CHAPTER 1 KELUARGA WILLIAMS

3.4K 176 63
                                    

Sebuah Range rover sport hitam metalik melesat dengan kecapatan sedang, membelah jalanan sepi. Hanya mobil itu yang melintas, tak ada kendaraan lain yang ikut bergabung.

Suasana riuh tercipta di dalam mobil, di kursi belakang lebih tepatnya. Dimana dua anak laki-laki berusia sekitar 10 tahunan, berparas sama persis, tak hentinya berselisih karena memperebutkan game yang sedang mereka mainkan. Mereka kembar identik, memiliki lekuk wajah yang tampan serupa ayah biologis mereka. Chal Williams dan Clay Williams, nama anak kembar tersebut.

Duduk di samping mereka, seorang anak perempuan berusia 13 tahun. Wajahnya yang cantik merupakan warisan dari sang ibu. Sesekali dia mendesah lelah seraya menggelengkan kepala saat tatapannya tertuju pada kedua adiknya yang nyaris tak pernah akur. Dia lelah mendengar pertengkaran dua anak itu, namun dia juga malas untuk sekedar menegur. Akhirnya, dia memilih untuk tak peduli, mengabaikan atensi dua adiknya dan menenggelamkan diri dalam lamunan. Memandang ke luar kaca mobil guna menatap pemandangan sekitar. Linsey Williams terbilang cukup tenang dibanding kedua adiknya.

Sedangkan di kursi depan, sang ibu dari ketiga anak tersebut, Kinsey Williams tengah fokus menatap layar ponselnya. Dia sedang bertukar pesan dengan seseorang.

Kepala Kinsey tertoleh ke samping, pada sosok sang suami yang sedang fokus mengendarai mobil.

" Sayang, aku dapat pesan dari Kaila. Dia dan Roy sudah tiba di Villa."

Pria itu ... Flinn Williams, sedikit menoleh pada sang istri sebelum sebuah anggukan dia berikan. Meski sudah menginjak usia 36 tahun, namun kepribadiannya sama sekali tidak berubah. Dia tetap sosok yang irit bicara dan ketika suaranya keluar, tak jarang ucapan pedas yang terlontar. Kata-kata pedas yang selalu sukses menyudutkan lawan bicaranya sekaligus membuat emosi.

Kinsey sudah terbiasa mendapat respon sesederhana itu dari suaminya sehingga dia tak mempermasalahkannya. Kepalanya menoleh ke arah kursi belakang saat ini, menggelengkan kepala saat menemukan dua putra kembarnya tak hentinya berdebat hanya karena mereka berbeda pendapat tentang sebuah game yang sedang keduanya mainkan.

" Chal, Clay, sudah ya jangan bertengkar terus. Bisa tidak sekali saja kalian rukun?"

Chal mendelik pada sang ibu, dia lahir sekitar 5 menit lebih dulu dari saudara kembarnya.

" Aku yang sedang memainkan game-nya tadi, ma. Clay merebutnya karena miliknya tertinggal di rumah." Sahut anak itu, menjelaskan alasan dirinya ingin merebut kembali game miliknya.

" Aku kan bilang pinjam sebentar, kakak pelit sekali. Masa pinjam sebentar saja tidak boleh?" Clay Menyahut, membela diri agar dirinya tidak disalahkan.

Kinsey mengurut pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut, menghadapi dua anak laki-laki yang baru tumbuh ini memang selalu membuatnya sakit kepala. Mungkin jika hanya ada satu anak laki-laki tak akan membuatnya serepot ini. Dia sendiri heran kenapa 10 tahun yang lalu bisa melahirkan anak kembar, padahal tak ada anak kembar dalam silsilah keluarga suaminya. Sedang silsilah keluarganya, Kinsey sendiri tak tahu menahu.

Dulu Kinsey menganggap kedua anak itu sebagai anugerah terindah. Tapi sekarang, setelah kedua anak laki-laki itu tumbuh besar, dia benar-benar selalu dibuat sakit kepala oleh keduanya.

" Kalian main berdua ya, gantian saja mainnya, jangan berebut."

" Iya, ma. Ini Chal, aku kembalikan game-nya. Dasar pelit."

Anak bernama Clay itu memberengut lucu, dia berdiri dari duduknya, mendekatkan diri pada kursi yang diduduki orangtuanya.

" Kita mau ke rumah nenek dan kakek ya, ma?" tanyanya, hafal arah jalan yang kini sedang mereka lalui. Tidak salah lagi menuju mansion mewah kakek dan neneknya.

TEAM SEVEN (MARGARETH)Where stories live. Discover now