Keputusan!

486 32 6
                                    

Deruan mobil menukik tajam tepat di  depan Mansion Megah dengan pilar yang menjulang tinggi serta ukiran artistik yang unik.

Sesosok pemuda tampan menampakn rupanya di balik pintu mobil. Ia berjalan dengan langkah tegas dengan kepalan tangan yang setia menemaninya. Rahangnya mengeras menahan seribu pertanyaan untuk emosinya. Hingga sampai pada ruangan, mata jelaganya menyelusuri setiap sudut ruangan, mencari seseorang yang mempunyai jawaban atas pertanyannya.

Hingga ia menemukan sosok yang di carinya.

"Tousan!".

Sang pria paruh baya yang sibuk dengan beberapa lembar di atas mejanya, menatap sumber suara yang menghentikan kegiatannya.

"Hn" ucapnya sambil kembali berkutat pada lembaran kertas.

"Apa benar Tousan membuat janji dengan keluarga Hyuga!"

Satu kalimat jelas membuat gerakan tangan sang pria paruh baya terdiam. Ia pun menatap sang putra dengan penuh amarah. Pelan tapi pasti putranya akan mengetahuinya tanpa ia harus mengungkapkannya dan menyakiti hati sang putra. Namun ia belum mengetahui jika sebuah rahasia kebenarannya di beritahu oleh orang lain lebih menyakitkan hati sang putra.

"Tousan terpaksa melakukannya!". Ucapnya pelan. "Tousan kira kamu sudah lupa dengan anaknya Hiashi!". Ia pun mulai berdiri. Menghampiri sang putra yang menampakan sorotan tajam. Ia pun memegang pundak sang putra. "Kita duduk dulu". Ucapnya pelan dan membimbing sang putra duduk disampingnya.

"Kenapa harus membuat janji seperti itu? Kenapa Tousan tidak memberitahuku dulu! Kenapa aku harus mengetahui dari orang lain! Dan kenapa alasannya Tousan!!". Ucapnya tanpa melepas sorotan tajamnya.

"Maafkan Tousan, kamu terlalu muda untuk mengetahuinya. Dan aku berfikir akan memberitahumu nanti. Tousan juga berfikir kamu lupa dengan Hinata. Bagaiamanapun kejadiannya sudah sangat lama. Dan soal alasan......... Hiashi kecewa karena kita membuat putri kesayangannya terluka". Ucapnya melunak menenangkan amarah sang putra.

'Bagaimana aku lupa dengan bonekaku!' Fikir Sasuke. Ia adalah gadis pertama yang membuatnya terpesona. Ia juga gadis pertama yang membuatnya tertawa lepas dan ia juga gadis pertama yang membuatnya merasa nyaman. Ia tak akan bisa melupakan sang gadis. Meski hanya beberapa detik. Baginya gadisnya adalah hal yang membuatnya berarti. Melupakannya adalah hal yang mustahil.

"Sasuke....... berhenti lah mengharapkan Hinata. Dia tidak mungkin menjadi milikmu".

"Maksud Tousan ........."

"Tousan dapat kabar dari kepercayaan Tousan. Dia bilang keluarga Hyuga akan meninggalkan kota ini. Mereka pergi tanpa tahu kapan kembali." Matanya menerawang memandang langit langit ruang kerjanya. Sementara sang putra menunggu kalimat selanjutnya yang di ucapkan sang ayah. "Kau tahu........ Hiashi sangat menyayangi putrinya bahkan melebihi nyawanya. Dan Tousan yakin kepergiannya  dengan keluargannya karena sebuah alasan yang berkaitan dengan sang putri. Tapi Tousan tidak tahu alasannya......" ucapnya pelan dengan wajah yang lesu. Ada guratan penyeselan di wajahnya. Dan ingin rasanya mengutarakannya namun lidahnya terasa keluh.

Sasuke hanya terdiam mendengar penjelasan sang ayah. 'Ini pasti ulah rakun dan rubah bodoh!' Fikirnya. Ia pun berdiri berjalan keluar ruangan, meninggalkan sang ayah yang tenggelam dalam dunianya.

Sasuke memasuki kamarnya menutup pintunya dengan kasar, hingga suaranya menggema di seluruh penjuru rumah. Ia mengentakkan tubuhnya pada ranjang king size nya. Merentangkan tangan serta menutup rapat matanya. Mengingat setiap kata yang di ucapkan sang ayah beberapa saat lalu. Ia pun mengambil handphonenya dan membukanya hingga muncul wajah Hinata yang tersenyum manis. Ia memandang wajah Hinata dengan seksama. Meneliti setiap jengkal wajah yang meneduhkan hati. Matanya meneduh hingga berubah menjadi sorotan tajam.

CDH Where stories live. Discover now