Kuil Parthenon

6.5K 856 188
                                    

"Apa kau tidak senang?"

Ya. Andai saja aku bisa menjawab kata itu namun sayang aku tak setega itu melihat wajah ayah Cathy ini bersedih.

Oh astaga, mengapa Cathyrene membuat hidupnya serumit ini..

"Tidak, ayah. Aku senang, terima kasih."

"Syukurlah, kalau begitu istrirahatlah. Besok adalah hari yang panjang untukmu."

"Besok?" ulang Cathyrene tak mengerti. Apa ada yang ia lewatkan?

"Apa ayah lupa mengatakan kalau kau akan berangkat besok pagi?"

What the hell!

"Apa tidak terlalu cepat?"

Ah! Ini adalah kehendak Cathyrene. Aish! Si bodoh ini. Harusnya dia jangan dulu bunuh diri. Dia sendiri yang meminta agar mempercepat keberangkatan jika terpilih akan tetapi ketidaksabarannya membuatnya lebih dulu bertindak bodoh.

Aku tidak kuat lagi mengorek ingatan gadis ini. Semua dipenuhi oleh Poseidon.

Menjelang malam, cahaya berwarna emas kembali memasuki kamar milik Cathyrene yang tengah tidur diatas ranjang. Cahaya tersebut terlihat berkeliaran mengelilingi segala penjuru kamar sebelum pada akhirnya berhenti dibalkon kamar lalu berubah wujud menjadi seorang pria tampan dengan lyra emas ditangan kanannya.

Apollo, sang tamu tak diundang pada malam itu mendudukkan dirinya pada pembatas balkon lalu mulai memainkan lyranya dengan merdu berhasil membuat sang pemilik kamar terganggu dalam tidur.

Cathyrene membuka kedua matanya. Menatap malas sang dewa penganggu tidurnya, "Apa kau tidak punya rumah?"

Apollo menghentikan permainan, mengalihkan pandangan memandang Cathyrene. Senyum tampan ia berikan untuk sang gadis.

"Aku mendapatkannya dari Hermes." alih-alih menjawab. Apollo justru membanggakan liranya dihadapan Cathyrene.

Belum cukup sial kah hidup Cathyrene hingga harus memiliki teman seperti pria ini. Ya meskipun dia seorang dewa, tapi wajarkah seorang dewa masuk kedalam kamar seorang gadis dimalam hari tanpa ijin seperti ini?

"Rhea, katakan padaku bahwa kabar yang ku dengar salah. Kau akan ke kuil Parthenon?" tanya Apollo membuyarkan lamunan Cathyrene.

"Itu benar dan besok pagi aku akan berangkat ke kuil Parthenon."

Apollo tertawa, "Kupikir kemarin ada yang bilang akan berubah. Ada apa, Rhea? Apa kau mulai hilang akal lagi?" tanyanya dengan nada mengejek.

Cathyrene berdecak kesal menuruni ranjang. Yang dikatakan Apollo tidak sepenuhnya benar tapi tidak juga salah. Dia memang mengatakan bahwa akan berubah tapi masalah hilang akal, itu seribu persen tidak benar.

"Aku hanya mencoba untuk tidak lari dari masalah. Kurasa ada beberapa hal yang harus ku perbaiki." jelas Cathyrene membingungkan Apollo. Dan seakan mengerti, Cathyrene membalikkan badan sembari melanjutkan, "Aiden masih berpikir bahwa aku tidak bisa hidup tanpanya, maka sekarang, aku hanya ingin menunjukkan bahwa tanpanya aku akan baik-baik saja."

"Dengan pergi ke Parthenon? Yang benar saja, Rhea. Itu membuatmu terlihat masih mengejarnya."

"Aku pergi ke sana bukan untuk memenangkannya tapi mengucapkan perpisahan. Dia harus tau kalau aku bukan Cathyrene yang dulu."

Keputusanku sudah bulat dengan merubah Cathyrene dimata dunia..

"Kalau itu tujuanmu, aku mendukungnya."

The Abandoned PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang