[ 19 ]: Without Words

2.6K 302 127
                                    

Deruman suara mesin mobil itu tertangkap oleh pendengaran sosok yang tengah memejamkan matanya sembari berbaring pada sofa, Krist bangkit dan melangkahkan kakinya menuju pintu, niat hati untuk menghampiri Singto, jemarinya menarik kenop pintu, seraya menyunggingkan senyumannya, hanya saja yang ia dapatkan justru raut wajah murung dari seseorang di hadapannya.

"Phi Sing...."

Krist ingin mendekat, tetapi Singto justru menghindarinya, hingga ia hanya bisa terpaku pada tempatnya berpijak.

Apakah dirinya melakukan kesalahan lagi kali ini?

Belum sempat Krist menyuarakan apa yang ada di dalam pikirannya, ada sesosok pria lain yang keluar dari belakang punggung Singto. Krist hanya bisa membungkam mulutnya sendiri, melihat sesuatu yang tak masuk akal tepat di depan matanya, hal ini sampai membuat kedua kakinya melemas, hingga hampir jatuh jika bukan Singto yang menahannya. Ia memegangi kepalanya sendiri yang terasa berdenyut.

"Phi Sing, dia siapa?"

Singto hanya memejamkan matanya, lidahnya keluh tak tahu harus mengatakan apa. Pria berkulit tan itu hanya menengokkan kepalanya ke belakang, menatap sosok asing yang tadi bersamanya dengan tatapan kecewa.

"Tolong jelaskan padanya."

Setelah mengatakan hal itu Singto ingin melangkahkan kakinya untuk pergi tetapi ada seseorang yang menahannya, "Biar dia yang menjelaskannya, aku ingin sendiri sekarang."

"Tapi--"

Singto langsung memotong ucapan pria itu, "Sudahlah K..," pria itu tak bisa melanjutkan ucapannya, "bicara padanya dan kau akan tahu apa yang terjadi. Aku minta maaf."

Hanya itu yang bisa Singto ucapkan, sebelum benar-benar melangkahkan kakinya untuk pergi, hingga Krist merasa ada hal yang aneh di sini, ia menatap sosok pria asing di sampingnya itu dengan seksama, jemarinya menelusuri wajah pria itu dengan perlahan.

"Kau siapa? Kenapa..," tangan Krist menunjuk wajahnya dan wajah pria itu yang terlihat mirip.

"Bisa kita duduk dulu."

Krist menganggukkan kepalanya, ia mendudukkan dirinya di sofa, ia menunggu pria itu berbicara meskipun sudah beberapa waktu ia menunggu sosok itu tak kunjung menyuarakan apa yang ada di dalam pemikirannya.

"Ada apa? Tolong katakan."

"Aku Kakakmu, jangan memasang wajah seperti itu," tangannya mengusap surai Krist yang berantakan, "kau benar-benar tidak mengingat phi, Kit?"

Gelengan pelan keluar dari sosok itu, sembari menyatukan dahinya, "Siapa itu Kit?"

"Namamu."

"Aku Krist."

Pria mengigit bibir bawahnya sendiri, sebelum menggenggamnya tangan Adiknya dengan erat, "Tidak. Sebenarnya Kau bukan Krist, maaf sudah melibatkanmu dalam situasi yang sulit."

"Apa maksudmu?"

"Krist itu aku, kau Adikku. Ada kesalahpahaman sampai membuatmu terjebak di sini. Ini salahku."

Raut wajah sosok itu berubah memucat begitu mendengarnya, ia masih belum bisa mencerna ini dengan baik, pasti ada kesalahan di sini. Apa ia tengah bermimpi?

"Tunggu, aku tidak mengerti. Kau kakakku? Aku Adikmu? Kau Krist? Kau Istri Phi Singto? Lalu..," Ia tak sanggup untuk menyuarakannya, "aku siapa? Kau mau bilang aku adik iparnya? Tidak. Pasti ada yang salah di sini."

"Dengarkan phi dulu. Phi minta maaf Kit."

"Aku tidak mau mendengar apapun darimu! Apa Phi Sing tahu hal ini? Di mana Phi Sing?"

The Shades Of Gray [ Peraya ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang