Aku, Kamu dan Kebenaran

123 31 136
                                    







Maafin aku telat banget upnya guys 😣









~♥~











Sudah 3 menit sejak pesan itu terkirim, tapi iris si gadis bagai tak penat memandanginya. Padahal tak jua ada balasan dari lawan bersua, sudah tidur sepertinya.

Gadis itu menghela napas singkat, menarik sudut bibirnya, tersenyum samar. Ia beranjak berdiri dari kursi belajar, menggerakkan tungkainya keluar kamar.

Dua kali enam anak tangga terlampaui, langkahnya berbelok menuju pantri, berniat meneguk tirta untuk mengaliri tenggorokannya. Selepas mengusaikan hasratnya, ia bergeming sekejap, indra pendengarannya menangkap riuh gelak dari arah ruang keluarga.

Atas dasar rasa penasarannya yang tak seberapa, gadis Kim itu mengambil langkah pergi ke sana. Ia menilik, menyembulkan kepala pada daun pintu yang terbuka.

Dua awak berbeda usia tengah duduk di sana -di atas karpet beludru- membelakanginya. Gadis itu tampak mengernyit, memutuskan untuk masuk, mendaratkan badan perlahan-lahan diantara kedua pemuda yang begitu akrab dengannya. Sayangnya satu diantara mereka telah cukup lama tak mengunjunginya, padahal mereka adalah tetangga.

"Apa yang membuat Na Jaemin datang kesini malam-malam begini?"

Dua pemuda itu berjingkat, baru menyadari presensi gadis Kim yang menatap pemuda Na dengan memicingkan netra.

"Dia bilang mau bicara padamu, aku sudah mengirimimu pesan tapi kau tidak membacanya," pemuda di sisi kanannya bersuara dengan manik yang terfokus pada game di layar seluas 60 inci, "Sedang belajar atau sedang berkabar dengan yang lain, dek?"

Kim Nina segera menghadiahi sebuah pukulan pada lengan pemuda yang juga kakaknya itu. Selepasnya ia mulai menatap pemuda Na di sisi kirinya, "Bicara apa, Na?"

Yang ditanya mengendikkan bahu, menjatuhkan pandang pada Taehyung yang masih berkutat dengan joystick di tangannya.

Pemuda berparas tampan itu melirik sekilas Jaemin dengan ekor matanya, seolah paham situasi, ia mulai beranjak berdiri lepas mem-pause game pada layar televisi.

"Hari ini saja ya aku mengalah. Kalian harusnya ingat, ini daerah teritorialku, kenapa malah aku yang terusir?!" Taehyung berlalu seraya menggerutu.

Nina mendengus, menggerakkan bibirnya tanpa suara, mengejek sang kakak. Pemuda Na di sebelahnya hanya terkekeh menanggapi interaksi kakak beradik di hadapannya.

"Bicara apa?" Nina bertanya lagi pada Na Jaemin yang tampak bimbang, ragu harus mulai bicara bagaimana.

Jaemin memutar bola matanya, mengulur waktu, ia memangut sekilas. Lantas mulai menyamankan posisi duduknya, menghadap pada Kim Nina.

"Eh, kau belum mengikat rambutmu. Tunggu akan aku ambilkan ikatnya, di kamarmu, kan?"

Jaemin beranjak bangkit, mengurai jarak bahkan sebelum Nina menyetujui ucapannya. Gadis itu masih terdiam, menatap punggung Jaemin yang mulai memijaki anak tangga ke enam.

Pemuda Na perlahan memutar knop besi, memasuki kamar kawan gadisnya yang telah lama tak ia kunjungi. Langkahnya memelan lepas netranya menangkap eksistensi ikat rambut di atas meja belajar. Tanpa basa-basi selangkanya lekas menyambar.

Ting!

Na Jaemin bergeming, melirik sekilas benda pipih di sisi meja yang sekon lalu berdering. Kelopaknya memicing, menatap layar ponsel yang menyala seusai denting.

Semesta √Where stories live. Discover now