BAGIAN 38

8.2K 395 5
                                    

Hidup adalah menjalani apa yang saat ini ada. Berusaha membuang masa lalu yang terasa menyakitkan dan memulai hidup dengan apa yang saat ini takdir tentukan.

🥀🥀🥀🥀🥀

“Dia pikir aku mau bekerj sama dengannya? Memangnya aku bodoh sampai mau menerima tawarannya?” gumam Selvi sembari menghidupkan mesin mobilnya. “Aku bahkan tidak berniat membalas Arjuna sama sekali karena menurutku, bukan Arjuna yang harus aku singkirkan, melainkan Pentry. Dia itu yang membuat Arjuna berpaling dariku.”

Selvi melajukan mobil dan keluar dari halaman restoran. Matanya menatap jalanan degan tangan yang sibuk mengemudikan mobil. Sesekali menertawakan sikap Miranda yang berusaha memanipulasinya.

“Balas dendam? Aku bahkan berniat menyingkirkan Pentry dan mendapatkan Arjuna kembali. Aku bukan orang bodoh yang rela kehilangan berliannya,” ucap Selvi dengan tawa kecil. Otaknya bahkan sudah memikirkan banyak hal untuk mendapatkan Arjuna kembali.

Kita lihat saja, sayang. Sampai kapan kamu bisa menjauh dariku. Aku mau lihat, sampai mana kamu mampu bertahan tanpa aku, batin Selvi dengan tatapan bangga.

Selvi mulai membelokan mobilnya di pekarangan rumah dengan lantai satu. Memarkirkan mobil dan segera keluar. Kakinya melangkah menuju ke arah rumah tersebut dengan langkah santai.

“Dari mana saja kamu, Selvi?”

Selvi yang mendengar segera menghentikan langkah dan menatap ke asal suara. Matanya mengamati sang mama yang tengah berdiri dengan tatapan angkuh. Hal yang membuat Selvi terdiam segera.

“Pergi tanpa mengatakan apapun dengan mama. Di mana rasa sopanmu, Selvi?” tanya Silvi dengan tatapan dingin. Kakinya melangkah ke arah Selvi berdiri dan berhenti, menatap wajah anaknya lekat.

Plaaakkkk.

Selvi membelalak mendapat tamparan tiba-tiba dari sang mama. Matanya segera menatap wanita tersebut dengan rahang mengeras. “Apa yang Mama lakukan? Aku bahkan tidak melakukan kesalahan apa pun dan Mama menamparku?” teriak Selvi dengan emosi yang langsung menggebu.

“Kamu pikir kamu tidak membuat masalah, Selvi?” desis Silvi sembari menunjukan ponsel yang tengah memutar vidio Selvi yang berusaha membunuh Pentry. Membuat Selvi menatap mamanya dengan pandangan tidak percaya.

Siapa yang mengirimkan vidio itu, batin Selvi bingung.

“Kamu benar-benar membuat mama malu, Selvi!” bentak Silvi dengan emosi menggebu. “Kamu itu benar-benar bodoh. Mama tidak mau tahu, kamu harus meminta vidio ini dan jangan sampai tersebar. Kalau sampai ada yang tahu, kamu akan menerima balasannya,” imbuh Silvi dengan suara mendesis.

Selvi yang mendengar hanya diam dengan mulut sedikit terbuka. Mengabaikan sang mama yang sudah menaiki tangga menuju ke kamarnya. “Siapa yang mengirimka vidio itu ke mama. Aku benar-benar akan membalasnya,” gerutu Selvi dengan rahang mengeras.

Selvi mulai membalik tubuh dan siap menaiki tangga menuju rumah. Namun, gerakannya terhenti ketika dering ponselnya terdengar. Selvi seger menatap layar pnselnya dan mengerutkan kening heran. Terdapat nomor tidak dikenal mengirim pesan. Denga cepat, Selvi membuka pesan tersebut dan membacanya serius.

Apa kamu suka dengan kejutanku, Selvi? Aku akan membuat hidupmu tidak tenang sama sekali, sampai kamu mau menerima tawaranku.

“Kurang ajar,” desis Selvi dengan ekpresi berbeda. Tangannya sibuk meremas ponsel yang ada dalam genggamannya dan menghentakan kaki keras.

Kamu kurang ajar, Miranda. Kamu benar-benar mau mencoba berurusan denganku, batin Selvi kesal karena Miranda yang melakukannya. Miranda yang mengirim pesan untuk mamanya.
_____

“Arjuna, aku mau makan selai nanas,” ucap Pentry sembari menatap ke arah Arjuna yang tengah sibuk dengan pekerjaanya.

Arjuna yang mendengar segera mendongak dan menatap ke arah Pentry yang ada di ranjang. Dia mulai menghela napas perlahan dan bangkit. “Aku akan ambilkan di kulkas,” sahut Arjuna menghentikan pekerjaannya.

“Jangan,” cegah Pentry membuat Arjuna menatap bingung. Dia sudah menghentikan langkah dan menatap Pentry lekat. Mengamati wajah Pentry yang tampak ragu mengatakan sesuatu.

“Kamu mau mengatakan apa, Pentry?” tanya Arjuna dengan nada menyelidik. "Kamu tidak mau selai nanas di kulkas? Atau mau aku belikan yang baru?"

Pentry yang mendengar menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. “Aku mau selai nanasnya kamu yang buat, bukan beli di toko,” jelas Pntry semabri menggigit bibir lembut.

“Hah? Aku membuat selai nanas?” ulang Arjuna dengan tatapan tidak percaya. Terlebih ketika Pentry mulai mengangguk mengiyakan.

“Kenapa tidak beli saja?” tanya Arjuna dengan menahan kesal. "Aku banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan, Pentry. Kalau tidak, papa bisa memarahiku."

“Aku maunya kamu yang buat,” cicit Pentry menahan rasa takut.

“Ya sudahlah, Arjuna. Kamu buatkan saja selainya. Masa iya kamu mau anakmu nanti ileran.”

Arjuna yang mendengar suara dari arah pintu menghentikan ucapannya dan menatap ke arah pintu kamar yang sudah terbuka. Menghadirkan sang mama yang ada di pintu dengan tangan memegang gagang pintu. Perlahan, Vika mulai masuk ke dalam kamar dan mengulum senyum ke arah Pentry.

“Dia sedang hamil dan mama rasa, kamu harus menurutinya. Kalau tidak, nanti anak kalian ileran,” ulang Vika santai. Dia segera melangkah ke arah Pentry dan memberikan kecupan ringan.

"Tetapi, Arjuna sedang banyak pekerjaan, Ma. Kalau tidak nanti papa bisa marah," keluh Arjuna dengan pandangan bingung.

"Mama yang akan bicara sama papa," tegas Vika dengan tatapan tegas.

Arjuna yang mendengar menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. “Baiklah, aku akan buatkan,” putus Arjuna enggan berdebat dengan sang mama. Membuat Vika dan Pentry tersenyum bahagia.

Arjuna mulai melangkah keluar kamar, menuruni satu per satu anak tangga. Hingga pada tangga terakhir, matanya menangkap sosok sang papa tengah berada di meja makan. Namun, dia hanya diam dan memilih ke dapur.

“Kenapa menyusahkan sekali. Padahal tinggal makan saja selai dari supermarket,” gerutu Arjuna sembari mengeluarkan nanas yang sudah dikupas dari kulkas.

Arjuna mulai mengambil peralatan memasak. Dengan cekatan dia mulai menghaluskan semua nanas yang baru saja diambil. Wajahnya terlihat serius mengerjakan semua langkah yang diketahuinya.

“Ternyaa kamu bakat menjadi seorang koki.”

Arjuna segera menatap ke asal suara dan mendapati Adolf tengah menatpnya lekat. Seakan memberikan tatapan mengejek. Namun, Arjuna mengabaikannya dan memilih tetap fokus dengan apa yang sedang dikerjakan saat ini.

“Dari  mana kamu bisa membuat selai nanas?” tanya Adolf merasa penasaran. Mulutnya masih sibuk mengunyah makanan dan memperhatikan Arjuna tanpa berpaling sama sekali.

“Dari Sukma. Dulu dia sering....” Arjuna menghentikan aktivitasnya. Hal yang membuat Adolf terdiam seketika. Kepalanya seakan terhantam kenyataan keras yang sejak lama di lupakan.

Kenapa aku mengingatnya, batin Arjuna dengan wajah muram.

“Arjuna, kamu baik?” tanya Adolf dengan wajah was-was. Dia merasa menyesal telah menanyakan hal tersebut.

Arjuna yang mulai sadar mengembuskan napas perlahan. Dia hanya bergumam dan memilih diam. Tangannya sibuk mengaduk selai yang sudah setengah perjalanan. Mengabaikan Adolf yang masih menatapnya lekat.

Kenapa aku hars mengingatnya lagi, batin Arjuna.
_____

Selamat membaca sayangkuh. Jangan lupa tinggalkan like, comment dan tambah ke daftar perpustakaan kalian agar tahu info update selanjutnya. Jangan lupa juga follow Kim agar tahu cerita baru yang Kim post ya.

See you next chapter sayangkuh 😘😘

My Secret WifeKde žijí příběhy. Začni objevovat