[ 14 ]: Let Me Hear You Say

3.2K 341 88
                                    

Gelap, tidak ada cahaya di dalam sana, meskipun ia mencoba untuk mencari jalan keluar hasilnya sama, segalanya tetap nihil. Ia terjebak di dalam labirin tanpa cahaya, membuatnya berputar-putar tak tentu arah. Sesosok pria yang tak lain adalah Singto itu akhirnya memutuskan untuk diam, ia mendudukkan dirinya pada permukaan tanah yang terasa lembap dan kotor, lebih memilih untuk berdiam diri dari pada mencari jalan keluar. Pria itu memeluk lututnya sendiri sebelum tak lama kemudian ada sesuatu yang menyentuh permukaan bahunya.

Ada secercah cahaya yang kini tertangkap pada sudut matanya, hingga ia mendongakkan kepalanya, pria itu tersenyum melihat sosok yang ia kenal kini tengah tersenyum padanya dan mengulurkan tangannya pada Singto.

"Krist...."

Pria itu memanggil pasangannya dan ingin meraih tangan Krist, akan tetapi ada sesuatu yang aneh, ia tak bisa menggapai sosok di hadapannya, meskipun Singto sudah mencobanya, Krist menghilang entah kemana, raip begitu saja tepat di depan matanya. Singto langsung bangkit dan mengejarnya akan tetapi meskipun ia sudah mencoba berulang kali, Krist tak bisa ia temukan. Seolah memang menghilang dari muka bumi ini.

Suara racauan seseorang tertangkap oleh pendengaran sosok yang tengah berbaring itu, Krist langsung membuka matanya, begitu ia tak sengaja mendengar tangisan samar seseorang. Pria itu langsung memosisikan dirinya untuk duduk, begitu menyadari hal itu berasal dari Singto. Sepertinya pasangannya itu tengah bermimpi buruk atau lebih dari itu. Krist tidak tahu.

Ia menepuk pipi Singto dengan ringan, mencoba membangunkan sosok itu dan hal pertama yang Krist dapatkan ketika ia berhasil melakukannya adalah rengkuhan lembut dari seseorang.

"Hei, kau kenapa? Jangan membuatku takut, setidaknya katakan sesuatu supaya aku tidak khawatir."

Punggung seseorang itu bergetar dan tak mau melakukan apapun kecuali memeluknya, tak mau melepaskan Krist barang sebentar saja, tidak ada yang keluar dari bibir Singto, akan tetapi Krist merasa kalau bahunya basah akan sesuatu hal.

"Phi Sing, jangan membuatku takut."

"Krist...."

"Heumm, aku di sini."

"Kau tidak akan pergi meninggalkan aku, 'kan?"

"Tidak. Aku akan di sini. Jangan bersikap seperti anak kecil, berhenti menangis dan katakan padaku ada apa?"

"Aku hanya sedikit bermimpi."

"Lalu? Kau bermimpi aku pergi?"

"Ada seseorang yang menarik dan membawamu pergi. Kau meninggalkan aku sendiri, aku mencarimu tapi kau tidak ada."

"Lalu?"

Tidak ada jawaban apapun dari Singto, hingga Krist menangkup wajah pria itu dan mengarahkan untuk menatapnya. Ia menyelami kedua manik oniks Singto, sembari mengulum senyumnya.

"Lihat aku ada di sini, aku tidak pergi ke mana pun, kau terlalu takut dan berpikir aku akan pergi, aku akan meninggalkanmu, itu membuatmu jadi bermimpi hal yang aneh seperti itu. Mimpi itu tidak nyata, buktinya aku masih bersamamu sekarang, jadi berhenti memikirkan hal yang tidak-tidak."

"Tapi--"

Krist meletakkan jemarinya pada bibir Singto tak membiarkan sosok itu mengucapkan apapun, ia mengusap surai pria tadi yang terlihat berantakan.

"Itu tidak nyata, jangan mengingatnya lagi atau kau mau aku benar-benar pergi?" Singto menggelengkan kepalanya, melihat itu kedua sudut bibir Krist tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman, "jika seperti itu jangan berpikiran buruk, bahkan mengatakan hal yang aneh, kita tidak tahu apakah ucapan kita bisa menjadi kenyataan atau tidak."

The Shades Of Gray [ Peraya ]Where stories live. Discover now