BAGIAN 17

9.7K 500 8
                                    

Pilihanku hanya satu. Saat ini aku akan menjalani peranku dalam mencintaimu. Berharap kelak ketika semua berakhir, aku mampu tersenyum bahagia

🥀🥀🥀🥀🥀

Arjuna baru membuka pintu rumah orang tuanya ketika sebuah pukulan keras mampir di wajahnya, membuat pipinya membiru dan bibir mengelurakan sedikit darah. Matanya menatap ke sumber masalah dan mengeraskan rahang. Di depannya sudah ada Adolf dengan pakaian kantor yang tidak lagi rapi.

“Kamu gila, ya? Kamu mau buat adikmu mati,” teriak Arjuna kesal. Pasalnya, dia baru saja pulang dan tidak tahu apa yang sedang dipikirkan pria yang sialnya adalah kakak kandungnya.

“Aku bahkan ingin membunuhmu sekarang juga, Arjuna!” bentak Adolf dengan mata membelalak. Tangannya masih mengepal dengan urat yang sudah keluar.

Arjuna semakin mengerutkan kening dalam. Ada apa? Rasanya dia benar-benar tidak mengerti sama sekali. Selama seharian dia belajar di kampus dan tidak membolos satu mata kuliah pun. Jadi, sekarang apa yang menjadi masalah?, pikir Arjuna sembari membersihkan sisa darah di ujung bibirnya.

“Kamu benar-benar manusia yang tidak berhati, Arjuna. Kamu sudah menikahi Pentry dan kamu mengabaikannya begitu saja. Bahkan saat dia di masa tersulit, kamu bahkan tetap tidak peduli. Kamu menyerahkannya kepada Rama. Di mana otak kamu itu, hah?” teriak Adolf meluapkan seluruh emosi yang sudah tidak tertahan.

Arjuna hanya membelalak ketika mendengar ucapan kakaknya. Dia baru akan menyela dan membela diri ketika satu pukulan kembali melayang, membuatnya tersungkur ke belakang.

“Adolf, hentikan.”

Perintah tegas yang ada di belakang kakaknya membuat Adolf hanya diam dengan kepalan tanga terapung. Arjuna yang melihat menghela napas lega dan segera bangkit. Menatap papanya yang sudah melangkah dengan wajah dingin.

“Hentikan, jangan lakukan itu lagi. Kamu boleh marah atas perbuatan Arjuna, tetapi jangan lukai dia. Bagaiamana pun dia tetaplah adikmu,” ujar Bima meredamkan emosi anak pertamyanya.

“Aku bahkan malu mengakuinya sebagai adikku," tegas Adolf yang memilih pergi ke arah kamar.

Sepeninggalan Adolf, Bima menatap ke arah Arjuna yang masih diam. “Kamu sudah keterlaluan, Arjuna. Papa pikirk setelah kamu menikah, kamu akan bertanggung jawab. Tetapi, sayangnya kamu tetap saja sama,” ucap Bima tegas. Matanya tidak mengisyaratkan kelebutan sama sekali, membuat Arjuna diam dengan wajah menahan kesal.

“Pergilah ke rumah sakit dan temani istrimu di sana. Janhan jadi pria yang cuma mau enaknya saja dan mengabaikan tugas,” perintah Bima dan meninggalkan Arjuna. "Jika kamu membenci Pentry, tidak masalah. Setidaknya pikirkan bayi dalam kandungangannya. Darah dagingmu."

Arjuna menatap papanya yang sudah pergi dengan tangan mengepal. “Aku benar-benar membencimu, Pentry. Kenapa kamu hadir? Kenapa kamu harus mengandung anakku? Seharusnya kamu sudah membuangnya jauh. Itu akan lebih baik. Setidaknya aku tidak perlu terikat hubungan bodoh denganmu,” desis Arjuna.

🍁🍁🍁🍁🍁

“Bagaimana keadaanmu, sayang?” tanya Audi sembari meletakan kotak bekal berisi makanan kesukaan Pentry. Matanya menatap sang anak dengan tatapan meneduhkan. Hal yang selalu dirindukan Pentry  selama beberapa hari ini.

“Kamu sudah makan?” tanya Audi lagi dan mendapat gelengan dari Pentry. Bibirnya masih menampilkan senyum. Dengan cekatan tangannya mulai membuka pelan kotak nasi yang dibawa, menuangan isinya ke dalam piring yang sudah tersedia.

“Itu makanan kesukaan Pentry. Mama yang buat?” celetuk Pentry dengan wajah lebih bersemangat.

“Tentu saja,” jawab Audi yang langsung duduk di ranjang dan mulai menyuapi Pentry.

Pentry hanya mengulas senyum tipis dan menurut. Pasalnya, dia juga merindukan suapan mamanya. Sampai helaan napas terdengar, membuat Pentry menatap mamanya dengan pandangan lekat.

“Mama ada masalah? Apa nenek masih saja seperti dulu?” tanya Pentry cemas.

Audi yang mendengar hanya tersenyum dan menyuapkan makanannya. “Kamu jangan pikirkan nenek. Sejak dulu dia sudah seperti itu. Tetapi, mama yakin, lambat laun nenek akan berubah. Dia akan bisa menerima kenyataannya, saang,” jawab Audi sembari menyentuh pelan pipi  Pentry. “Sekarang yang harus kamu perhatikan adalah kandunganmu. Jangan pikirkan hal lain dan fokuslah dengan kesehatan kalian.”

Pentry yang mendengar mengangguk pelan. Matanya menatap ke arah mamanya lekat. “Ma, kalau nenek tidak juga menerima kita, bagaimana kalau kita pergi saja? Setelah anak Pentry lahir, kita bisa pergi ke suatu tempat dan hidup bahagia bersama,” ujar Pentry dengan tatapan mengiba. Hatinya seakan tidak mengizinkan sang mama menjalani sendiri kehidupan yang terasa menyakitkan.

“Jangan bicara begitu, sayang. Tidak akan ada yang pergi ke mana pun. Mama akan tetap bersama dengan nenek dan kamu akan bahagia dengan Arjuna. Kalian akan membesarkan anak kalian bersama. Jadi, jangan katakan apa pun, oke?” sahut Audi dengan senyum tipis. Namun, hatinya masih tetap berpikir keras, mencerna ucapan Pentry yang seakan memang akan terjadi.

“Teapi, Ma. Pentry merasa....”

“Itu hanya perasaanmu saja, sayang,” potong Audi sembari memberikan suapan untuk Pentry lagi. “Jangan pikirkan hal macam-macam. Jangan mencoba meninggalkan suamimu. Bagaimana pun, dia adalah ayah dari anak yang kamu kandug. Saat ini dia suamimu. Tugasmu hanya berbakti dengannya, apa pun yang terajdi.”

“Menjadilah istri yang baik untuk Arjuna, sayang. Jadilah menantu yang baik untuk orang tuanya,” imbuh Audi dengan maat berkaca.

Pentry yang mendengar hanya diam dan menatap mamanya lekat. Sampai sebuah pintu terbuka, menghadirkan seseorang yang tidak pernah disangka akan datang.

“Mama rasa suamimu sudah datang. Sekarang mama harus pulang. Jangan lupa jaga diri, sayang,” ucap Audi sembari menatap anaknya lekat.

Pentry mengangguk dan mengulas senyum. Matanya menatap sang mama, sampai pitu ruangannya tertutup, meninggalkan dirinya dan juga Arjuna yang hanya diam.

“Kamu ke sini?” tanya Pentry merasa tidak percaya. Matanya menatap ke arah Arjuna yang sudah berdiri di depannya.

“Aku datang karena terpaksa, Pentry. Jangan berpikir bahwa aku merasa bertanggung jawab atas kecelakaan yang kamu alami. Itu semua terjadi karena kamu yang ceroboh,” celetuk Arjuna tanpa perasaan sama sekali.

Pentry yang mendengar hanya menunduk. Rasanya sakit ketika pria yang sudah memberikannya luka tidak berusaha manyembuhkannya sama sekali.

“Lain kali kalau jalan hati-hati. Aku mau tidur dan kalau kamu membutuhkan sesuatu, kamu bisa panggil dokter yang bertugas. Jangan ganggu aku,” ucap Arjuna dengan tatapan dingin.

Pentry hanya mengangguk dan menatap Arjuna yang mulai duduk di sofa ruangannya. Sampai matanya menatap Arjuna memejamkan mata. Menunjukan wajah tenang yang tidak pernah dilihatnya.

“Sampai kapan kamu akan membenciku dan darah dagingmu, Arjuna?” gumam Pentry memutuskan untuk berbaring, menutup mata dengan titik air yang mulai mengalir.

🍁🍁🍁🍁🍁

Pukul 02.00. Pentry membuka mata perlahan. Menyesuaikan pandangannya dengan ruangan sekitar. Sampai dia memutuskan untuk bangkit dan berniat melangkah ke kamar mandi. Namun, matanya menatap sosok Arjuna yang tengah berbaring dengan tangan yang beberapa kali mengusap kulit.

Pentry menatap ke arah AC di ruangannya. Perlahan, dia mulai mengabil remot dan memaktikannya. Memutuskan turun dan membawa selimut yang sejak tadi menutupi tubuhnya dan melangkah ke arah Arjuna tidur.

“Aku rasa kamu kedinginan,” gumam Pentry sembari meletakan selimutnya di tubuh Arjuna. Hingga matanya menatap Arjuna dengan senyum tipis.  Menghapus air mata yang sudah ada di sudut matanya perlahan.

Maaf karena aku tidak akan pernah bisa mewujudkan apa yang mama beritahukan. Karena pria di hadapan Pentry tidak pernah mengharapkan kehadiran kami, batin Pentry dengan senyum pedih. Dia memilih menghindar dan kembali ke ranjang.

🍁🍁🍁🍁🍁

Selamat membaca semuanya. Jangan lupa tinggalkan like, commet dan tambah ke daftar perpusatakaan kalian supaya selalu mendapat notif update-nya sayangkuh. Jangan lupa juga follow Kim supaya tahu cerita baru yang Kim post.

Untuk tahu mengenai info cerita baru dan update lainnya, kalian juga bisa follow instagram Kim di @kimm.meili. Selamat membaca dan maaf apabila ada typo yang bertebaran. Sampai jumpa di next chapter dan tetap jaga kesehatan semuanya 😘😘

My Secret WifeWhere stories live. Discover now