BAGIAN 14

9.4K 465 15
                                    

Menjalani adalah salah satu cara menerima takdir, percaya bahwa sesakit apa pun Tuhan memberikan luka, akan ada kesembuhan yang entah kapan datangnya.

Kim Meili

🥀🥀🥀🥀🥀

Pentry menggeliat dalam tdiurnya ketika dirasa matahari mulai menyinari matanya, mengusik tidur lelal yang terasa menyenangkan.  Perlahan, dia mulai membuka mata, menatap ruangan di sekitarnya dengan  mata menyipit. Mengamati sampai matanya menatap ke arah rajang yang terlihat berantakan

Aku sampai lupa jika sekarang sudah menikah dengan Arjuna, batin  Pentry dengan helaan napas lembut.

Pentry mulai mencoba menegakan badan yang terasa seperti mati rass. Semalam dia memilih tidur di sofa ruangan Arjuna. Ketika dirasa badannya sudah mulai membaik, Pentry menatap ranjang dengan Arjuna di atasnya lekat.

“Sampai kapan dia akan menganggapku dan anaknya sendiri beban,” gumam Pentry dengan mata menatap pedih. Sampai dia memilih mengabaikan kehadiran Arjuna di hidupnya dan melangkah menuju kamar mandi. Dia ingat bahwa Arjuna membenci untuk berbagi dengahnya. Tetapi, dia mulai mengabaikannya.

Pentry melangkah dengan pakaian yang masih berada di dalam ransel kecil miliknya. Matanya mengamati Arjuna yang masih terlelap dan segera masuk.

Aku harus mandi sebelum Arjuna bangun, batin Pentry dengan semangat menggebu. Dia merasa tidak mau mendapat amukan dari pria tidak berperasan yang nyatanya sudah menjadi suaminya. Ingatkan, suami kontrak, batin Pentry tetap mengingatnya. Setidaknya dengan begitu dia bisa berharap semua kebebasan setelah anaknya lahir.

Pentry mengelus perutnya dan tersenyum tipis. “Kita lalui semuanya bersama ya sayang. Mama akan terus menjagamu. Setelah kamu lahir, kita akan pergi berdua saja, ke tempat kita tidak mengenal siapa pun di sana,” ujar Pentry. Dia juga enggan pulang ke rumah orang tuanya dan membawa masalah baru di keluargaya. Sediri. Pentry memutuskan untuk tinggal sendiri.

🍁🍁🍁🍁🍁

Arjuna mulai membuka mata ketika merasa gemericik air mulai menggaggu tidurnya. Perlahan, dia menatap ke asal suara dan berdecak kesal. Dia yakin, Pentry ada di dalam kamar mandinya. Dengan cepat, dia mulai menyingkap selimut tebal yang sejak tadi membungkusnya dan segera melangkah ke arah kamar mandi.

“Pentry, keluar,” teriak Arjuna sembari menggedor keras pintu kamar mandi.

“Pentry, keluar atau aku dobrak pintunya,” ulang Arjuna dengan suara menggelegar seisi ruangan.

Sampia pintu kamar mandinya mulai terbuka, menghadirkan Pentry yang sudah mengenakan pakaian rapi ada di depannya. Namun, dia merasa ada yang berbeda dengan tatapan Pentry kepadanya. Bahkan, ketika wanita yang sudah menjadi istrinya tersebut melangkah tanpa menghiraukan tatapannya.

Arjuna menarik napas dalam dan mengembuskanya perlahan. "Pentry, bukannya aku sudh....”

"Tidak mau berbagi,” potong Pentry sembari menatap Arjuna lekat. “Aku masih ingat dengan itu, Arjuna. Aku sangat ingat bahwa kamu tidak mau berbagi denganku. Tetapi, aku bisa apa? Aku harjs mandi di kamar mandi luar dan membuat kelargamu curiga? Jadi, aku harus bagaimana?” tanya Pentry membuat Arjuna diam.

“Baiklah. Hanya kamar mandi,” putus Arjuna dengan wajah kesal. Dia juga tidak pernah memikirkan hal tersebut. Matanya masih terus menatap Pentry yang terlihat santai di depannya dengan pandangan datar. Sampai teriakan dari luar mulai mengagetkan keduanya.

“Arjuna, Pentry, sudah bangun?” tanya Vika dari luar.

“Sudah, Ma,” jawab Pentry dan Arjuna bersamaan. Membuat keduanya saling pandang dengan tatapan tidak suka.

“Kalau sudah selesai segera turun ya. Kita sarapan bersama,” ujar Vika mengingatkan.

“Iya, kami akan segera turun.” Lagi, Arjuna merasa kesal karena dia selalu menjawab hal yang sama denga  wanita di depannya.

Sampi suara tersebut tidak lagi terdengar, membuat Arjuna berdecih kesal dan masuk ke kamar mandi. Sedangkan Pentry, dia hanya diam dan sibuk merapikan buku yang ada di bawahnya. Sampai dentuman keras terdengar, menandakan Arjuna sudah sepenuhnya masuk ke dalama kamar mandi.

“Astaga, aku benar-benar lemas jika terus menghadapi tingkah Arjuna yang benar-benar tidak menyukaiku,” batin Pentry dengan tangan mengelus dada pelan.

🍁🍁🍁🍁🍁

“Kamu hari ini ke kampus, Pentry?” tanya Adolf dengan pandangan lekat. Mulutnya masih sibuk mengunyah sembari menatap istri adiknya.

“Iya, Kak,” jawab Pentry dengan pandangan tertunduk.

“Mau berangkat sama Kakak?” tanya Adolf membuat seisis meja makan terdiam. Pasalnya, Adolf merupakan salah satu spesies yang tidak sembarangan mrngizinkan seseorang untuk masuk ke dalam mobilnya. Dia lebih suka sendiri untuk menikmati kesendiriannya.

Pentry baru saja akan membuka mulut ketika suara Arjuna lebih dulu mencegahnya. Matanya menatap ke arah pria yang sudah mengenggamnya dengan erat, membuat hatinya berdesir seketika.

“Dia berangkat sam aku saja Kak. Lagi pula dia istrimu, kan? Aku tidak mau nanti dia berpikir yang tidak-tidak,” jelas Arjuna dengan senyum lepas.

Adolf menarik napas perlahan dan mengembuskannya pelan. “Baiklah kalau begitu. Silahkan.”

“Dan Pa, mulai besok Arjuna akan membawa Pentry ke apartemen Juna,” imbuh Arjuna dengan wajah serius, membuat Pentry yang tengah mengunyah makanannya susah payah.

“Kamu yakin? Usia kandungan Pentry masih sangat muda dan membutuhkan pendampingan. Kamu yakin semua akan baik-biak saja?” tanya Bima serius.

“Ajuna yakin, Pa. Arjuna ingin hidup dengan istri Arjuna dan menunggu kelahiran bayi kami. Kamu ingin menikmati waktu bersama sebelum nantinya akan ada malaikan kecil yang lahir,” jelas Arjuna sembari menarik Pentry, menggenggam lengan istrinya erat.

“Benar begitu, kan, syang?” tanya Arjuna dengan senyum misterius.

Pentry yang merasa cengkraman Arjuna mulai menguat hanya mengangguk pelan, membuat Arjuna tersenyum dan mengecupnya pelan. Membuat Pentry langsung diam dengan mata membelalak.

Juna menciumku?, batin Pentry dengan degul jantung yang mulai tidak beraturan.

“Baiklah, kalau memang sudah begitu keputusan kalian. Papa akan izinkan. Tetapi, kamu harus janji menjaga Pentry dan bayinya,” kata Bima dengan mata mengamati Arjuna lekat.

“Iya.”

“Mulai besok, kamu harus datang ke kantor dan mulai belajar mengurus pekerjaan, Arjuna. Kak Adolf akan mengajarimu,” perintah Bima tegas.

Arjuna mengulas senyum tipis dan mengangguk. “Iya, besok aku akan datang ke kantor,” jawab Arjuna, “Arjuna rasa sekarang kita harus ke kampus, Ma, Pa. Kami permisi.”

Pentry yang tengah meneguk minumannya terpaksa berhenti ketika Arjuna menariknya. Langkahnya mulai mengikuti Arjuna yang mendekapnya dari samping. Sampai tepat di depan mobil Arjuna, Pentry segera naik.

Arjuna hanya diam ketika sudah siap pergi. Dia segera menjalankan mobil keluar rumah. Namun, baru beberapa meter mobilnya berhenti dan Arjuna menatap Pentry lekat.

"Turun,” perintah Arjuna tanpa perasaan.

“Apa? Ini belum sampai kampus, Jun,” protes Pentry dengan tatapan bingung. Pasalnya, di sekitarnya tidak ada angkutan umum sama sekali.

“Aku bilang turun. Memangnya kamu pikir aku akan benar mengantarmu sampai kampus? Jangan bermimpi. Aku mau ke rumah Selvi dan menjemputnya. Jadi turun dan ke kampus saja sendiri,” tegas Arjuna membuat Pentry hanya mampu menghela napas berat.

Pentry segera turun dan menatap mobil Arjuna yang mulai menjauh. Padahal sejak pagi perutnya sudah merasakan mual yang cuma ditahan. “Kuat ya sayang. Jangan manja. Mama akan tetap menjagamu,” ucap Pentry dengan titik bening yang mulai mengalir. Perlahan, kakinya mulai melangkah menyusuri trotoar yang terlihat sepi. Tidak ada angkutan umum atau bahkan taksi yang melintas. Taksi? Hah, bahkan Pentry baru ingat jika dia tidak memiliki uang sama sekali.

Kamu harus kuat bersamnya, Pentry. Jangan pernah mencintainya. Kamu hanya perlu hidup dengannya sampai anakmu lahir. Setelahnya kamu akan benar-benar mendapatkan kebebasan, batin Pentry menguatkan diri sendiri.
______

Selamat membaca sayangkuh 😘😘

My Secret WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang