11. Stargazing

1.2K 158 14
                                    

(Alternate title: Ryuusei Monogatari :>)

***

Pemuda dengan surai salju—Shinazugawa Sanemi berjalan pelan melalui jalan setapak dalam hutan yang gelap. Terangnya sinar bulan tak cukup untuk menerangi langkahnya.

Tapi itu sudah cukup untuk membuatnya bisa melihat sekitarnya—setidaknya, tanpa lentera atau alat penerangan lainnya. Gagak pembawa berita-nya memberitahukan bahwa ada banyak iblis di hutan ini—dan ia lagi-lagi ditugaskan bersama Kanae.

Bukan karena ia membencinya, tapi karena ia tak ingin menyakiti gadis itu lebih jauh. Sebab kehangatan yang diberikan oleh gadis kupu-kupu itu tak pernah menjangkau hatinya.

Jadi, dengan perilaku yang cenderung kasar itu, ia berharap agar Kanae berpaling darinya dan melabuhkan hati pada pria lain yang dapat menerimanya secara keseluruhan. Yang tak akan menorehkan luka pada gadis itu. Sanemi bukanlah orang jahat yang akan memanfaatkan gadis yang menyukainya—namun tidak menarik perhatiannya. Itu sebabnya ia memberi respon yang terus terang menyatakan bahwa ia tidak tertarik sedikitpun.

Sanemi menghela napasnya pelan. Entah kenapa, rasa sepi itu kembali menjalari hatinya. Seharusnya, pertemuan sekejap dengan [name]―orang yang menjadi kerinduan-nya sudah cukup untuk menghilangkan rasa sepinya. Setidaknya, itu yang ia kira...

Akan tetapi, perasaan rindu terkutuk itu malah semakin melilitnya kuat. Ya, sejak awal seperti itu dan akan selalu seperti itu.

Ditambah fakta bahwa, gadis itu tampak menjaga jarak darinya belakangan ini—entah apa penyebabnya. Tapi tak apa. Itu hanya masalah waktu, mereka akan kembali dekat seiring berjalannya waktu.

Sejauh ini, ia sudah membunuh enam iblis. Gagak pembawa berita tidak memberitahu pasti berapa jumlah iblis yang ada. Lagipula, jika misi sudah selesai pasti gagak itu akan menginformasikannya.

Lengan kekarnya mengayunkan pedang. Menebas leher dari iblis berambut perak yang berusaha menyerangnya—membuat iblis itu menyumpah dan mengutuk sambil menangis. Sorot keputusasaan tergambar jelas di mata iblis itu.

Tapi, Sanemi tidak peduli.

Baginya, iblis hanyalah mahkluk yang hina. Mahkluk yang rela mengorbankan mahkluk hidup lain demi hasratnya sendiri. Yang seperti itu samasekali tidak pantas ada di dunia...

Langkah kakinya terhenti di tepian sebuah danau nan jernih. Bintang-bintang yang bertabur di langit malam terpantul sempurna pada danau.

Ah, bintang 'ya?

Sanemi masih ingat betul bagaimana indahnya bintang yang terpantul pada bongkah [eye color] milik [name]. Membuat benaknya kembali memaparkan wajah yang menjadi kerinduan-nya.

Otaknya kembali memutar gulungan kenangan. Malam itu, bintang-bintang bertabur bak glitter di atas kertas hitam. Dia dan [name] duduk berdua di bawah pohon sakura di belakang rumah [name].

Dengan tangan yang saling bertaut hangat. Sanemi masih ingat betul bagaimana tangan itu begitu pas dalam genggaman-nya—juga teksturnya yang halus nan hangat.

Ia juga masih ingat bagaimana nada lembut itu melontarkan kalimat, "...bintangnya indah, bukan 'Nemi?"

Untuk menutupi kegugupannya, ia hanya memberi jawaban singkat, "ya. Kau benar..." ia bisa melihat sedikit dari sudut matanya, sebuah senyum manis dikembangkan oleh gadis itu pada-nya. Ya, hanya pada-nya dan hanya untuk-nya seorang.

Mengingatnya membuat Sanemi merasakan kehangatan aneh yang bergumul di dada. Di tempat jantungnya berdetak. Perlahan, kehangatan itu menyebar hingga bisa menenangkan seluruh pikirannya.

Nostalgia (Sanemi x Reader)Where stories live. Discover now