6. Friendzoned

2K 227 189
                                    

"Yo, Eren~" seorang gadis pucat berambut pendek sebahu berseru dengan nada ceria sembari memasuki ruangan yang cukup remang. Seorang gadis yang juga sama pucatnya, berambut hitam yang diikat berantakan di pojok ruangan yang sedang terkekeh-kekeh pelan menghentikan aktifitas menulis di buku besar nan tebalnya sejenak.

"Ehehehaha...Yo, Riyuu-chan!! Ada apa? Ha..hahaha..." Seru gadis yang dipanggil Eren itu dengan nada heboh yang dibuat-buat—juga dengan tawa bernada rendah yang menyertai. Jika sudah bertemu, mereka selalu heboh. Julukan duo bencana yang disematkan pada mereka tampaknya memang cocok.

"Tampaknya akan ada konflik baru!" Mata biru gelap gadis berambut pendek yang dipanggil Riyuu itu menyipit karena senang. Senyum lebar terpatri di wajah cantiknya.

Eren membulatkan mata hijau pucatnya. Perasaan terkejut bercampur dengan perasaan senang. "Wah, benarkah? Ceritakan padaku, Riyuu!" Pinta Eren. Gadis berambut hitam sebahu itu duduk di samping Eren dan terlihat antusias bercerita.

"Wah, tak kusangka akan jadi begini. Ini akan seru."

***

[Name] duduk meringkuk di pojok kamarnya yang cenderung gelap. Ia menenggelamkan kepalanya ke dalam lipatan tangannya.

Sudah seminggu sejak ia mengatakan hal menyakitkan itu pada Sanemi. Ia masih merasa bersalah dan tak mau keluar rumah jika tak ada keperluan yang mendesak. Sebenarnya, ia tak ingin berkata demikian. Yang ingin ia lakukan adalah membalas pelukan Sanemi dan berkata "aku juga merindukanmu".

Tapi, itu mustahil. Ia sudah tidak punya kesempatan untuk itu. Lagipula ia tak yakin setelah tahun-tahun yang berlalu, apakah pemuda itu masih memiliki perasaan yang sama seperti miliknya.

Ditambah, gadis berjepit kupu-kupu itu— Kocho Kanae, tampaknya cukup dekat dengan Sanemi. Mungkin Sanemi sudah melupakan perasaan mereka dulu. Ya, pasti begitu. Sanemi hanya merindukannya sebagai seorang teman masa kecil dan tidak lebih.

Yah, tak apa. [Name] akan membuang perasaannya jauh-jauh. Mulai saat ini, ia dan Sanemi tak lebih daripada sekedar rekan dalam satu pekerjaan-- jika mereka ada misi bersama.

Ketukan pelan terdengar di pintu. Kali ini, meskipun [name] sedang malas menemui siapapun. Paling [name] hanya akan mengusir orang yang mengunjunginya. Secara halus tentunya.

"Hmm? Giyuu-san..?"

"Yo~ [name]-san kenapa? Kok lesu begitu?"

"Aku hanya lelah 'kok. Hanya butuh istirahat sebentar. Kamu tolong pulang dulu 'ya..."

Giyuu menekuk alisnya. "Bohong. Jika ada masalah kamu bisa cerita padaku 'kok! Dan ini, aku bawakan [fav food]."

[Name] berusaha tersenyum. "Terimakasih, aku akan membalasnya nanti. Tapi sungguh, aku tak apa," gadis itu tak punya alasan menolak makanan pemberian temannya.

"Apa ada seseorang atau sesuatu yang mengganggumu? Beritahu aku, akan kubantai dia," ucap Giyuu dengan ekspresi santuy-nya. Ia takkan membiarkan orang yang membuatnya merasa nyaman diganggu oleh siapapun, oleh apapun.

"... tidak 'kok..." gadis itu menunduk berusaha menyembunyikan airmatanya yang mulai menggenang. Tangannya yang menggenggam pembungkus kain yang berisi makanan itu bergetar.

Giyuu menepuk pelan bahu [name]. "Setidaknya beritahu aku jika kamu ada masalah. Mungkin aku bisa bantu meski sedikit..."

Sudah. Gadis bersurai [hair color] itu sudah tidak bisa membendungnya lagi. Ia mulai terisak. "... kubilang tidak 'ya artinya tidak..!"

Nostalgia (Sanemi x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang