Maaf Mama, Aku Memilih Bunda

3K 156 1
                                    

Maaf Mama, Aku Memilih Bunda

#Tentang_Erick

Part 7

Hari ini  Rere pulang ke pesantren, dan enam bulan lagi baru akan ketemu. Rasanya sedih tidak bisa mengantar seperti pertama dulu, tapi melihat senyumnya aku tahu dia akan baik-baik saja. Toh kami harus menjalani kehidupan kami masing-masing.

Awal semester baru akhirnya tiba, sudah memakai satu kruk, aku pergi sekolah. Teman-teman di sekolah baik, ada beberapa yang sering menolong. Walaupun ada beberapa yang sengaja mencari pasal karena tahu aku tidak akan membalasnya, cukup diam saja.

"Rick, kamu tahu Sandra?" tanya Bayu si ketua osis baru, yang baik denganku. Dia bukan sahabat tapi juga bukan musuh. Kami serinh bersaing secara sehat, sebagai juara satu dan dua. Siang itu kami sedang duduk di depan kelas, saat istirahat kedua.

Bayu lebih tinggi dariku, dia suka basket, kalau tampan, yah, kami punya pesona masing-masing. Banyak cewek yang suka dengannya, bapaknya Bayu kerja jadi sopir bus malam, kadang lima hari baru pulang. Sementara ibunya jadi TKW di Hongkong. Dia tinggal dengan tantenya.

"Oi, Rick ... diajak bicara malah melamun," kata Bayu mengagetkanku.

"He he he, maaf, kenapa dengan Sandra? Dia kelas sembilan kan?"

"Iya, dia semalam ke rumah, perutnya agak besar, katanya hamil. Stttt kamu diam, ini hanya kamu yang tahu," kata Bayu lagi sambil berbisik. Matanya melirik ke sana kemari, jari kanannya dia taruh di mulut, saat Rico salah satu teman kami lewat.

"Kok bisa? Kamu yang ...?" Aku tak bisa melanjutkan percakapan. Tapi setahuku Bayu sama denganku, tidak suka nonton film dewasa. Hanya dia candu game.

"Sembarangan, bukan aku ... tapi kakaknya Rico yang masih SMA itu," jawab Bayu.

Aku hanya diam, seingatku Sandra anaknya diam, tidak banyak bicara bahkan beberapa kali ikut cerdas cermat mewakili sekolah. Dulu pun aktif di kegiatan osis, ah, masa muda yang sia-sia pikirku. Sementara Bayu pamit mau ngomongin rencana  mabar dengan anak-anak lain. Aku hanya diam sendirian, mencoba tidak peduli dengan sekitar.

Pulang sekolah Papa jemput, kata Papa hari ini Kakek sama Nenek datang, jadi Bunda pergi menjemput. Si kembar seperti biasa dijaga Mbak Rah. Sesampai di rumah, suasana sudah ramai.

Setelah mencium kedua orang tua Bunda itu, aku langsung ke kamar. Tadi sudah sholat dhuhur di sekolah, rasanya kaki ku lelah sekali, aku pun tertidur. Jam lima sore terbangun, tepatnya dibangunkan Bunda karena belum sholat. Waktu keluar tampak Kakek sedang bercanda dengan Alea, sementara Elena dengan Nenek.

"Rick, itu Nenek bawakan kerupuk ikan kesukaanmu," kata Nenek. Setelah berterima kasih aku langsung ke kamar mandi. Sementara Kakek masih seperti dulu, sepertinya enggan menerimaku sebagai cucunya. Walau berkali-kali Bunda menegur, tapi Kakek tidak peduli.

Aku sebenarnya tidak peduli, toh ini rumah Papa, lagian Kakek juga paling hanya tiga hari. Walau kadang ada rasa iri dan kesal kalau merek berkumpul di ruang tengah, sedang aku pilih menyendiri di kamar.

"Rick ... Bunda masuk ya?" kata Bunda sambil melongokkan kepalanya di pintu.

"Ih Bunda, nggak ketuk pintu!" jawabku sedikit kesal.

"Sudah, tapi kamu tidak dengar ...." Bunda pun masuk ke kamar dan duduk di pinggiran tempat tidur.

"Habis sholat maghrib, nanti kita jalan-jalan ya?"

"Nggak, Bun. Erick di rumah saja."  Kulihat wajah Bunda kecewa, tapi itu lebih baik dari pada nanti aku yang kecewa. Masih kuingat sehabis kecelakaan, Kakek menyalahkanku. Gara-gara kecelakaan, Bunda membatalkan rencanyanya untuk pulang saat sepupunya menikah. Padahal saudara Bunda pulang semua, hanya Bunda yang tidak bisa datang.

Maaf Mama, Aku Memilih BundaOnde histórias criam vida. Descubra agora