Konflik (2)

456 32 8
                                    

Pagi yang suram untuk hinata. Ia melangkah menuju kamar mandi dengan gontai, dan melakukan aktivitas paginya dengan lambat. Ia merasa waktu begitu melambat seiring dengan suasana hatinya, langkahnya berasa berat dan memakai tas dengan asal. Ia pun menduduki kursi makannya dengan sangat pelan hingga sang kakak posesifnya menyadari tingkah hinata yang mulai aneh.

"Ada apa hinata?"

Namun yang ditanya hanya diam membisu. Bahkan tangannya belum bergerak menanggapi sarapannya.

"Apa karena kejadian semalam kamu seperti ini?"

Hinata semakin tidak menghiraukan sang kakak. Fikirannya masih jauh melayang pergi menuju beberapa saat lalu yang bikin hidupnya mati rasa.

"Hmmm hinata....." masih tidak mendengarkannya." Hinata!!!!!" Teriak neji.

Hinata pun terlonjak kaget dan segera menatap saudaranya. Ia pun memicingkan matanya pada sang kakak serta menekuk wajahnya. Merasa kesal dengan tindakan kakaknya yang tiba tiba meneriakinya.

"Ck. Jangan berekpresi seperti itu, lagipula aku sudah ngajak ngbrol kamu tapi malah tidak di tanggepi sama sekali" jelas neji.

Hinata hanya melirik. Ia pun mengambil sarapannya dan memakannya, mengunyah dengan pelan.

"Aku kira kamu bengong gara gara kejadian semalam".

"Kejadian apa?" Tanya hinata sambil memgunyah.

"Kamu tidak tahu....." neji menaikkan satu alisnya dan hinata menjawabnya dengan gelengan kepala. "Hmm.... sabaku gaara..... kecelakaan di depan komplek rumah kita". Lanjutnya.

Seketika kunyahan hinata berhenti dan memandang saudanya dengan tatapan serius.

"Aku baru di kasih tahu sama penjaga kompleks depan" terangnya.

Hinata pun meneguk sisa makanannya. Ia pun segera mengambil tasnya dan berlalu pergi keluar rumah tanpa permisi pada saudaranya.

"Ck. Anak itu selalu memilih sabaku!!" Geram neji.

Hinata berjalan dengan cepat menuju halte. Ia pun sesekali mengetikan sesuatu di layar pintarnya dan mencoba menelepon seseorang yang membuatnya khawatir. Ia mencoba berkali kali hingga sampai pada depan kompleks namun masih tidak ada jawaban. Ia pun berlari ke arah pos kompleks dan menemui penjaganya.

"Pak! Apa benar semalem ada kecelakaan disini".

Sang penjaga kaget begitu melihat nona muda menemuinya secara langsung. "Ah ya benar nona. Teman anda kecelakaan disini dan beliau terluka parah. Ada begitu banyak darah di kepalanya dan saat di evakuasi saya sempat tanya pada petugas medis. Sepertinya teman anda mengalami patah tulang. Dan untuk selanjutnya saya tidak tahu nona" jelasnya.

Penjelasan sang penjaga membuat hatinya merasakan sakit yang lebih dari sebuah penghianatan yang ia alami. Seketika handphone yang ia genggam jatuh dan tubuhnya bergetar hebat. Air matanya mengalir deras hingga membuat sang penjaga khawatir padanya. Dengan sigap penjaga mengambil handphone nona mudanya.

"Nona..... apa anda baik baik saja?"

Hinata pun hanya diam dan meremas roknya.

"Akan saya panggilkan tuan muda ya nona".

"Tidak perlu" hinata pun mengambil handphonenya. Ia pun menanyakan gaara di bawa di rumah sakit mana dan sang penjaga pun menjawabnya. Ia pun pergi menuju halte dengan perasaan gontai. Hingga tiba tiba mobil orange berhenti tepat di samping hinata berjalan.

Tiiitt tittttt

Bunyi klakson mengagetkan hinata. Ia pun menengokan kepalanya. Dan melihat siapa pengemudinya. Sosok pria berambut blonde yang terlihat khawatir dan berteriak padanya.

CDH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang