannya sebaik itu?

Oleh karena itu, Sanemi menganggapnya malaikat. Memang terdengar sedikit konyol. Tapi, biarlah, toh orang itu memang seperti malaikat penyelamat baginya.

Jika orang itu tidak ada, entah apa yang akan terjadi.

Kembali ke masa sekarang. Langkah kakinya terhenti di hadapan seonggok pohon sakura di halaman belakang rumah yang sekarang kosong.

Bunga-bunga sakura mekar dengan indahnya. Kembali mengingatkannya akan kenangan bersama orang itu. Kenangan akan kencan pertama mereka—jika itu bisa disebut kencan.

Musim semi yang indah, mereka berdua telah membuat janji beberapa hari sebelumnya. Janji bertemu di bawah pohon sakura untuk minum teh ditemani ohagi bersama. Ya, hanya Sanemi dan orang itu. Hanya mereka berdua. Tanpa ada orang lain yang mengganggu.

Beberapa kelopak sakura berjatuhan dan beberapa lepas karena terpaan angin musim semi yang hangat. Menciptakan pemandangan yang indah.

Sungguh kenangan yang begitu berharga bagi Sanemi. Karena, dengan adanya orang itu, hari-harinya terasa jauh lebih indah. Juga lebih mudah dilalui. Saat bersama orang itu, rasanya ia bisa menghadapi apapun.

Namun, sekarang orang itu sudah tidak ada. Menyisakan luka yang mendalam bagi Sanemi. Juga penyesalan yang menyiksa.

Karena, ia belum mengungkapkan perasaan terdalamnya yang ia pendam untuk orang itu.

Semua karena ia adalah seorang pengecut. Ia tak berani mengucapkan satu kata yang mewakili seluruh perasaannya: suki.

Sesungguhnya, ia benci mengenang masalalu. Tapi, penyesalannya dan perasaan nostalgia yang ia rasakan membuatnya berulang kali datang ke tempat ini saat ia memiliki waktu senggang.

Jika ia tidak memiliki waktu, ia akan mengatur waktu untuk datang sebentar ke tempat ini. Tak peduli seberapa sibuk dirinya sebagai hashira.

Sekali lagi, semilir angin membuat beberapa kelopak sakura berjatuhan. Sanemi menghela napasnya pelan.

"Jika dia masih ada, sekarang dia sedang apa 'ya..?"

Sanemi tersenyum tipis mengingat orang itu. Namun air muka nya kembali berubah masam karena gagak pembawa berita miliknya menyampaikan sebuah misi baru dari atasan.

Baiklah, aku ada tugas sebentar. Lainkali aku akan kembali mengunjungimu! Sampai jumpa lagi!

***

Yoriichi (>_<)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yoriichi (>_<)

Ff Nemi tapi bannernya Yoriichi :V

Nostalgia (Sanemi x Reader)Where stories live. Discover now