[ 8 ]: I Listen To What You Have To Say

3.2K 390 25
                                    

Dari kejauhan Singto melihat ada sesosok pria yang tengah berlari ke arahnya, lebih tepatnya menghampiri Krist, ketika mereka melangkahkan kakinya menuju area parkiran, tempat mobilnya terparkir. Awalnya Singto tak menghiraukan kehadiran sosok asing tersebut, akan tetapi saat pria itu meraih lengan Krist dan mencekalnya, kedua kaki Singto berhenti melangkah.

"Kita belum selesai bicara, kenapa kau meninggalkanku."

Raut wajah Singto langsung meredup begitu melihat pria itu mendekat, ia melihat Krist menyentak lengannya dengan kasar, melepaskan diri dari pria aneh tadi.

"Aku tidak mengenalmu! Aku sudah berkeluarga."

"Stop dengan omong kosong itu! Berkeluarga apa? Kau pikir bisa membohongiku? Kau pikir ini lucu, kau sangat membuatku khawatir dan sekarang kau mengeluarkan lelucon tidak penting ini!"

Krist menatapnya dengan tak percaya, karena lagi-lagi pria itu bersikukuh pada pendiriannya dan Krist juga tak mau kalah dengan kenyataan yang ia yakini.

"Aku memang sudah berkeluarga!"

Kini giliran pria tadi tak habis pikir dengan ucapan sosok yang sudah coba ia hampiri dan paksa ikut dengannya.

"Kau itu tunanganku! Jangan berbicara yang tidak-tidak. Ini sangat tidak lucu. Ayo, kita pulang."

Singto menepis tangan pria tadi, saat ia ingin menyeret Krist, akan tetapi pria tersebut justru menatapnya tajam dan menunjuk Singto, seolah tak punya rasa takut, "Tolong jangan ikut campur! Ini urusanku dengan tunanganku, tidak ada hubungannya dengan orang asing sepertimu, lebih baik kau menyingkir."

"Maaf tapi sepertinya kau salah orang."

Pria itu tak memperdulikan ucapan Singto dan berusaha untuk menarik Krist yang masih benar-benar bingung dengan keadaan ini, "Sudah aku bilang jangan ikut campur. Memang kau siapa? Kau tahu apa tentang urusan kami?"

Singto mengembuskan napas beratnya, tangannya memegangi Rieyu yang menatap kejadian ini dengan sedikit takut. Anak itu bersembunyi di balik punggung Singto dan menatap apa yang kedua pria itu katakan, akhirnya Singto menghempaskan tangan Krist yang menggenggam tangan Rieyu, lebih memilih untuk membawa anaknya masuk ke dalam mobil daripada harus menonton drama ini.

"Daddy, tapi Papa...." Rieyu menunjuk Krist tak di hiraukan oleh Singto.

"Masuk. Ayo, kita pulang. Bisa Rieyu menjaga Adik di belakang."

Rieyu menganggukkan kepalanya dan mengikuti apa yang Ayahnya katakan.

"Phi Sing, katakan tolong padanya kalau dia salah orang."

Krist ingin menghampiri Singto yang akan pergi, mencoba mencari perlindungan, karena pria asing itu terus mengikutinya dan tak mau mendengarkan ucapan Krist padanya, tetapi Singto hanya diam layaknya batu. Tak memperdulikannya sama sekali.

"Sini biar aku bantu."

Saat Krist mengulurkan tangannya untuk membantu Singto membawa Kei ke dalam mobil, Singto lagi-lagi menampik tangan Krist dengan kasar, seolah pria itu tak boleh menyentuh Kei ataupun Rieyu sekalipun.

"Tidak perlu. Jangan pedulikan anakku. Lebih baik kau pergi saja."

Mendengar hal itu Krist terdiam, ia heran karena nada bicara Singto kembali dingin padanya. Pria itu menitipkan Kei yang baru terbangun pada Rieyu, kedua anak itu duduk di kursi belakang, sebelum Singto memasuki mobil dan melajukannya begitu saja. Tak membiarkan Krist masuk dan mengikuti mereka, Singto meninggalkan Krist di sana. Hingga Krist menatapnya tak percaya.

"Phi Sing! Phi Sing! Phi Sing!"

Krist mencoba untuk menggedor-gedor kaca akan tetapi tidak ada sahutan dari Singto, mobil itu sudah pergi meninggalkan tempat, meninggalkan Krist berdua dengan sosok asing yang tak ia kenal.

The Shades Of Gray [ Peraya ]Where stories live. Discover now