10. Day 1

3.2K 248 6
                                    

Happy Reading

Hari ini adalah hari pertama Rani bekerja. Meski perasaannya sedikit terluka akibat kenyataan yang diberikan Alfian kemarin, namun ia harus tetap semangat. Tujuannya kali ini adalah untuk membuat bangga kedua orang tuanya.

Dipakainya seragam yang telah didapatkannya tempo hari. Dipadukan dengan jilbab warna senada dan sepatu fantovel. Ia juga memoles wajahnya dengan makeup yang tidak terlalu tebal.

"Pagi semua....." sapanya kepada semua anggota di rumah.

"Wihh......cantik banget kakakku ini," puji Radit yang jarang-jarang memuji kalau tidak menginginkan sesuatu dari Rani. 

"Kamu mau apa sih, Dit?" tanya Rani  to the point.

"Tau aja sih, kak. Emang ya kak Rani  tuh terbaik deh. Hahahaha,". Tuh kan benar, pasti ada apanya.

"Kak, beliin jaket ini dong, murah kok. Cuma lima puluh ribu doang," rayu Radit sambil memperlihatkan gambar jaket tersebut.

"Yaudah, kamu pilih aja dulu. Uangnya nanti sore ya,". Sungguh Rani tak kuasa menolak keinginan adiknya itu, hampir semua keinginan Radit sebisa mungkin dipenuhi oleh Rani.

"Oke, siap bos, makasih ya kakakku tersayang,"

"Sama-sama,"

Setibanya di kantor, Rani langsung berpapasan dengan Alfian. Keduanya tampak canggung satu sama lain.

Mereka berjalan beriringan tanpa saling sapa. Hanya menatap sepersekian detik. Benar-benar bagaikan dua orang asing yang tak saling kenal.

Mereka berpisah saat Rani masuk ke dalam ruangannya, dan Alfian melanjutkan langkah menuju ruangannya sendiri.

Ngomong-ngomong tentang kabar Fitri dan Ica, mereka juga diterima namun ditempatkan di subdivisi yang berbeda dengan Rani.

Sesampainya di ruangan, Rani menyapa semua seniornya yang ada di ruangan tersebut dan segera menghidupkan komputer.

Tak lama, terdengar suara telepon interkom. Suara lelaki yang sangat dirindukan Rani.

"Ke ruangan saya sekarang!!. Ambil yang seharusnya kamu ambil!!" kata orang itu, yang tak lain adalah Alfian.

"Baik Pak,"

"Pak Alfian, Ran?" tanya Anis, salah satu senior Rani.

"Iya Mbak, yaudah aku kesana dulu,".

"Iya, cepet sana. Keburu singanya ngamuk hahahaha," canda Anis yang dibalas kekehan oleh Rani.

****

Alfian POV

Ya Allah aku tuh kenapa sih?

Tadi aja ketemu di bawah, sok cuek. Sekarang malah memanggil dengan alasan kerjaan. Sungguh sebenarnya aku belum ikhlas kalau Rani akan menikah dengan laki-laki lain.

Inginnya aku yang ada di sampingnya saat di pelaminan. Tetapi pemikiran semua itu harus aku hilangkan.

Semalam aku sudah mempersiapkan diri untuk kemungkinan akan banyak berurusan dengan Rani.

Tok tok tok

Pintu ruanganku diketuk, kemungkinan besar itu adalah Rani.

"Permisi Pak," sapanya.

"Ini yang harusnya kamu ambil dari tadi. Kamu harusnya bertanya apa yang perlu dikerjakan. Bukannya santai-santai. Mau makan gaji buta kamu?" semprot ku sembari setengah melempar beberapa berkas laporan. Entah mengapa emosiku tidak bisa ku kendalikan.

Cintaku Seorang Akuntan [TERBIT]Where stories live. Discover now