Seven

881 119 0
                                    

Teror dari Jeno masih berlanjut, meskipun minggu lalu Jaemin bertemu kembali dengan Jeno dan Jeno tidak mengakui namanya sendiri. Jaemin mulai marah dan semakin tidak tahan dengan teror yang setiap hari ditujukan padanya. Walaupun terornya berupa pizza dan Jaemin tetap memakannya, namun itu membuatnya tak nyaman. Akhirnya Jaemin memutuskan untuk pindah dari flat-nya.

Sudah dua hari ini Jaemin menginap di hotel, sembari menunggu kabar Mark yang mencarikan flat baru untuknya. Barang-barang Jaemin masih berada di flat-nya, kecuali baju-baju, perlengkapan mandi, buku, dan beberapa gadget miliknya. Jaemin sudah mengurus kepindahannya pada pemilik flat, namun dia meminta izin untuk meninggalkan barang-barangnya dulu sampai menemukan flat yang baru.

Mengapa Jaemin tidak tinggal di flat-nya yang lama dulu? Dia sudah terlalu takut dan nyaris gila. Oleh Lee Jeno. Dia pun tidak bisa tinggal dengan Mark, karena gedung flat Mark khusus untuk ditinggali pekerja perusahaannya.

Ketika sedang menonton televisi, tiba-tiba pintu kamar Jaemin diketuk. Kemudian dia beranjak untuk membukakan pintu. Betapa terkejutnya Jaemin mengetahui bahwa seseorang di hadapannya adalah..., Lee Jeno!

“Yah, this sh*t stain!!!” mulut Jaemin pun sampai tak bisa terkontrol saking terkejutnya.

“Akhirnya! Aku menemukanmu!” seru Jeno.

“Kau ini sebenarnya ingin apa?” tembak Jaemin tak ramah. Kedua tangannya ia sedekapkan di depan dada.

“Jangan panik, aku temanmu. Kemarin kita bertemu di kafe, kau ingat?”

Tentu saja Jaemin ingat. Memangnya otaknya berkapasitas memori disket kuno?

“Iya, aku ingat, Lee Jeno-ssi,” jawab Jaemin setengah acuh. Sebenarnya dia sedang sibuk menekan perasaan takutnya.

“Aku bukan Lee Jeno, bodoh!” kata Jeno yang berhasil membuat Jaemin mendelik. “Aku Lee Jino. Jangan sampai kau memanggilku Lee Jeno lagi,” lanjutnya.

Jaemin sudah sangat malas meladeni orang di hadapannya itu. Rasanya dia ingin mencakar wajah Jeno!

“Oh, aku ingin bertanya padamu. Mengapa kau bisa tahu Lee Jeno?”

Jaemin sebenarnya bingung dengan pertanyaan tersebut. Bukankah yang bertanya sendiri adalah Lee Jeno?

“Aku bertemu dengannya di acara yang diadakan oleh anggota forum indigo,” jawab Jaemin sekenanya.

“Kapan? Jam berapa?”

“Tanggal delapan, jam dua siang. Memangnya kenapa?”

“Benar kan...,” ucap Jeno mengambang.

“Jelaskan maksudmu! Kenapa kau menyebut namamu Lee Jino, bukan Lee Jeno?”

“Diamlah! Kau tidak perlu tahu.”

Jaemin diam. Jujur, dia sangat penasaran dan ingin memaksa untuk menjelaskan padanya. Namun Jaemin takut. Bagaimana tidak? Orang aneh itu saja sudah bisa menemukan hotel tempatnya menginap. Jaemin masih sayang nyawanya. Jangan sampai Jeno membunuhnya detik itu juga jika dia membuat Jeno geram.

“Baiklah, aku beritahu sedikit. Jeno itu saudara kembarku,” kata Jeno—tepatnya Jino—akhirnya.

“Kembar?” gumam Jaemin.

“Iya, kami kembar.”

“Pantas saja, ternyata kau orang yang berbeda. Kau tahu lah pikiranku,” ucap Jaemi. yang sudah mendapat titik terang tentang Lee Jino.

“Wow, ku pikir orang sepertimu ini bodoh. Ternyata kau menyadarinya,” sahut Jino sambil menyeringai.

Ingin rasanya Jaemin menggigit Lee Jino itu! Apa maksudnya berkata demikian?

“Jadi, sebenarnya kau ini punya dua nama atau dua kepribadian?”

“Cepat menyadarinya juga kau. Ternyata kau pintar, tapi kau tak perlu tahu,” jawab Jino semakin tak jelas. Berarti dia berbohong mengenai dirinya yang memiliki saudara kembar? Aih, Jaemin makin pusing dengan tingkah bocah di depannya itu.

Baru saja Jaemin hendak membuka mulutnya, Ki Bum sudah menginterupsinya.

“Sudahlah, diam saja! Aku pergi dulu, terima kasih atas informasinya. Kapan-kapan aku akan menemuimu lagi.”

“Hei! Bagaimana dengan teror itu, bisa kau hentikan?” Jaemin cepat-cepat mencegah Jino sebelum pergi.

“Itu bukan dariku, bodoh! Tapi dari Lee Jeno!”

“Kau kan Jeno!”

“Bukan, aku Jino!”

“Tadi kau mengakui punya dua kepribadian, berarti kau hanya satu orang di dunia ini. Bagaimana sih!?” Darah Jaemin sudah cukup mendidih saat ini.

“Kau tanyakan sendiri pada Jeno. Aku akan memberimu alamatnya.”


[√] The Seeking SoulWhere stories live. Discover now