11. Serba Salah

3.1K 229 4
                                    

Mungkin memang Allah telah menyiapkan jodoh terbaikku kelak.

~Alfian Putra Hendrawan~

Happy Reading


Rani POV

Hari ini pertama aku masuk kerja, namun dari pagi diriku sudah mendapat berbagai perkataan pedas dan sindiran dari atasanku. Siapa lagi kalau bukan Alfian.

Entah ia sedang banyak masalah atau memang itulah sikapnya yang sebenarnya. Menyebalkan.

Dari awal masuk hingga pulang selalu kena marah dan omelan. Apapun yang aku katakan dan kerjakan tidak pernah benar dimatanya.

Seperti siang ini, aku tengah berdebat dengannya di dalam mobil yang membawa kami ke restoran tempat pertemuan. Rencananya aku dan Alfian akan bertemu dengan klien. Namun, karena suatu hal klien itu menunda pertemuannya menjadi lusa.

"Kamu sih, tadi siap-siapnya lama jadinya kita telat kan sampai sini," semprot Alfian.

"Maaf Pak, tetapi kan yang menunda dari pihak klien, bukan salah kita dong. Orangnya aja juga belum datang kok pas kita sampai tadi, gimana bisa jadi salah saya?!" balasku yang ikut emosional.

Kali ini ia tak membalas, ya karena sebenarnya ia tahu kalau semua ini bukan salah kami terlebih lagi diriku. Kurasa Alfian hanya mencari-cari kesalahanku saja. Aku tak tahu salah apa sama dia. Harusnya yang marah-marah karena merasa terbohongi tentang statusnya itu diriku, ini malah terbalik seolah aku yang tertangkap tengah berbohong.

Setelah itu, tiba-tiba terdengar notifikasi dari handphonenya. Sepertinya pesan, atau mungkin yang menghubunginya adalah istrinya. Entahlah, kita lihat saja kelanjutannya.

"Kamu udah lapar?" tanyanya tiba-tiba dengan sikap dinginnya.

"Belum," jawabku malas. Jujur aku tak nafsu makan setelah menerima perkataan pedas dan omelan dari Alfian.

"Aku mau ke RS Kasih Bunda, makannya setelah dari RS nggak masalah kan? Atau kamu mau makan sendiri? Biar nanti aku minta sopir yang menjemput kamu," katanya.

Enak aja, ia yang mengajak aku pergi, tetapi pulangnya sama orang lain.  Mungkin otaknya sedikit bergeser akibat batal meeting. Hufttt.

"Boleh aku ikut saja? Biar sekalian aja, gimana?" pintaku.

Tanpa menjawab, ia langsung menjalankan mobilnya ke arah RS Kasih Bunda.

Langkahnya tergesa-gesa. Entah siapa yang dirawat di sini, mungkin salah satu dari keluarganya.

Kami, aku dan Alfian sudah berada di dalam lift menuju lantai 5. Aku tak berani membuka percakapan, karena aku tahu ia sedang merasa cemas. Terlihat jelas dari raut wajahnya.

Kamar Flamboyan 12

Alfian mengetuk pintunya dan memberi kode padaku untuk ikut masuk.

"Assalamualaikum," salamku dan Alfian secara bersamaan.

"Waalaikumsalam," jawab orang-orang yang ada di dalam ruangan.

Kini aku tahu bahwa yang dirawat adalah Bapak dari Alfian. Di ruangan itu, juga ada seorang Ibu yang kuyakini adalah Ibu Alfian, seorang laki-laki yang lebih dewasa dari Alfian, kemungkinan itu adalah kakaknya. Serta sepasang suami-istri yang ku perkirakan adalah mertua Alfian. Mungkin.

Alfian sangat khawatir, sebab beberapa menit lalu kata Ibunya, Bapaknya Alfian sempat kambuh jantungnya. Maka dari itu, beliau mengirim pesan kepada anak bungsunya karena anak sulungnya masih dalam perjalanan menuju Rumah Sakit.

Cintaku Seorang Akuntan [TERBIT]Where stories live. Discover now