Menyebalkan

145 52 51
                                    




Happy reading ♡


























~♥~














"Kau sudah siap?", tanya Kim Taehyung pada adiknya yang baru saja menuju meja makan dengan tergesa.

"Kau tidak sarapan?", laki-laki bersurai hitam legam itu bertanya lagi saat mendapati sang adik hanya meminum setengah gelas air mineral, tanpa berniat menyentuh roti yang tersedia di meja makan.

Kim Nina menggeleng kukuh, "Ayo, kak. Aku buru-buru"

Setelahnya gadis itu melesat cepat, megenakan sepatu dan berlari kecil keluar rumah. Sementara Taehyung hanya berdecak ditempatnya, tangannya bergerak cepat menyambar roti lantas melapisinya dengan selai cokelat.

"KAK!!"

Laki-laki bertubuh jangkung itu segera menenggak segelas air mineral setelah mendengar suara teriakan adiknya di luar. Tangannya menyambar kemeja bermotif kotak dengan paduan warna merah dan hitam -yang tadinya ia sampirkan pada sandaran kursi-, juga mengambil kunci mobil diatas laci.

"Makan ini", pinta Taehyung, menyodorkan roti berisi selai cokelat yang tadi ia buat pada sang adik.

Nina menerima roti itu sambil cengengesan, menggigitnya sedikit sebelum masuk ke dalam mobil.

"Sepertinya aku melupakan sesuatu, dek?", ujar Taehyung saat mereka sudah berada di setengah jalan menuju sekolah Nina.

"Apa?! Masa iya kita kembali ke rumah lagi?"

"Tidak, bukan itu maksudku"

Mata laki-laki itu masih terfokus pada jalanan kota yang cukup ramai pagi ini. Sementara Nina sudah panik, ia sungguh tidak ingin kembali ke rumah lagi. Jika itu terjadi maka ia akan terlambat untuk sampai ke sekolah.

"Aku lupa bertanya padamu, siapa laki-laki yang tiga hari lalu menumpang mobil kita itu?"

Nina tercekat, tangannya bergerak menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

"Teman sekolah", suaranya, pelan.

Taehyung menghela napas dengan mata yang masih fokus pada kemudi, tersenyum tipis. Sesekali laki-laki bermarga Kim itu melirik adiknya yang tampak bingung.

"Kakak juga tahu dia teman sekolahmu. Tapi kan kakak tanya siapa namanya? Siapa orang tuanya? Dan ada hubungan apa dia dengan adik kakak yang cantik ini?"

Demi apa pun Nina tidak pernah menginginkan pertanyaan semacam itu keluar dari mulut kakaknya. Tidak cukupkah hanya teman-temannya yang berlaku begitu padanya dan Mark. Gadis itu sungguh tak habis pikir, bagaimana bisa pertanyaan itu muncul dalam pikiran kakaknya yang terlihat polos. Tolong digaris bawahi terlihat polos.

"Pass"

"Apa?!"

"Pass. Aku tidak mau menjawab pertanyaan kakak yang itu"

"Kau bilang kakak bisa bertanya apa pun waktu itu, kan?"

Nina tercekat lagi, ia kalah telak. Kalimat apa lagi yang harus ia katakan untuk mengelak. Gadis bersurai hitam dengan panjang sebahu itu pening sekarang, ia benar-benar tak ingin lagi mengingat makhluk berdarah dingin bernama Hwang Renjun.

Mengingat bagaimana kejadian lusa saat ia menangis di depan laki-laki itu. Agaknya laki-laki itu tampak khawatir dan panik, tapi saat itu juga Nina memutuskan untuk kembali ke kelas. Meninggalkan laki-laki arogan itu disana bersama kekesalannya.

Semesta √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang