1. Tak Terduga

11.2K 512 5
                                    

Happy Reading

"Raniiii........."
"Ayo bangun sholat, sudah adzan subuh!!"
"Masya Allah ini anak, dibangunin susah banget" gerutu Bu Yanti Nugraheni, Mama tercinta Maharani Ardhiyanti Putri sambil menggedor-gedor pintu kamar anak sulungnya.

"Iya ma......Rani udah bangun kok, ini masih ngumpulin nyawa dulu."

"Cepetan, katanya kamu nanti ada interview di bank" seru Mama Rani saat sudah bertatap muka dengan satu-satunya anak gadisnya itu.

Ya, satu-satunya anak gadis karena Rani hanya memiliki satu adik dan berjenis kelamin laki-laki. Namanya Raditya Ardhian Putra, anak laki-laki berusia 12 tahun, kelas 6 SD yang kurang dari dua bulan lagi akan Ujian Nasional. Radit memiliki sikap sangat cuek apalagi dengan teman-teman perempuannya yang mulai tertarik dengannya.

Rani dan Radit terlahir di keluarga yang begitu harmonis, meskipun jarak usia mereka terpaut jauh. Jika dilihat dari faktor ekonomi, keluarga mereka berada di menengah ke atas. Namun meski begitu Papa mereka, Bapak Ardhian Purnomo selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk berlaku sederhana.

"Dit ke sekolah mau naik sepeda apa kakak antar? Kebetulan tempatkakak interview searah sama sekolah kamu" tawar Rani kepada adik semata wayangnya.

"Naik sepeda kak, nanti ada tambahan". Ya itulah Radit, prinsipnya "ngapain ngomong panjang lebar kalau pendek aja udah jelas artinya."

"Yaudah, Ma...Pa... Rani berangkat ya doakan semoga lolos interview." Setelah sarapan, Rani meminta restu kepada kedua orang tuanya sekaligus berpamitan.

"Iya nak semoga semuanya dipermudah ya" balas sang Mama dengan peluk harunya.

"Papa yakin kamu pasti bisa" tambahan semangat dari Papa yang sukses meluncurkan air mata haru keluarga tersebut.

Rani pun berangkat dengan penuh percaya diri dan semangat yang membara.

****

Sesampainya di salah satu bank Pemerintah Kota Solo, Rani langsung menuju ke salah satu satpam yang tengah berdiri di depan pintu masuk.

"Permisi Pak, saya mau tanya ruangan interview disebelah mana ya?" tanya Rani kepada satpam tersebut.

"Oh itu Mbak ada di lantai 2 ruangannya Bapak Alfian, Mbak tanya saja sama pegawai di lantai 2 semua tau tentang Pak Alfian."jelas satpam itu.

"Terima kasih Pak, kalau begitu saya kesana ya" pamit Rani yang dibalas anggukan dan senyuman oleh satpam tersebut.

"Kok aku deg-degan ya, Ya Allah bantu hamba dan permudah segalanya" batin Rani.

Di sana ada beberapa orang yang sepertinya sudah mengantre untuk interview. Dan di antara orang-orang tersebut, ada satu yang Rani kenal yaitu Fitri, teman kuliahnya dan Veronica, teman SMA nya. Mereka ternyata sama-sama mendapat panggilan interview.

"Rani??!!!" seru Fitri dan Veronica bersamaan.

"Kok kamu kenal Rani?" tanya Fitri kepada Veronica.

"Dia itu teman SMA ku, ya meskipun nggak pernah satu kelas sih tapi lumayan akrab" jelas Veronica.

"Kamu juga kenal?" tambah Veronica.

"Dia teman kuliah ku, selalu satu kelas" terang Fitri.

Merasa dicuekin, Rani berdehem lumayan keras, hingga kedua temannya hanya memamerkan cengirannya.

"Kalian saling kenal?" tanya Rani kepada dua temannya itu.

"Kita tadi sempat ngobrol-ngobrol Ran tentang interview" jelas Veronica.

"Kamu juga interview Ran?" tanya Fitri.

"Iya nih kemarin siang aku dapat panggilan".

Setelah itu ketiga gadis itu terlibat obrolan tentang kehidupan mereka masing-masing hingga membicarakan apapun tentang perempuan.

"Kok aku deg-degan ya, padahal udah aku pelajari lho kisi-kisinya" keluh Rani kepada dua temannya itu.

"Kamu kira kita mau UNBK apa? Pakai kisi-kisi segala hahahaha" sahut Ica alias Veronica. Memang dari dulu Veronica lebih suka dipanggil Ica, katanya biar nggak terlalu panjang nyebutnya. Dasar aneh tapi ya itu lah Ica.

Rani dan Fitri pun terkekeh dengan candaan Ica, karena dengan seperti itu bisa mengurangi kegelisahan mereka. Pasalnya ini interview pertama untuk ketiga gadis itu.

"Kalau deg-degan mah sama Ran, tapi yaudah lah apapun yang terjadi nanti kita pasrahkan sama Allah" jawab Fitri yang sepertinya lagi mode bijak.

"Selow aja kali Ran, kalau nggak dapat ya berarti nggak jodoh sama pekerjaannya. Tapi bisa aja kan jodoh sama yang ngeinterview hahahahaha" lawak Ica, yang sebenarnya dia juga tegang banget.

Kedua teman Rani telah selesai diinterview, dan sekarang giliran Rani masuk ke dalam ruangan. Dengan mengucap bismillah dan juga semangat serta doa dari orang-orang tersayangnya.

Tok tok tok

Pintu diketok Rani, tak lama ada sahutan dari dalam.

"Permisi Pak......Mas Al??!!!"

"Rani??!!!!"

Dua orang yang terpisah bertahun-tahun demi cita-cita masing-masing kini dipertemukan di ruangan yang katanya lebih serem dari ruang UNBK waktu SMA.

Dalam hati mereka sama-sama menerka "apa maksud dari pertemuan ini? Kenapa setelah mereka saling melupakan dan mengikhlaskan malahan bertemu di situasi yang menegangkan? Kenapa takdir seolah mempermainkan mereka?"

Cintaku Seorang Akuntan [TERBIT]Where stories live. Discover now