Sang Penggoda

6K 852 125
                                    



Pria pemilik mata bewarna biru laut yang dilihat oleh Cathyrene melanjutkan langkah kaki menaiki tangga. Perlahan tapi pasti jubah putih berukiran abstrak emas muncul memenuhi punggung pria itu. Surai yang tadinya bewarna coklat mulai berubah warna menjadi warna hitam pekat dengan tongkat trisula ditangan tangannya ia membalikkan badan.

Ya, itu Poseidon...

Rasa penasaran membuatnya terus memandang lurus ke bawah. Dari tempatnya berdiri, kehadiran gadis itu sangat jelas. Tatapan mata yang membuat siapapun yang menatapnya saat ini akan diliputi ketakutan tertuju pada Cathyrene.

"Ada yang bilang rasa penasaran bisa membunuh." celetuk Apollo entah sejak kapan berdiri disamping sang dewa laut, Poseidon.

"Maksudmu?"

"Aku tau kau membencinya tapi jangan terlalu larut dalam kebencianmu."

"Kau selalu sok tau ya?"

Apollo tertawa kecil, menundukkan kepala sebentar lalu memandang ke arah yang sama, "aku hanya terlalu mengerti gadis yang kau benci itu hingga hal terkecil pun yang berhubungan dengannya aku tau." jelas Apollo dengan nada tak seperti biasanya. Pria itu terdengar begitu marah.

"Kau bahkan tidak mengenalnya dengan baik. Ya, ya kau dewa Agung. Semua wanita jatuh dalam pesonamu dan mendapatkan kasih sayangmu sementara dia tidak mendapatkan kelayakan itu darimu." sambung Apollo kemudian.

Poseidon menyunggingkan senyum tipis nyaris tak terlihat oleh Apollo, "kalau begitu kenapa tidak kau saja yang memberikan kasih sayang terhadapnya?" balas Poseidon santai.

Ditengah pembicaraan kedua dewa tampan penghuni olympus tersebut. Sebuah panah emas tiba-tiba saja membidik punggung Poseidon yang tengah membelakanginya, akan tetapi sang dewa terlebih dulu menyadari dan melakukan pertahanan dengan menangkap panah emas tersebut dengan tangannya.

Dalam sekejab panah emas ditangannya hancur lebur. Wajah Poseidon memerah menahan amarah, ia menyebutkan satu nama yang ada dikepalanya.

"Eros."

"Tangkapan yang Bagus, Aiden."

Bukannya merasa bersalah. Pelaku yang dipanggil Eros oleh Poseidon itu justru tertawa kecil seperti tidak melakukan apapun.

Pria tampan yang selalu bersama panah cintanya kemanapun ia pergi melangkah mendekati Apollo dan Poseidon.

"Ck! Jadi ini rencanamu?" tuduh Poseidon terhadap Apollo.

"Bukan aku." bela Apollo.

Eros menepuk bahu Poseidon guna menenangkan pria emosional itu dari amarah. Jika tidak, Eros yakin Apollo akan menjadi sasaran dan keduanya akan terlibat dalam pertengkaran besar. Huh, Eros bahkan tak mampu membayangkan dampaknya ketika penguasa laut dan matahari itu berseteru.

Poseidon membalikkan tubuh, menepis tangan Eros kemudian menghilang meninggalkan Apollo dan Eros tanpa pamit membuat kedua dewa itu hanya bisa mendesah maklum. Mereka sudah biasa akan perlakuan seperti ini dari Poseidon saat suasana hati sang penguasa laut sedang kacau.

"Dasar bodoh! Memanah Aiden saja tidak berhasil. Itu kan tugasmu selama ini." semprot Apollo pada Eros. Mereka memang tidak merencanakan hal itu sebelumnya tapi tetap saja sayang sekali moment tadi rusak begitu saja karena kelalaian Eros.

"Kenapa menyalahkanku. Kita tidak ada perjanjian ya. Tadi itu murni aku ingin mengerjainya saja." balas Eros tak diterima disalahkan Apollo.

"Harusnya di sah kan saja."

"Sialan kau! Tidak semudah itu memperdayainya."

"Huh, tetap saja, yang tadi itu sayang sekali gagal." bantah Apollo tidak mau kalah membuat Eros sedikit kesal tapi saat memikirkannya lagi. Sang cupid ikut menyetujui.

The Abandoned PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang