8. Ikhlas itu Melepaskan (1)

3.4K 247 4
                                    

Ikhlas itu melepaskan
Ketika harus melepaskan orang yang kita cinta, ya harus diimbangi pula dengan perasaan ikhlas agar tidak menimbulkan luka di esok hari.

~Alfian Putra Hendrawan~

Happy Reading


Alfian POV

Hari ini adalah hari terburuk bagi jiwa dan ragaku. Bagaimana tidak, kemarin aku mendadak ditelepon oleh Bapak Kepala Divisi Keuangan untuk menggantikannya meeting dengan klien.

Divisi Keuangan di tempat ku bekerja dibagi lagi menjadi beberapa subdivisi. Salah satunya jabatan dan tanggungjawab yang sedang ku emban saat ini yaitu sebagai Kepala Subdivisi Penganggaran dan Pengendalian Keuangan. Dan di subdivisi ini, aku dibantu oleh sepuluh orang staf termasuk Rani dan Fani sebagai staf baru.

Kembali lagi ke Bapak Kepala Divisi Keuangan. Jadi begini, alasan kenapa harus aku yang mewakili beliau meeting. Katanya, "Al, besok kamu mewakili saya ya, karena saya besok mau pergi bulan madu dengan istri saya". Pak Fendy memang baru satu bulan lalu melangsungkan pernikahan. Ya, atasan ku itu masih berusia sekitar 26 tahun.

Ya, apa boleh buat itu adalah perintah. Dan tadi pagi tiba-tiba klien membatalkan sepihak pertemuan kami karena anaknya tidak memperbolehkan ayahnya untuk pergi meeting. Kurang greget gimana coba kalau kalian jadi diriku?!

Saat di SPBU pun, perasaan kembali memanas lagi. Diriku dikejutkan oleh pemandangan yang tak mengenakkan, dan di tempat yang berbeda, aku kembali dikejutkan oleh pemandangan yang sama menyakitkannya.

Rani Ardhiyanti Putri. Sosok gadis yang sudah memporak-porandakan hatiku sejak beberapa tahun yang lalu. Hingga kini ia masih saja berpengaruh terhadap kesehatan hatiku.

Hari ini, aku dan teman-teman mantan Komunitas Mahasiswa Yogyakarta yang berasal dari Solo akan mengadakan reuni di salah satu villa adik tingkat ku zaman kuliah dulu, di daerah Tawangmangu.

Aku berangkat dari Solo sendirian, karena tadi pagi seharusnya ada meeting, tetapi dibatalkan oleh klien ku.

Di tengah perjalanan, kulihat spedometer motorku yang ternyata bensinnya tinggal sedikit, dan tidakm memungkinkan untuk berkendara Solo-Tawangmangu. Akhirnya aku putuskan untuk mampir ke salah satu SPBU daerah Jaten, Karanganyar. Di sana aku melihat pemandangan yang sangat menyayat hatiku. Aku lihat Rani dan seorang lelaki yang juga tengah mengisi bensin.

Mereka sedang bersenda gurau. Dilihat dari penampilannya, aku yakin mereka ingin bepergian jauh, terbukti dari jaket dan sepatu yang mereka gunakan. Tunggu dulu, jangan bilang lelaki itu adalah lelaki yang tempo hari telepon Rani. Itu artinya, ia adalah calon suami Rani?. Seketika hatiku seakan menjerit tak terima kalau Rani sudah mempunyai pacar atau bahkan calon suami mungkin.

"Ternyata benar, kamu sudah punya tambatan hati. Baiklah aku memang harus mundur," kataku dalam hati. Setelah itu mereka sudah tak terlihat lagi oleh netraku.

Ikhlas itu melepaskan

Ketika harus melepaskan orang yang kita cinta, ya harus diimbangi pula dengan perasaan ikhlas agar tidak menimbulkan luka di esok hari.

****

Sesampainya di villa Kevin, adik tingkatku kuliah, aku kembali dikejutkan oleh sosok Rani dan pacarnya itu. Takdirku yang selalu bertemu dengan Rani dalam keadaan mengejutkan. Kenapa harus begini lagi?. Refleks aku memanggilnya.

"Rani?!!"

"Mas Al?!!"

Jujur aku sangat ingin dipanggil seperti itu oleh Rani. Dan kenapa saat dia memanggilku dengan panggilan yang aku inginkan, hubungan kami sedang tidak baik-baik saja?.

Cintaku Seorang Akuntan [TERBIT]Where stories live. Discover now