11 | Breakthrough

6.4K 1K 826
                                    

💎💎💎

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

💎💎💎

Ayo ramaikan komentar di paragraf dan dialog yang menarik bagi kalian. Stay safe ya semua!

💎💎💎

Kak Vio : Dek, tolong pulang dulu gantiin Kakak, Ale sakit mendadak banget. Kakak gak bisa pulang, tapi gak enak udah janji sama Nala dan Mama mau ajakin piknik. Kasihan, anaknya Nala ulang tahun.

Kak Vio memiliki butik pengantin dengan 3 cabang di Indonesia. Cabang Jakarta dipegang oleh Mbak Maya, cabang Manado oleh Nala, dan cabang Bitung oleh Candy. Dan untuk semua alasan itu, Varrel memutuskan pulang ke Manado demi menemui ibunya, juga memenuhi permintaan kakaknya pada akhir minggu.

Nala, manajer butik di Manado adalah teman sekolahnya dulu. Janda beranak satu—menikah muda, sempat menjalin hubungan dengan Varrel beberapa tahun sebelum menikah dengan mantan suaminyadan sampai sekarang hubungan mereka masih baik, sebagai teman.

Atas semua pertimbangan itu, setelah ia mendarat di Manado pagi tadi, beberapa jam kemudian Varrel sudah bersama dengan ibunya, Nala, dan anak laki-laki Nala yang baru berusia lima tahun, pergi ke Pantai Paal untuk piknik.

Butuh sekitar dua jam menyetir mobil dari Manado ke Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara. Dan setelah mereka sampai, Abi—anak laki-laki Nala langsung lari berhamburan menuju pantai cantik dengan taburan pasir putih itu.

“Abi,” panggil Varrel khawatir anak itu terseret ombak berhubung dia sudah lama sekali tidak melihatnya. Dan tahu-tahu Abi sudah sebesar ini sekarang.

“Kamu tenang aja, Abi jago berenang lho.” Nala menginterupsinya untuk tidak terus-terusan memanggil Abi.

“Ya, memang harus begitu anak laki-laki,” ujarnya. “Apalagi Abi hidup di kelilingi laut sejak dia lahir, gak lucu ya kalau dia gak bisa renang.”

Nala terkekeh dan kembali disibukkan dengan kegiatan angkut-angkut perlengkapan piknik mereka—termasuk keranjang makanan di dalamnya, sementara ibu kandung Varrel sudah membawa ponsel dan menyalakan panggilan video untuk menghubungi kakaknya yang batal datang hari ini. Beliau terlihat berbincang dengan Abi dan Kak Vio—mungkin juga Ale, dengan gembira sekali.

“Nih, Tinutuan.” Nala menyodorkan kotak stainless kepadanya saat mereka sudah selesai mengangkut dan berbenah perbekalan di pondokan.

“Bosan lah, masa Tinutuan terus? Gak ada yang lain apa?”

Nala tertawa. “Aku dibilangin sama Ibu, ya. Katanya kalau Varrel pulang harus ada Tinutuan, dan harus bikin sendiri. Kenapa rupanya? Bosan sekarang?”

Varrel mencebikkan bibir, dan membuang pandangnya ke depan lagi, menatap hamparan laut biru yang serasi dengan pasir putih halus di sepanjang sisinya. Menikmati hembusan angin laut dan suasana yang sudah lama sekali tidak ia rasakan, tidak dia nikmati.

All is Found ✔Where stories live. Discover now