Bagian 28

108K 5.6K 589
                                    

°°°King Bullying

-o0o-

"Selesaikan masalah kalian di sini, sekarang juga!" Agra menoleh pada sumber suara, nyaring terdengar di depan pintu markas nya. Figo, dengan terengah dia menarik Carla datang ke sini, di hadapan Agra. Figo menutup pintu markas, lalu menyenderkan badannya di belakang pintu.

Agra kembali mengalihkan pandangan, menghisap lalu menghembuskan rokok yang perlahan terbakar habis. Baginya, Carla adalah pemandangan paling buruk yang pernah ia temui. Sedangkan Carla berdiri mematung memandang Agra dan Figo secara bergantian. Ia sungguh tak tahu harus bersikap seperti apa.

Melihat kedua sahabatnya diam seribu bahasa. Figo segera mengawali, "kenapa kalian diam?"

"Lalu aku harus apa? Memohon untuk menjadi sahabatnya lagi? Cih! Aku tidak butuh pengecut yang hanya membutuhkan badanku!" sahut Carla.

Merasa terpancing, Agra menoleh. "Aku juga tidak butuh jalang yang memanfaatkan situasi itu sebagai senjatanya!" ucapnya sembari melempar putung rokok yang hanya tersisa seperempat bagiannya.

"Aku tidak akan memanfaatkan situasi itu jika kau tidak melakukanya!" protes Carla terhadap Agra yang menanggapinya tenang.

"Oh benarkah? Bukankah kau 'mencintaiku' sebelum momen itu terjadi? Bukankah karna itu sehingga kau merelakan tubuhmu demi orang yang kau anggap pengecut ini?" ucap Agra menekankan kata mencintai.

Carla terdiam, ia tidak akan menyangka Agra akan seperti ini. Kepalanya dipenuhi oleh kata 'seandainya'. Carla menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya perlahan. Apa yang telah ia fikirkan malam tadi sudah menjadi keputusannya. Jika saja Agra tidak bertindak sebenci ini terhadap Carla, maka Carla mungkin bisa sedikit sabar dan mencoba membujuknya. Namun, di lihat dari caranya berbicara sepertinya Carla sudah kehilangan harapan untuk bisa menjadi sahabat Agra lagi.

"Baik kau tidak usah khawatir, anakmu sudah aku gugurkan dan masalah diriku yang katamu seperti 'jalang' ini tidak akan menampakan wajahnya lagi!"

Carla berjalan mendekati pintu lalu mendorong kasar badan Figo hingga terhuyung kesamping, Carla membuka daun pintu sedikit. Kakinya berhenti melangkah, lalu bibirnya gemetar mengucapkan kata yang sebenarnya tak ikhlas ia ucapkan.

"Tenang saja aku akan pergi ke Korea Selatan, negeri impianku. Tapi tidak sekarang, selesai ujian. Aku janji wajahku ini tidak akan mengganggumu!" kemudian ia pergi setelah menutup pintu. Meninggalkan Agra yang terdiam merenung dan Figo yang merasa kebingungan harus berbuat apa.

-o0o-

Matanya berkelana menjelajah seisi ruang perpustakaan. Tangannya cukup pegal untuk merangkum tugas dua bab milik Agra. Ia mendaratkan kepalanya di atas meja, lalu menghembuskan nafas jengah. Sampai kapan ia akan di perbudak oleh pria sialan itu?

Ia memejamkan mata sejenak, mengurangi rasa penat yang menumpuk di bagian belakang kelopak mata. Jari-jarinya memerah akibat terlalu banyak menekan untuk menulis. Perpustakaan cukup sunyi, gadis itu sengaja membolos pelajaran Bahasa Inggris. Toh guru mapel yang satu itu hanya meninggalkan pr dan ada kepentingan sehingga tidak masuk ke kelas. Daripada Zara hanya melamun atau melihat teman satu kelasnya berceloteh mending ia pergi ke perpustakaan dan menyelesaikan tugas laknat itu.

Zara terlalu menikmati posisinya hingga ia terkejut akibat benda dingin menyentuh kulit pipinya. Dengan segera ia membuka mata dan menegakkan badannya. Betapa terkejutnya mata yang masih sayu itu.

Oki menyodorkan satu botol jus jeruk pada Zara yang masih melamun sebab kedatangannya. Oki terkekeh atas reaksi sahabatnya itu, sudah ia duga pasti Zara akan terkejut. Melihat tak ada pergerakan Zara untuk menerima minuman pemberiannya, Oki mendekatkan botol itu pada Zara.

"Aku tahu kau terkejut, tapi aku mohon dengarkan penjelasanku! " ujar Oki.

"Aku sudah sangat faham, Ki. Awalnya ku kira kau sahabat yang sebenarnya, tapi sekarang aku sadar kebaikanmu hanya karna kau ada rasa itu kan?" Zara menutup buku tulis serta buku paketnya. Tanpa menyentuh minuman pemberian Oki sama sekali.

"Tidak, sama sekali tidak. Maafkan aku, aku tidak becus mengkontrol perasaanku sendiri. Aku tahu aku sahabat munafik, tapi... tapi tenang saja aku akan membuang perasaanku asal kau kembali menjadi sahabatku. Ya? "

Zara tersenyum simpul kemudian mengembalikan buku paket di rak belakangnya. Ia tidak kembali duduk, hanya mengambil buku tulis milik Agra dan mengambil pena yang ia selipkan pada kantong baju. Kemudian, ia menatap pada minuman yang Oki beri.

Mendekatkan botol itu pada Oki, lalu berkata "jangan menjanjikan sesuatu yang belum pasti bisa kau lakukan, itu sulit. Maaf aku tidak bisa menerima minuman ini, dan maaf jika aku mengatakan ini. Jangan temui aku sebelum perasaan konyolmu itu hilang!" kemudian gadis itu pergi meninggalkan Oki yang merasa bimbang.

Hatinya sangat kacau, mengapa ia memiliki perasaan bodoh itu? Padahal Zara adalah sahabat yang paling berharga di hidupnya. Tetapi apa? Ia menghancurkan persahabatannya dengan tanganya sendiri. Ia menopang kepala pada tumpukan kedua tangan. Benar saja, cinta mampu membuat dunianya hancur bahkan dalam waktu satu detik.

-o0o-

King Bullying [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now