[ 4 ]: Because It's You

3.6K 420 27
                                    

Waktu menunjukkan pukul 9 malam, sewaktu Krist tak bisa memejamkan matanya, harusnya ia sudah terlelap pada jam seperti ini. Ia memosisikan dirinya untuk duduk, dirinya mengingat makan malam canggung antara dirinya dan juga Singto. Pria itu hanya diam dan lagi-lagi tak mau menatapnya, seolah jika ia memandang wajahnya pria itu melakukan sebuah dosa besar.

Krist tak bisa di perlakukan seperti ini. Ia tak bisa hanya diam dan menunggu ada seseorang yang berbaik hati padanya untuk menjelaskan segala yang rumit ini. Baginya Singto itu aneh, ia pria yang mempunyai dua sisi berbeda. Singto yang lembut pada Rieyu dan Singto yang acuh pada Kei bahkan tak peduli padanya. Meskipun Krist tahu sorot matanya penuh dengan kerinduan.

Pria itu menurunkan kedua kakinya sebelum melangkahkan kakinya untuk keluar, ingin menemui Kei atau Rieyu. Biasanya Rieyu belum tidur di waktu seperti ini, karena menunggu Singto datang untuk membacakannya dongeng. Sementara Kei anak itu sudah terlelap dalam tidurnya. Meskipun Krist jarang menghabiskan waktu bersama kedua putranya akan tetapi ia memperhatikan kebiasaan keduanya, bahkan kebiasaan Singto. Tak tahu mengapa Singto menarik lebih daya ingin tahunya.

Krist merasa segalanya kuncinya ada pada pria itu. Sosok yang memilih bungkam, sosok yang memilih untuk diam dan tak peduli. Singto tahu segalanya, hanya saja pria itu tak mau sama sekali membaginya pada Krist. Tak ada kata-kata sapaan hangat untuknya, tidak ada perlakuan baik di arahkan padanya, seperti dirinya ini hanya orang asing yang tiba-tiba masuk ke dalam hidup Singto dan mengacaukan segalanya begitu saja.

Saat Krist ingin melangkahkan kakinya ke arah lorong kamat Rieyu, ia melihat sosok mungil yang berjalan mengendap-endap dari kamarnya, ia memakai piyama bermotif beruang berwarna biru. Krist akhirnya mengikutinya dan melihat Rieyu pergi ke dapur, mengambil sesuatu di atas meja makan. Krist tahu benar itu apa, tetapi tadi sewaktu makan malam anak itu mengatakan tak ingin memakan kue yang di belikan sang Ayah dan sekarang Rieyu mengambilnya dengan ekspresi seperti seorang pencuri kecil yang menggemaskan.

Tentu saja Krist mengikutinya dan ternyata sosok itu pergi ke kamar Kei dengan satu box kue di dalam dekapannya. Raut wajahnya berbinar-binar sewaktu membuka pintu kamar. Di dalam sana ternyata Kei belum tertidur ia tengah duduk di antara boneka mobil-mobilan yang tergeletak pada atas karpet halus berwarna peach.

"Baby Kei, lihat Kakak membawa apa? Kue, Daddy membelikan Kakak banyak kue. Apa Kei mau? Tapi jangan mengatakan pada Daddy nanti Daddy akan marah jika Kakak membagi kue ini padamu, Kue kesukaan Papa."

Tangan mungil itu dengan cepat membuka box kue dan menyuapkannya pada Adiknya. Krist hanya terdiam di ambang pintu, ia melihat pengasuh Kei yang menatapnya dengan takut. Bukan takut pada Krist, tetapi takut Singto tahu dan pria itu akan marah besar. Krist menghampiri keduanya duduk di sekitar kedua anak itu. Ia memangku Kei di atas pahanya dan mengusap remahan kue pada kedua sudut bibir anaknya.

"Kenapa tidak mengajak Papa jika kalian ingin makan bersama?"

Rieyu mengerucutkan bibirnya, "Nanti Daddy marah."

"Kenapa Daddymu jadi pemarah seperti itu?"

"Tidak tahu, setiap Rieyu ingin bersama Baby Kei Daddy selalu marah dan mengatakan Reiyu tak boleh main bersama Adik."

"Sungguh seperti itu?"

"Iya," Rieyu menyuapkan lagi kue pada bibir mungil Kai yang bergerak tak bisa diam dalam gendongan Krist, "Daddy selalu marah jika Rieyu membagi Kue kesukaan Papa pada Baby Kei."

"Kue kesukaan Papa?"

Krist menatap ke bawah ia ingat Rieyu sedari tadi mengatakan hal itu berulang-ulang, tetapi Krist sepertinya tak menyukai kue itu. Apa mungkin karena ia tidak ingat segalanya, jadi seleranya pun berbeda, tetapi tangan mungil itu mengarahkan sepotong kue lembut itu pada ujung bibirnya, Krist mau tak mau memakannya. Ia mengunyahnya perlahan dan memang benar ini sangat enak.

The Shades Of Gray [ Peraya ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang