CHAPTER 11 MANSION MISTERIUS

1K 115 39
                                    

Pembagian kelompok sudah dilakukan. Ada lima kelompok dimana setiap kelompok beranggotakan lima peserta. Linsey tergabung dalam kelompok tiga. Tiga rekan satu team-nya berjenis perempuan sehingga hanya ada satu laki-laki dalam kelompok tersebut.

Linsey, Alina, Helen, Minna dan Raiyan ... kelima siswa ini lah yang menjadi anggota kelompok tiga. Masing-masing kelompok diberi satu tenda sebagai tempat untuk beristirahat. Dan di tenda itulah Linsey sedang berada saat ini.

Setelah hampir satu jam mendengar arahan dari para senior, ada jeda untuk mereka beristirahat sampai waktu pelantikan tiba yaitu tepat pukul 8 malam nanti.

Linsey tengah berbaring dalam posisi miring. Dia sendiri di dalam tenda karena keempat rekan satu team-nya lebih memilih menyiapkan perlengkapan untuk nanti malam. Meski ada juga yang memlilih menghabiskan waktu dengan bersenang-senang, bermain di sekitar sungai sebelum malam panjang akan mereka hadapi.

Dari desas-desus yang terdengar, kemungkinan mereka akan menjelajahi hutan untuk mendatangi beberapa posko. Di setiap posko, mereka akan diuji bahkan diberikan tantangan oleh panitia. Ya, kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan dalam pelantikan. Alasan hutan yang dijadikan tempat pelantikan karena mereka merupakan club pecinta alam dimana kelak mereka akan sering melakukan penjelajahan.

Sebagai arena untuk berlatih, begitulah para panitia menyebut acara pelantikan ini.

Semua peserta menyambut dengan antusias, tantangan seperti ini yang mereka nantikan dan menjadi alasan mereka memilih bergabung dengan club pecinta alam alih-alih club lain. Toh hutan yang akan mereka telusuri nanti sudah biasa dijadikan area perkemahan. Keamanannya sudah terjamin, dipastikan tak ada hewan buas di sana.

Dan jika ditilik dengan seksama, hutan belantara itu memang hanya ditumbuhi pohon pinus dan karet. Meski jumlahnya banyak hingga dari luar hutan tersebut tampak menyeramkan.

" Lins ..."

Linsey yang tengah memainkan smartphone-nya itu, menoleh dengan malas. Dia memutar bola mata bosan, mendapati Raiyan yang lagi-lagi mengganggunya.

" Jangan ganggu aku. Pergi sana!"

Raiyan mendesis, padahal dirinya belum benar-benar masuk ke dalam tenda tapi gadis itu sudah mengusirnya mentah-mentah. Dia menggeleng, heran pada dirinya sendiri karena masih bertahan bersahabat dengan orang dingin semacam Linsey.

" Betah sekali di dalam tenda, tidak bosan?"

Linsey tak menyahut, kembali dia berkutat dengan smartphone-nya.

" Linsey."

" Aku ingin istirahat, jangan ganggu."

Raiyan berdecak jengkel, dia akhirnya mendudukan diri tepat di sebelah Linsey yang berbaring memunggunginya.

" Kau tidak tertarik bergabung dengan yang lain? Lihat ... mereka sedang bermain air di sungai. Airnya segar, jernih lagi."

" Aku tidak tertarik." Sahut Linsey, ketus.

" Kalau begitu bantu aku dan Minna menyiapkan perlengkapan kita untuk nanti malam."

Raiyan memperhatikan Linsey yang lagi-lagi mengabaikan dirinya.

" Oi dengar tidak?"

Raiyan yang kesal, mengguncang-guncang tubuh Linsey. Linsey bangun, mendelik tajam pada orang yang senang sekali mengganggu ketenangannya. Pemuda itu menyengir lebar, tak merasa bersalah sedikit pun, membuat Linsey semakin kesal dibuatnya.

" Bisa tidak sekali saja jangan ganggu aku?"

" Yang lain sibuk, kau asyik malas-malasan di sini."

TEAM SEVEN (MARGARETH)Where stories live. Discover now