Rasa Yang Sama

421 30 1
                                    

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat Hinata bergegas menyisir rambutnya dengan cepat "sebentar.....!!" Teriaknya.

Ia pun membuka pintu kamarnya "ada apa?"

"Maaf nona anda sudah di tunggu teman anda" jawab maid

"Hmmm ya a-ku a-kan tu-run se-ge-ra". Ia pun segera mengambil tasnya dan memakai sepatunya 'pasti Gaara-Kun' pikir Hinata.

Sesampainya Hinata hanya mengulas senyum. Tepat dengan apa yang ada di fikirannya.

'Tuh kan bener' fikir Hinata.
Melihat kedatangan Hinata yang menghampirinya. Ia pun berdiri.

"Yuk kita berangkat Hime". Hinata mengangguk dan menerima uluran tangan Gaara kemudian membalas genggaman tangannya dengan erat.

"Tunggu!!!! Aku tidak akan  mengijinkannya." Neji menghampiri Hinata dan Gaara. "Dan lepaskan tangan kotormu" lanjutnya dengan tatapan tajam.

Gaara hanya bisa mengalah dan melepaskan tangannya. Ia menatap Hinata sebentar dan kembali menatap Neji " maaf" ia menunduk di depan Neji. "Maaf kan saya yang belum ijin dengan Neji-Nii"lanjutnya. Bagaimanapun Gaara harus bersikap senormal mungkin sehalus mungkin jika sudah berhadapan dengan keluarga Hinata. Kalau bukan saudara Hinata, mungkin Neji sudah mati ditangannya dengan mengenaskan, namun sekali lagi ia menghargai segala sesuatu yang membuat Himenya tersenyum. Meski ia posesif tapi ia tahu arti dari senyuman Himenya. Baik senyuman untuk  saudara atau teman - temannya bahkan untuk dirinya sendiri.

"Pergilah! Biar Hinata aku yang mengantarnya".

"Baik. Kalau begitu saya pamit" ia pun mulai berjalan menjauhi Hinata dan Neji. Ia sedikit lega jika yang mengantar Himenya adalah Neji. Meskipun begitu ia sedikit kecewa dengan keluarga Hinata yang masih belum menerima keberadaannya. Ia harus berusaha keras mendapatkan hati keluarga Hyuga, meski Shikamaru mengatakan hal yang tidak mungkin baginya. Bolehkah ia egois hanya untuk tetap mengenggam erat orang yang di cintainya meski banyak rintangan yang ia hadapi termasuk dirinya sendiri yang emosinya belum bisa ia kendalikan. Ia kembali ke mobil dengan perasaan yang kacau dan melampiaskannya pada jalan. 'Aku bisa menunggunya di depan koridor' pikir Gaara.
.
.
.
.
.

"Kamu jangan terlalu dekat dengan Gaara, Hinata?" Pelan Neji yang sambil mengendarai mobilnya.

"Kenapa?" Hinata selalu penasaran dengan keluarganya yang selalu melarang hubungannya dengan Gaara.

"Kamu hanya akan membuatnya kecewa nanti"

"A-ku ti-dak me-nger-ti Ne-ji -Ni". Sungguh ia tidak mengerti kalimat Neji. Ayahnya pun selalu bilang seperti itu seolah - olah hubungannya dengan Gaara akan berakhir nantinya. Tapi ia begitu tulus memyayangi Gaara dan tak ingin bersama dengan laki - laki manapun kecuali dengan Gaara. Lalu kenapa kakaknya berkata seperti itu.

"Kamu akan tahu nantinya. Turunlah.... kita sudah sampai di gerbang sekolah kamu"

"Hmmmm ba-ik-lah..... aku per-gi du-lu Nii-san." Ia pun turun dari mobil dan melambaikan tangannya.

"Hinataaaaa!" Teriak Kiba yang melihat Hinata berdiri di gerbang pagar sekolah. Ia pun segera menghampirinya. "Kamu di antar Neji?" Lanjutnya.

"Iya" jawab Hinata. Hinata pun mulai berjalan memasuki area sekolah bersama Kiba. Dan mencoba mendengarkan ocehan Kiba meski fikirannya jauh memikirkan kalimat yang di ucapkan kakaknya beberapa saat lalu.

"Hime" pelan Gaara yang tiba - tiba ada di samping Hinata.

"Eh....."

"Kaget ya......" mencubit pipi Hinata "makanya jangan melamun" lanjutnya.

CDH Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ