Luka Yang Membekas

531 27 7
                                    

"Kau yakin mau berangkat sekolah, Hinata?". Tanya Neji. Ia merasa iba dengan keadaan Hinata yang masih jauh dari kata baik. Meski rambutnya tergerai rapih dengan seragam yang juga rapih namun tidak dengan matanya yang sedikit bengkak. "Kalau tidak sanggup lebih baik tidak berangkat". Lanjutnya pelan.

Hinata hanya menggeleng pelan. "Aku ingin bertemu kiba - kun dan shino - kun". Ucapnya pelan.

Gadis yang terbiasa berbicara terbata perlahan mengeluarkan kata dengan lancar meski dengan suara yang sangat kecil. Semua rasa gelisah, gugup dan cemas menghilang menjadi rasa yang redup. Hanya ada ekpresi diam tanpa senyum dengan mata yang sayup serta mulut yang tertutup rapat.

"Baiklah jika itu mau mu. Biar Niisan yang mengantarmu.....".

Hinata hanya mengangguk pelan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sasuke Pov

Aku berdiri di atap sekolah dengan mataku yang fokus menatap arah gerbang sekolah yang menampakan siswa berlalu lalang memasuki sekolah. Mencari sosok gadis yang ingin segera ku temui. Melihat keadaannya setelah sekian hari ku tak bertemu.

Hingga gadis yang kunanti menampakan wajahnya. Ku lihat ia berbicara dengan saudaranya hingga memasuki sekolah dan bertemu sahabatnya. Aku iri dengan sahabatnya yang dengan leluasa bercengkrama dengan dia. Dia yang selalu ingin ku gapai. Dia yang selalu ingin ku peluk dan memastikannya hanya aku boleh memilikinya.

Oh kamisama kenapa dunia begitu tidak adil? Menjauhkan hatinya untukku...

Menutup matanya atas kehadiranku...

Menutup telinganya atas tindakanku...

Dan menutup ingatannya atas kenanganku....

Lalu apa gunanya semua rasa ini. Kenapa rasa ini begitu menggebu. Hingga rasanya ingin kupaksa hatinya hanya untukku.

Oh kamisama, ijinkan aku tuk egois. Untuk memenuhi keinginanku. Untuk hanya ingin memilikinya seutuhnya.

Aku pun mengeluarkan botol kecil yang ku bawa dari rumah. Menurut dokter pribadi keluarga ini hanya akan membuat si pengguna akan tertidur selama 3 jam. Aku rasa ini cukup untuk membawanya ke kota Ame.

"Apa itu, Sasuke?"

Lidahku terasa keluh hanya untuk menjawab pertanyaan sahabat cerdasku. Lebih baik ku menyimpannya dan berlalu meninggalkannya. Tanpa harus memberitahukan isi kepalaku pada sahabatku. Ini lebih baik agar rencanaku berjalan dengan lancar.

And Pov.

"Ck. Anak itu pasti merencanakan sesuatu!" Gumam Shikamaru. Ia pun mengetikan sesuatu pada layar pintar nya.

"Selidiki Sasuke, sekarang!" Ucapnya pelan pada orang di seberang telepon. Ia pun berdiri dan memandang sekumpulan gadis yang terlihat mencolok di antara lainnya." Sepertinya kau memang tidak punya harga diri!" Gumamnya pelan dengan matanya yang fokus melihat gadis dengan warna rambut yang sama dengan sahabatnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kenapa begitu mendadak Hinata...." ucap Kiba dengan raut wajah yang lesu.

"Maaf kan aku kiba-kun....." Ia pun menatap shino " Maafkan aku juga shino-kun". Dengan kembali ia menundukan kepalanya.

"Tak apa...... yang terpenting kamu tidak lupa dengan kami dan selalu ngabarin kami!". Ucap shino pelan sambil mengusap pundak Hinata dengan pelan.

Hinata pun mengangguk pelan. "Aku ke Toilet dulu yah...." ucapnya pelan.

"Mau ku temani....?" Tanya kiba.

Hinata hanya menggeleng pelan. "Tidak perlu....." ucapnya pelan dan berlalu meninggalkan sang sahabat yang menyimpan sebuah pertanyaan tentang alasan kepindahan Hinata.

CDH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang