Bagian 44

116K 5.6K 766
                                    

°°°King Bullying

-o0o-

Di sebuah ruang tamu besar dengan perpaduan antara warna gold dan merah maroon mendominasi. Aura menegangkan, dingin dan diam. Mereka menunggu biang dari masalah ini datang. Zara menunduk tidak berani menatap mereka yang tengah membisu, Oki menatap kasihan ke arah Zara, Mahendra dan Hanin saling tatap tetapi kebisuan memaksa mereka serta Oma menatap nyalang ke arah Hanin yang datang kemari.

Pusat dari permasalahan ini ada pada pria yang kini berjalan santai lalu duduk di sofa tunggal. Ia baru saja datang, hampir satu jam mereka menunggu kedatangan pria memakai hoodie abu-abu ini. Kemudian semua mata terpusat padanya kecuali Zara namun tatapannya tertuju pada gadis yang menunduk itu.

"Apa benar kau menghamili wanita ini?" tanya Mahendra dengan nada datar. Ia belum terpancing sama sekali.

Agra terdiam.

"Agra kau mengham--" ucapan Hanin terpotong oleh Agra.

"Tidak!" jawab Agra tegas.

Hanin merapatkan bibirnya, bahkan Agra seolah tidak ingin mendengar suaranya. Sebenci itukah ia pada Hanin.

"Kak Agra bohong!" bantah Oki.

Kini tatapan Agra tertuju pada Oki yang duduk di sebelah Zara. Ia menatap tajam kearah adiknya itu. Berani sekali adiknya membantah perkataannya.

"Oke aku hanya menyetubuhinya dan jika kalian menganggap wanita itu hamil semuanya salah besar!" lantas ucapan Agra di sambut dengan surat yang di lemparkan oki di atas meja. Semua orang menatap surat putih bertanda rumah sakit itu.

"Silahkan di baca!" kata Oki dengan nada perintah.

Agra mengambil surat itu, membuka amplopnya dan matanya bergerak mengeja kata per kata yang terpapar di kertas itu. Jantungnya bekerja dua kali lipat dari biasanya. Baru kali ini ia merasa kalah dari seseorang. Otot di dahinya menonjol pertanda dia benar-benar emosi.

Ia membuang surat itu di atas meja tanpa di rapikan kembali.

"Dia sudah mengeceknya menggunakan testpack dan hasilnya negatif!" bantah Agra.

"Apakah testpack lebih kau percaya daripada surat dari dokter?" Mahendra masih tenang. Baginya ini perkara biasa, tak serumit ketika Agra membunuh seseorang.

"Bisa saja surat itu palsu!" katanya mengelak.

"Untuk apa kita membuat surat palsu?" kini Oki bersuara.

"Karna wanita itu mencintaiku?" jawab Agra dengan cepat.

Semuanya tediam mendengarkan perdebatan anak muda itu.

Oki tertawa hambar, "Zara bukan wanita licik. Dia bukan wanita yang menggunakan segala cara untuk mendapatkanmu. Kakak bukan pria terakhir di bumi ini!" katanya membuat rahang Agra mengeras.

"Lantas mengapa jika wanita itu hamil? Ada masalah?" tanya Agra seolah masalah ini bukan masalah yang sulit dan tidak membebani dirinya.

"Kau harus tanggung jawab!" perintah Mahendra dengan tegas.

"Gugurkan saja apa susahnya?" katanya enteng.

King Bullying [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang