[ 10 ]: What Is The Reason?

3.3K 392 45
                                    

Dari kejauhan Krist menatap sosok Kei yang tengah bermain dengan Rieyu. Anak itu merangkak pergi ketika sang Kakak tak melihatnya, akan tetapi Rieyu yang sadar langsung menahannya, menggoyangkan ujung jemarinya pada adiknya, mengisyaratkan agar ia tak boleh beranjak pergi.

"Jangan keluar. Papa bilang kita hanya boleh bermain di sini."

Bibir Kei mengerucut, melihat hal itu Rieyu hanya mengecup pipi adiknya, ia merentangkan tangannya pada Kei hingga adik kecilnya itu merangkak ke arahnya, Rieyu sedikit mengangkatnya dan mendudukkan sang Adik di atas pangkuannya. Ia tak bisa menggendong Kei kemana-mana, jadi mereka hanya bisa bermain seperti ini.

Ia membongkar puzzle dan menyuruh Adiknya untuk mengambilnya, ketika Kei akan mengigit pecahan puzzle Rieyu langsung mengambilnya.

"Ini kotor, tidak boleh di gigit kata Daddy nanti Kei sakit. Nanti Daddy marah." Rieyu mengambil biskuit yang ada di atas meja dan memberikan itu pada adiknya, "ini baru boleh Kei makan."

"Tidak. Kakak tidak suka biskuit itu. Rasanya seperti susu bayi."

Rieyu menggelengkan kepalanya, ketika adiknya menyodorkan biskuit ke mulutnya agar anak itu memakannya juga. Ia menutup mulutnya mengunakan telapak tangan dan baru menyadari ada sosok Krist yang mengamati keduanya.

"Papa...."

"Sudah larut kenapa belum tidur?"

"Masih mau bermain."

"Ayo, tidur. Papa akan membacakan cerita."

"Daddy kemana?"

Anak itu menengokkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, sedari tadi tidak melihat Singto, padahal biasanya Ayahnya selalu menghampiri mereka.

"Papa lupa memberitahu jika Daddy sakit."

"Sakit?"

"Tapi sudah tidak apa-apa. Jadi jangan khawatir."

Krist meraih Kei dan menggendongnya, lalu meraih tangan Rieyu, menggandengnya untuk ikut bersamanya. Krist bahkan lupa jika hari sudah larut dan waktunya kedua anaknya untuk tidur. Ia terlalu fokus pada sesuatu hal yang tak pasti kebenarannya. Lagipula ia tidak tahu pasti apa yang terjadi. Ia menatap sosok Kei dengan tatapan penuh arti, apalagi ketika anak itu menyandarkan kepalanya pada bahu Krist, seolah merasa lelah.

Ditepuknya punggung ringkih itu, sembari mengusap surai anaknya. Ia membawanya ke kamar Rieyu. Mereka sudah terbiasa tidur bersama selama beberapa waktu.

Jadi yang Krist lakukan adalah duduk sembari menggendong Kei dan membacakan cerita kesukaan Rieyu, sementara anak sulungnya lebih memilih untuk memeluk kedua kaki Krist dari pada boneka atau guling miliknya.

Tangan Krist mendekap sosok mungil itu cukup erat, ia memandang wajah anak itu dengan seksama. Tidak mungkin apa yang dirinya pikirkan itu nyata. Krist rasa Kei benar-benar hampir mirip dengan Singto. Bukan pria tempo hari.

Krist masih tidak percaya jika apa yang pria asing waktu itu katakan adalah kebenaran. Tidak. Ini seperti mimpi buruk yang sampai kapanpun ia tak bisa menerimanya. Ketika dirinya menyakinkan diri kalau ia masih bagian dari keluarga ini, akan tetapi kenyataan jahat itu ingin merenggut kebahagiaannya. Tangan Krist mengusap wajah Kei dengan perlahan. Saat kedua kelopak mata mungil itu terpejam.

The Shades Of Gray [ Peraya ]Where stories live. Discover now