5. Status Baru (?)

5K 312 8
                                    

Happy Reading

Rani POV

Pukul 8 malam disaat aku sedang santai sambil menonton televisi dengan keluargaku, tiba-tiba handphone ku berdering. Ku lihat id caller nya, nomor asing. Sebenarnya aku ingin menolaknya tetapi bagaimana jika itu kabar dari bank?. Hingga panggilan ketiga akhirnya ku putuskan mengangkatnya. Ternyata Mas Alfian yang mengabari kalau besok jam 7 aku harus datang ke Bank.

Boleh nggak sih aku berharap kalau itu artinya aku diterima kerja di sana.

Obrolan kami berakhir dalam 2 jam. Entah kenapa aku merasa yang sedang ngobrol denganku itu adalah Mas Alfian yang berbeda dari Mas Alfian yang selama ini kukenal. Memang dulu ia terkenal seorang yang friendly, namun denganku ia tidak pernah bicara banyak, dan ini pertama kalinya aku ngobrol banyak dengan seorang Alfian.

Esok harinya aku bangun tanpa diteriaki Mama. Dan hari ini aku ingin tampil perfect. Ku pakai kemeja putih polos dengan rok hitam dan jilbab hitam. Ku poles wajahku dengan makeup tipis, karena aku kurang suka dengan makeup yang berlebihan, tak lupa sepatu fantovel yang menemani perjuangan ku selama ini. Rasanya penampilan ku ini sudah perfect. Bergegas aku turun dari kamar.

"Mau kemana kak? Udah rapi aja?" tanya Radit, adik cuek tersayangku yang tiba-tiba ada di depan pintu kamar ku.

"Mau ke bank, kenapa? Mau aku antar ke sekolah? Biar sekalian," tawarku.

"Nggak perlu, udah janjian sama temen mau futsal pulang sekolah".

"Yaudah, Ma.....Pa.....aku berangkat ya, Assalamualaikum". Pamit ku kepada Mama dan Papa.

"Waalaikumsalam" jawab Mama, Papa, dan Radit dengan serempak.

****

Kini aku sudah di depan pintu masuk Bank. Kali ini tak perlu bertanya kepada Pak satpam lagi, karena semalam Mas Alfian ehh maksudku Pak Alfian bilang kalau langsung ke ruangannya saja.

"Assalamualaikum Mbak, maaf mau tanya Pak Alfian nya ada tidak ya?" tanya ku kepada gadis yang ku tahu sebagai sekretaris Pak Alfian.

"Waalaikumsalam, iya Mbak sudah ditunggu Bapak di dalam. Langsung masuk saja".

"Baik Mbak, terimakasih".

"Sama-sama".

Pintu ku ketuk hingga ada sahutan dari dalam.

"Assalamualaikum, Pak..." sapaku dengan bahas yang formal.

"Waalaikumsalam, silahkan duduk Ran" suruhnya.

Bertatap muka dengan orang yang sama lagi dan dengan perasaan yang sama pula. Jantungku berdebar kencang tetapi sudah tidak terlalu canggung seperti kemarin. Setelah ku perhatikan sekilas ternyata ada yang aneh, wajah Pak Alfian lebih pucat dari kemarin namun senyum yang menghiasi wajahnya tidak berkurang sedikitpun.

"Selamat ya" katanya sambil mengangkat tangannya.

Untuk menghormati, ku jabat balik tangannya. Sudah kuduga sebenarnya tetapi tidak aku perlihatkan.

"Bingung ya? Kenapa saya kasih selamat ke kamu?" tanya Pak Alfian.

"Mungkin karena saya diterima kerja di sini?" jawabku dengan percaya diri.

"Dan dugaan kamu benar. Itu artinya saya boleh dong menagih janji saya". Masih ingat aja sih Bapak haduhh.

"Soal makan siang ya Pak?"

"Emang ada yang lain ya?". Masya Allah wajahmu Pak bikin diri ini meleleh upss.

"Iya juga ya, yaudah nanti kita makan siang bareng deh biar saya yang traktir. Kalau boleh tau kapan saya bisa mulai bekerja, Pak?" tanyaku.

Cintaku Seorang Akuntan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang