Maaf!

481 27 7
                                    

Pemuda dengan rambut panjang melangkahkan kakinya tanpa arah. Berjalan kanan kiri hingga tak terhitung jumlahnya. Sesekali ia menggigit ujung jemarinya. Sementara wajahnya nampak sekali ada guratan kecemasan yang begitu mendalam. Hingga suara mobil membuatnya berhenti dan segera berlari menemui sang punya mobil.

"Ada apa Neji!" Ucap pria paruh baya yang berhadapan dengan sang pemuda. Terlihat ia tidak menyukai ekpresi sang pemuda yang jauh dari kata baik.

Sementara Neji menatap ke samping. Memandang sang ibu yang mulai turun dari mobil. "Kenapa kamu menyuruh kami cepat pulang, Neji?" Tanya halus sang ibu.

"Aku ingin bicara penting dengan Tousan!"

Sang ibu hanya memutar bola matanya dengan malas. Ia memaklumi hubungan ayah dan anak yang pribadi tanpa mengetahui alasan pasti putranya berbicara seperti itu. Jika mengetahuinya mungkin hal yang tidak di inginkan Neji terjadi. "Baiklah.... aku masuk duluan yah!" Ucapnya pelan.

Neji menatap sang ibu dengan tatapam sendu hingga sang ibu menghilang di balik pintu rumahnya. Ia pun kembali menatap sang ayah.
"Hinata menghilang!" Ucapnya pelan.

"Apa maksudmu!"

"Kemarin aku mengantarnya ke Sekolah. Ia ingin bertemu dengan teman temannya sebelum pergi keluar negeri. Dan aku menjemputnya menunggunya hingga sore tapi ia tidak ada di sekolah" ucapnya dengan urat yang sedikit kecewa pada dirinya sendiri. Seharusnya ia tidak mengantar sang adik jika mengalami kejadian seperti ini.

Sementara sang ayah hanya menatap serius wajah putranya." Apa kau sudah mencarinya?"

Neji mengangguk perlahan." Sudah, bahkan aku sempat menemui teman temannya tapi kata mereka Hinata sudah pulang dari jam pelajaran pertama di mulai".

"Sudah hubungi polisi?"

Neji kembali mengangguk pelan. "Sudah, tapi mereka bilang harus melalui prosedur pencarian. Jika belum sampai 24 jam dari kabar yang menghilang maka mereka belum mencari Hinata. Tapi ini sudah lebih dari 24 jam dan mereka juga baru mencarinya Namun belum ada kabar dari Hinata sekarang juga".

"Kau sudah mencarinya di rumah sakit?"

"Sudah........ tapi Hinata tidak ada disana. Dan Gaara juga sudah di pindahkan."

"Dipindahkan kemana?"

Neji menggeleng pelan. "Aku tidak tahu Tousan. Tapi aku sudah menghubungi teman temanku yang di luar negeri untuk mencari keberadaan Gaara. Karena aku berfikir Hinata pasti kembali pada Gaara. Dia benar benar menyayangi pemuda itu!" Ucapnya dengan wajah yang menunduk.

Sang ayah pun hanya terdiam. Ia mengusap pelan pundak sang putra. "Tidak usah khawatir, Tousan akan mencarinya dengan orang orang yang sudah ahli. Kamu cukup disini jangan biarkan kasanmu mengetahuinya!".

"Maafkan aku Tousan, tidak bisa menjaga Hinata dengan baik." Ucapnya pelan.

"Hn. Hubungi Hanabi untuk segera pulang dan menyiapkan kebutuhannya di luar negeri". Ucapnya dengan pelan. Ia pun kembali memasuki mobilnya. Menemui seseorang yang seharusnya ia temui.

Sementara Neji berjalan gontai memasuki rumahnya. Ia harus menyiapkan topeng tenangnya agar tidak terlihat kecemasannya di mata sang ibu. Menyiapkan seribu alasan atas menghilangnya hinata.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sosok pemuda dengan tenang menyandarkan bahunya di penyangga tempat tidurnya. Ia tidak bisa melihat namun ia bisa merasakan ia berada di sebuah pesawat terbang. Hal yang tidak ada  dalam fikirannya tentang kemunculan saudara perempuannya yang mendatanginya dan membawanya pergi menjauh dari kota yang memberinya kenangan pahit.

Ia menghirup udaranya dengan pelan. Sesekali tangannya mengusap lembut kain yang membuatnya selalu mengingat sang kekasih. Mengingat bagaimana senyumnya yang manis tawa kecilnya yang begitu indah serta suaranya yang begitu lembut. Hatinya kembali berdesir begitu mengingat tangisan kekasih yang di akibatkan olehnya. Sungguh ia menyesali segala tindakan bodohnya yang selalu memenuhi nafsunya tanpa tahu akibatnya.

CDH Where stories live. Discover now