Ten

854 116 0
                                    

Sesampainya di kampus, Jaemin bergegas menuju kafetaria tempat Mark sudah menunggunya.

“Hyung, aku ingin bercerita,” kata Jaemin dengan napas tersengal. Dia lalu mengambil tempat duduk yang berhadapan dengan Ah Ra.

“Ada apa? Kau seperti habis dikejar anjing gila,” timpal Mark.

“Sebenarnya kuliahku hari ini sudah selesai jam satu,” mulai Jaemin kemudian ia mengatur napasnya. “Aku tadi mendatangi alamat Jeno...”

Dan Jaemin pun menceritakan pada Mark semua informasi yang didapatkannya dari Mr Lee. Mark tampak menyimak cerita Jaemin dengan sabar, padahal sore ini mereka hendak melihat flat baru Jaemin. Mungkin sebaiknya ditunda dahulu.

“Hyung, kau pasti tidak akan percaya kejadian yang ku alami di dalam bus. Ini benar-benar tidak dapat dinalar,” ucap Jaemin.

“Kejadian apa?”

“Ah, ini sungguh membingungkan akal sehat.” Jaemin sendiri masih sulit percaya dengan apa yang dialaminya tadi.

“Lalu, itu seperti perumpamaan ayam dan telur. Tak jelas mana yang lebih dulu. Sama-sama mambingungkan akal sehat, kan? Tapi kita bisa melannjutkan topik ini dan kau bisa mengatakan padaku apa yang kau alami.”

Jaemin memandang Mark sejenak. “Baiklah.”

“Ketika aku naik bus, aku duduk sendirian, dengan kata lain bangku sebelahku kosong. Dan tadi aku sempat tertidur sebentar. Setelah bangun, aku menemukan kertas yang bertuliskan nama Lee Jeno di bangku sebelahku,” cerita Jaemin. “Jeno mengikutiku, hyung! Ini tidak logis, tapi kertas itu sungguhan bertulis Lee Jeno.” Mengingat kejadian itu membuat bulu roma Jaemin kembali meremang. Dia sangat ketakutan pada saat kejadian itu berlangsung.

“Hm..., tapi kau percaya dengan apa yang dikatakan Mr Lee itu?” Mark lebih tertarik untuk bertanya tentang cerita Mr Lee.

“Sebenarnya aku tidak yakin.” Jaemin mengedikkan bahunya.

“Tidak apa-apa, semua akan membaik,” Mark meyakinkan Jaemin.

Jaemin mencoba percaya pada kata-kata kakak-nya. “Ah ya!” Jaemin teringat sesuatu. “Hyung, kita harus melihat flat  baruku!” dia melihat jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul empat lebih dua puluh menit.

“Kita tunda dulu ya, Jaem. Nanti aku kemalaman sampai di flat-ku. Besok aku ada  tugas kerja lebih pagi,” jelas Mark.

Jaemin mengangguk mengerti. “Mm..., hyung, maafkan aku karena selalu merepotkanmu,” ucap Jaemin sambil menunduk.

“Kau bicara apa?” heran Mark. “Biasanya kau tidak pernah minta maaf padaku, padahal setiap saat kau merepotkanku terus,” ujar Mark bercanda.

Jaemin menampilkan aegyo yang membuat tawa Mark meledak. “Ya! Jangan ber-aegyo seperti itu! Itu tidak pantas untuk wajahmu.” Kemudian Mark tertawa lagi.

[√] The Seeking SoulWhere stories live. Discover now