13 | Heart Shaker

7.6K 1K 531
                                    

💎💎💎

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

💎💎💎

Guys stay safe yaa, jangan lupa ramaikan komentar in line. Thank you ❤️❤️❤️

Usaha demi usaha untuk meningkatkan produksi terus dilakukan, dan yang tercepat saat ini tentu saja melakukan kerja overtime pada tim di factory.

Hal yang sangat tidak bisa dihindari kalau tidak mau dicerca terus-terusan selama evaluasi mingguan atau pun bulanan.

“Semangat team!”

Varrel menyoraki mereka semua dengan senyum mengembang. Dia sendiri juga bersemangat untuk menunggui mereka selama beberapa waktu sebelum memutuskan untuk pulang.

“Ada yang mau kopi atau cemilan?” tanyanya.

Dapur produksi berlian mentah sudah aman—karena mereka rata-rata adalah pria, kopi Bahtera saja sudah cukup. Berbeda dengan dapur para seniman logam mulia alias Forger, juga desainer perhiasan perusahaan, Jinan Daraha, mereka cenderung pemilih dan selektif dalam memilih makanan atau minuman traktiran.

“Boleh, Pak.” Salah satu dari orang di tim Forger menyahut.

“Oke.” Varrel mengangguk sambil mengacungkan kartu debitnya. “Kopi apa? Starbucks?”

No!” Jinan dengan cepat menjawab, melepas kaca pelindung yang menutupi sebagian wajah atas, hanya sampai batas mata. “Saya maunya kopi janji suci, Pak.”

“Hah?” Varrel terperangah. “Emang ada? Kan adanya juga Janji Jiwa sih setahu saya.”

Wanita muda berambut pendek itu berdecak jengkel sambil meliriknya lewat ekor mata.

“Ada, Bapak,” ujarnya kemudian. “Janji suci itu kopi yang terhidang setelah Bapak ijab kabul sama saya.”

Uhuk!

“Cie ...”

Teman-teman dalam tim Jinan menyorakinya dan Varrel tertawa. Dia memang seperti itu dan seberani itu.

“Oke, saya pesan dulu.”

“Apanya, Pak?” tanya Jinan buru-buru.

“Kopinya.” Varrel melempar senyum jenaka pada wanita itu. “Janji suci.”

“Kalo gitu saya ikut, Pak. Janji suci kan adanya di KUA.”

“Ah, masa? Bukan di Trans Tv, ya? Acara Raffi Ahmad sama istrinya dulu itu?”

“Tau ah, males.”

Setelahnya dia tertawa geli melihat reaksi dan ekspresi yang baru saja dikeluarkan oleh Jinan, lalu bergegas memesan kopi untuk semua orang, serta beberapa makanan kecil karena Bahtera sudah mulai bersiap untuk tutup.

All is Found ✔Where stories live. Discover now