01. Fallin' Flower | S.Coups (#ProtectingYou)

847 72 13
                                    

[Alasan macam apa itu?]

[Dia melepaskan tugasnya begitu saja?]

[Apa kubilang? Dia memang anak mama.]

[Benar-benar tidak kompeten. Ini namanya 'leader'?]

[Mungkin dia tidak kuat memimpin Seventeen yang diambang kehancuran.]


Helaan napas dalam kembali dilakukannya, entah sudah berapa kali dalam satu jam terakhir. Berdiam diri di kamar dengan layar ponsel yang menjadi satu-satunya penerangan membuat segalanya makin terlihat menyedihkan. Jam yang berbunyi sebelas kali dari ruang tengah pun seakan tak mengusiknya. Jarinya sibuk mengusap layar. Matanya lekat-lekat membaca deretan huruf digital, mengundang belati tak kasat mata terus menghujam hatinya.

Ia tahu, yang dilakukannya hanya semakin membuatnya sakit. Ia tahu, yang dilakukannya hanya semakin membuat kegelisahannya makin kuat. Ia tahu, yang dilakukannya hanya semakin membuat monster dalam kepalanya membesar.

Namun, ia tak dapat berhenti. Batinnya seakan mengakui semua yang tertulis di sana; tak bertanggung jawab, melepas tugas, leader tak kompeten. Kalimat-kalimat itu yang terus berputar di kepalanya beberapa minggu terakhir. Tak hanya berasal dari apa yang dibacanya, melainkan berakar dari apa yang ada di pikirannya. Hingga rasa bersalah tak termaafkan terus menyusup dalam benaknya tiap detik.

Mungkin, selama ini ia hanya membebani semuanya. Mungkin, sampai detik ini anggota tim yang lain keberatan dengan keberadaan dirinya, tetapi enggan untuk bersuara. Dan mungkin ...

... semuanya akan makin bersinar jika ia tidak ada di sini.

"!!!"

Lelaki itu terkesiap kala kondisi kamar yang semula gelap gulita, mendadak dihujani cahaya terang, menyisakan kegelapan hanya di luar jendela. Kedua matanya mengerjap. Tubuh tengkurapnya bergeser. Wajah yang semula hanya terarah pada layar ponsel kini melongok ke arah pintu masuk di belakangnya, mengintip figur berambut gelap yang ada di ambang pintu—sang pelaku. "Hei, Yoon Jeonghan, sudah kubilang jangan masuk—"

Ucapan lelaki itu terpotong kala Jeonghan sudah melangkahkan kaki terlebih dahulu. Dengan gerakan tegas, ia menyambar ponsel dari tangan sang pemilik. Sang tuan kamar pun terkejut. Namun, ia hanya bisa menunduk lesu, paham yang dilakukannya akan memancing masalah. Tak protes ataupun mengamuk, lelaki murung itu justru bergeser, beralih duduk di tepian ranjang dengan wajah yang dibuang ke arah jendela tak bertirai selagi menunggu respons rekan satu tim yang kini berdiri di hadapannya.

Jeonghan berdeceh, sebuah kode yang biasanya menjadi pengantar rentetan nasihat panjang lebar berikutnya. "Choi Seungcheol."

Yang dipanggil tak menyahut. Dirinya justru kembali menunduk dalam, enggan mendengar baris demi baris kalimat yang membuatnya semakin tak nyaman di posisi ini.

Di luar dugaan. Bukannya mendapat teguran, ia justru bisa merasakan sisi kasur di sampingnya melesak, menandakan ada bobot tambahan pada permukaannya. Seungcheol menoleh dan mendapati Jeonghan duduk di sampingnya. Kepala lelaki itu mendongak, tak terganggu dengan cahaya lampu yang bisa membuat mata perih.

"Maaf."

Jika ada yang menduga kata itu berasal dari Seungcheol, maka mereka salah besar. Ya, Jeonghan lah yang mengatakan kata itu terlebih dahulu. Seungcheol bahkan sampai menegakkan postur duduknya. "Apa?" Jeonghan tak bersuara. Ia menekan bibirnya hingga membentuk garis tipis, seakan meyakinkan apa yang didengar Seungcheol adalah benar. "Tunggu. Bukannya justru aku yang harusnya minta maaf?"

[⏸️] Fallin' Flower | Seventeen Oneshot(s)Where stories live. Discover now