Syekh Muhammad Salman Jalil Arsyad al-Banjari

731 8 3
                                    

Syekh Muhammad Salman Jalil Arsyad al-Banjari merupakan ulama ahli falak yang bernama lengkap Haji Muhammad Salman Jalil bin Syaja'ah (Haji Muhammad Abdul Jalil) bin Amaq, sedangkan Sang Ibu bernama Hj. Antung Aisyah binti Qhadi Haji Muhammad Amin bin Mufti Haji Jamaluddin bin Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Ringkasnya Syekh Salman Jalil merupakan cucu dari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang nasabnya sampai ke Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wasalam jalur Sayyidina Husein. Tidak banyak buku ataupun orang yang mengetahui tentang biografi Syekh Muhammad Salman Jalil atau dapat disebut Syekh Salman Jalil. Berbeda dengan leluhurnya Syekh Muhammad Arsyad seorang ulama fiqih mazhab Syafi'i yang terkenal di seluruh Asia Tenggara dengan kitabnya yang berjudul Sabilal Muhtadin. Syekh Muhammad Arsyad juga merupakan ulama ahli falak terkenal pada zamannya.

Tempat dan tanggal lahir dari Syekh Salman Jalil tidak diketahui secara pasti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tempat dan tanggal lahir dari Syekh Salman Jalil tidak diketahui secara pasti. Karena menurut sang anak, KH. Muhammad Hatim, Lc. Menyatakan bahwa Syekh Salman Jalil tidak pernah menceritakan tentang riwayat hidupnya. Namun dapat diperkirakan beliau lahir pada tahun 1916 M dan meninggal karena sakit pada malam rabu tanggal 27 Oktober 1999 bertepatan dengan 17 Rajab 1420 H pada umur kurang lebih 83 tahun. Beliau dimakamkan di Komplek Makam Sekumpul, dan bersebelahan dengan Syekh Haji Muhammad Seman Mulya.

Syekh Salman Jalil menikah dengan ibu Hj. Salamah sekitar tahun 1940-an dan dikaruniai 10 orang anak, yang terdiri dari 4 orang putri dan 6 orang putra yakni:

1. KH. Sufyan, merupakan salah satu ulama terkenal di Martapura

2. Hj. Antung Sundusiyah

3. H. Ahmad Nu'man

4. KH. Muhammad Hatim Lc yang merupakan mantan wakil Bupati kabupaten Banjar, seorang Hakim Agama di Kota Martapura dan merupakan PCNU kabupaten Banjar

5. KH. Muhammad Wildan yakni ulama besar dan merupakan pimpinan pondok Darussalam Tahfidzul Quran Tanjung Rema Martapura

6. H. Kirmani SE

7. Hj. Armijiyah

8. Hj. Rufa'idah

9. H. Sa'aduddin

10. Hj. Nur Sa'idah

Syekh Salman Jalil merupakan ulama Kalimantan Selatan yang terkenal dengan sifatnya yang wara'. Selama hidupnya, beliau merupakan orang yang selalu haus dengan ilmu yang bermanfaat. Beliau tidak pernah merasa puas ataupun sungkan meskipun beliau harus belajar dengan teman atau muridnya.

Sebelum beliau pergi menuntut ilmu ke kota Mekkah, beliau berguru kepada Qhadi Haji Muhammad Thaha, Haji Ismail Khatib, Haji Abdullah, Haji Acil Lamak, Muhammad Anwar, al-Bajuri, Haji Khalid, Haji Zawawi, Sultan Darap di Priaman.

Syekh Salman Jalil menuntut ilmu di Mekkah kurang lebih 12 tahun bersama dengan sepupunya Haji Abdurrahman Ismail. Selama di Mekkah beliau berguru kepada para wali qutub di Mekkah, seperti Syekh Ba Akur al-Ba'ar, Syekh Ubaidillah Turki dan lainnya. Beliau juga menggali dan berdiskusi berbagai macam ilmu, termasuk ilmu falak kepada teman-temannya yang beliau anggap mapan ilmunya. Salah satunya adalah KH. Hanafiah Gobet yang juga merupakan ahli falak Kalimantan.

Selama sisa hidupnya beliau terkenal sebagai ulama ahli falak, oleh karena itu setelah kembali dari Mekkah beliau mendapat sebutan "Guru Falak" yang dimana beliau aktif mengajar ilmu falak di pondok pesantren Darussalam, Martapura. Tak hanya itu, beliau juga aktif dalam berbagai macam organisasi. Beliau pernah menjabat sebagai pengawas pengadilan agama se-Kalimantan atau disebut sebagai . Dalam dunia politik beliau pernah menjadi salah satu anggota DPR. Beliau juga pernah menjabat sebagai ketua Hisab Rukyat Provinsi Kalimantan, anggota aktif Nahdatul Ulama, dan beliau juga merupakan salah satu tokoh pendiri IAIN Antasari Banjarmasin yang sekarang sudah berganti nama menjadi UIN Antasari Banjarmasin.

Syekh Salman Jalil al-Banjari juga termsuk salah satu guru dari KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani yang lebih dikenal dengan Syekh Sekumpul. Pada tahun 1970 beliau memutuskan untuk pensiun dalam kegiatan mengajar serta organisasinya. Beliau memilih menghabiskan waktu tuanya untuk mengaji kembali kepada dari KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani hingga akhir hayatnya di sekumpul. Masya Allah, betapa tawadhunya beliau dalam menuntut ilmu. Hal tersebut perlu dicontoh oleh generasi millennial, padahal beliau seorang ulama besar, namun tidak sombong dengan kebesaran ilmu pengetahuannya meski yang menyampaikan adalah muridnya.

Kitab Mukhtasaar al-Awqaat Fii 'Ilmi al-Miiqaat adalah satu-satunya karya Syekh Salman Jalil. Menurut keterangan dari anak beliau KH. Muhammad Hatim, Syekh Salman Jalil tidak pernah terpikir untuk mengarang sebuah kitab falak. Hal tersebut dikarenakan walaupun beliau seorang ulama yang sangat menguasai ilmu falak, beliau tidak ingin menyombongkan kebesaran ilmunya dan menyatakan bahwa banyak ahli falak lain yang lebih mapan ilmunya. Oleh karena itu, sebenarnya kitab Mukhtasaar al-Awqaat Fii 'Ilmi al-Miiqaat hanya dijadikan kurikulum dan pegangan bagi santri-santri di Pondok Pesantren Darussalam dalam mempelajari ilmu falak. Namun tidak memungkiri siapa saja yang berkeinginan untuk mempelajari ilmu falak dapat membaca kitab ini. Kitab ini membahas perhitungan-perhitungan falak yang terkait dengan ibadah-ibadah wajib, yaitu perhitungan awal bulan baik, Kamariah maupun Miladiyah, serta perhitungan awal waktu salat dan arah kiblat.

Semoga setelah ini kita dapat lebih mengenal ulama-ulama di nusantara.

Sumber :

https://id.wikipedia.org/wiki/Salman_Jalil_al-Banjari

Ahliyatul Walidah, "Metode Penentuan Awal Waktu Salat Syekh Muhammad Salman Jalil Arsyad Al- Banjari dalam Kitab Mukhtasar Al-Awqat fi 'ilmi Al-Miqat", Skripsi Sarjana Fakultas Syariah IAIN Walisongo, Semarang: 2014. eprints.walisongo.ac.id

F.Y.I. (Fakta yang Informatif)Where stories live. Discover now