17. Menjauh demi kebaikan

2.4K 114 12
                                    

Halloooo pembaca Alexamel...
Gimana kabarnya?

Lama tak berjumpa ya hehe, maap karna aku lagi sibuk banget. Ini serius beneran sibuk karna aku nanti tanggal 14-15 Maret insyaallah mau lomba PMR. Disini siapa yang anak PMR juga kek akuuuuuuu?????

Maap yaa aku ingkar janji mau update pas itu, tapi malah gak jadi ya karna itu, lagi mempersiapkan untuk lomba. Doain aku yaaaa teman-temannnn...

Aku janji kalau udah selesai lomba dan gak sibuk lagi bakalan sering update. Minimal seminggu satu part. Insyaallah:)

Udah ahh segitu aja, yaudah yuk capcussssss....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
HAPPY READING....

Sudah dua hari berlalu sejak kejadian itu kini Amel masih belum bisa melupakan semuanya. Sudah dua hari berlalu juga Amel belum masuk sekolah karna harus dirawat. Ia mengalami trauma dan juga kesehatannya menurun, sehingga membuatnya harus dirawat di salah satu rumah sakit yang ada di jakarta.

Kegiatan Amel dua hari ini hanya melamun memikirkan kejadian dua hari lalu seperti saat ini, ia memandangi gedung-gedung pencakar langit yang sangat indah ketika dilihat pada malam hari karna dihiasi lampu-lampu yang memberikan kesan menarik dan indah dipandangi.

Dengan infusan yang masih menempel di tangan kanannya, malam ini di ruangannya, Amel duduk sendiri di atas tempat tidurnya karna bundanya sedang membeli makanan dan ayahnya mungkin masih bekerja atau sedang siap-siap untuk bergantian dengan bundanya untuk menjaganya, sedangkan Velix tadi sore izin untuk tidak menemaninya karena ada urusan dan sampai sekarang belum kembali.

Amel menghembuskan nafasnya pelan lalu tersenyum kecil. Senyum yang seolah sedang berusaha menguatkan diri. "Setelah ini Amel harus gimana?" Tanyanya pada diri sendiri.

"Menyerahkah? Atau lanjut dengan segala konsekuensinya?"

"Jujur, Amel takut." Ia menundukkan kepalanya sambil memandangi tangannya yang terbalut infusan, dan tanpa sadar air matanya yang entah sudah keberapa kali mengalir lagi dengan sendirinya. Padahal tadi siang sepulang sekolah, teman-temannya menjenguknya dan disana Amel terlihat lebih ceria walaupun tidak seceria biasanya. Karna sejak kejadian dua hari lalu itu membuat Amel lebih pendiam karna trauma yang dialaminya.

Lalu tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka dan munculah ayahnya Amel yang masih menggunakan pakaian kerjanya yang sedikit berantakan.

Amel langsung menghapus air matanya dan tersenyum menyambut kedatangan ayahnya. "Ayah kok masih pake baju kerja?" Tanya Amel.

Aldo-ayahnya Amel meletakkan tas dan jaznya di sofa yang ada di ruang inap Amel sebelum menghampiri Amel yang ada di sisi ranjang. "Kok Amel belum tidur?" Tanya Aldo.

Amel menggeleng pelan. "Amel laper jadinya belum bisa tidur." Jawabnya setengah berbohong.

"Emang bunda kemana?" Tanya Aldo.

"Bunda lagi beli makan di bawah, tapi sampe sekarang belum kembali. Ayah belum jawab pertanyaan Amel."

Aldo tersenyum lalu mengacak-acak rambut Amel pelan. "Iya ayah baru pulang kerja." Jawab Aldo.

"Pantes bau." Ledek Amel.

"Abisnya Ayah kangen sama putri bawel ayah satu-satunya, jadinya abis pulang kerja langsung ke sini deh."

"Hmm emang aku putri ayah?" Tanya Amel bercanda.

"Emang siapa yang bilang kamu putri ayah?" Tanya Aldo tak mau kalah.

ALEXAMEL (SELESAI) Where stories live. Discover now