Bagian 54

141K 6.7K 401
                                    

°°°King Bullying

-o0o-

Agra menuruni anak tangga dengan langkah malasnya. Ia terbangun dan tidak bisa tidur lagi. Ini masih jam setengah tujuh, biasanya ia akan bangun jam delapan lalu berangkat ke kantor ayahnya. Dia memang belum bekerja di sana, tetapi ia belajar sedikit demi sedikit untuk bisa mengelola bisnis yang tidak kecil itu. Ini bukan kehidupan novel yang bisa mengelola perusahaan dalam sehari. Di dalam dunia bisnis itu ada namanya strategi dan Agra harus memiliki banyak ide untuk mengambil untung.

Mata Agra yang selalu terlihat menyeramkan itu melihat semua telah berkumpul di ruang makan. Bukannya tidak mau membangunkan Agra, tetapi Agra sendiri yang tidak mau dibangunkan hanya untuk urusan makan. Agra segera mengambil tempat duduk di samping Zara yang kebetulan kosong.

Kemudian ia mengambil selembar roti dan mengolesnya menggunakan selai coklat.

"Kau mau kemana?" tanya Agra kepada Zara yang masih asyik makan.

"Sekolah lah apa lagi?" kata Zara tak mengalihkan pandangan pada sarapannya. Baginya, sayur dengan perpaduan wortel, kecambah dan juga sosis ini sangat lezat.

"Aku tidak mengizinkanmu!" tegas Agra.

Tak hanya Zara yang terkejut dan menatap Agra. Oma, Mahendra, Hanin, dan Oki pun juga sama. Sedangkan Al tidak menghiraukan pembicaraan orang dewasa.

"Mengapa?" tanyanya.

"Kau baru saja pulang dari rumah sakit kemarin, dokter juga bilang kau tidak boleh banyak fikiran dan aktivitas berlebih!"

"Aku bisa Agra!" rengeknya.

Agra berdecak sebal, "kau ambil paket c!"

"Lantas bagaimana dengan kuliahku?" Zara mencebikkan bibirnya.

"Kau tidak kuliah, kau urus anak!" jawabnya ketus

"Aku tetap ingin sekolah!" bantah Zara.

"Kau lupa siapa pemiliknya?"

Zara diam.

"Silahkan jika kau tidak ingin keluar, aku yang akan mengeluarkanmu!"

Seperti sengatan listrik, Zara benar-benar kalah telak dengan Agra. Kuasa pria ini sungguh besar hingga perbuatan semena-menanya selalu membuat orang lain menyerah.

Zara memandang Hanin, sedangkan Hanin hanya mengendikkan bahu dan menggeleng. Baginya keputusan Agra sudah benar, harusnya Zara lebih fokus pada kandungan daripada sekolahnya. Zara harus bisa mengambil resiko dari kesalahannya. Zara tidak boleh egois mementingkan pendidikan daripada kandungan.

"Bagaimana?" tawar Agra seolah mengejek.

"Baiklah-baiklah, aku kalah!" kata Zara membuat Agra menarik sudut bibirnya samar.

Membuat Zara mengalah sangatlah mudah bagi Agra. Sebab dari awal hingga kini tidak ada yang bisa menghentikan kekuasaannya terhadap seseorang.

-o0o-

Zara merasakan dirinya bosan di dalam rumah sebesar ini. Akhirnya ia menuruti kata Agra untuk keluar dari sekolah. Kalaupun Zara memaksakan pasti ujungnya Agra akan mengeluarkannya. Dasar pria egois, tidak memikirkan Zara sedih harus melepas paksa cita-cita yang melekat dari ia masih kecil.

King Bullying [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang