CHAPTER 3 TIPU MUSLIHAT

1.2K 127 24
                                    

Metta masih duduk bertopang kaki di atas kepala ranjang, dia memiringkan kepala menatap semua orang yang berkumpul di kamarnya. Masih dengan air liurnya yang tak hentinya menetes, tiba-tiba dia tertawa kencang.

" Kalian berpikir bisa menyembuhkanku."

Gadis itu berucap yang tentunya ditujukan pada anggota team seven. Dia menggelengkan kepala masih dengan tawa lantang yang meluncur dari mulutnya, memperlihatkan deretan giginya yang berwarna hitam pekat, tampak menjijikan karena air liur yang masih menetes itu berwarna hijau lumut.

" Kalian pikir, kalian ini siapa? paranormal? Cenayang? Sekumpulan orang yang memiliki kemampuan supranatural?"

Dia kembali tertawa lebih keras dibanding sebelumnya dengan suara yang menggaung hingga dinding kamar terasa bergetar saat gadis itu bersuara.

" Padahal kenyataannya kalian hanyalah sekumpulan manusia naif. Penuh tipu muslihat."

Keempat anggota team seven saling berpandangan, berusaha melakukan komunikasi melalui tatapan mata namun atensi mereka kembali teralihkan ketika suara Metta kembali mengudara.

" Kau ..."

Dengan jari telunjuknya, Metta menunjuk pada Kaila yang tengah berdiri mematung di samping Roy, suaminya.

" Kau berpikir bisa belajar mencintai suamimu." Gadis itu menggelengkan kepala berulang kali, masih dengan tatapan tajamnya tertuju pada Kaila. " Kenyataannya tidak. Kau masih memendam rasa pada sahabat suamimu. Kau mencintai pria itu, bukan suamimu."

Kaila terengah dengan kedua mata membulat sempurna. Bagaimana bisa Metta mengatakan itu tentangnya? dia pun tak habis pikir. Kaila menoleh ke arah samping, mendapati suaminya sedang menatap penuh curiga, seketika Kaila geragapan.

" Jangan dengarkan apa yang dia katakan. Aku sudah tidak mencintai Flinn. Sekarang aku mencintaimu, Roy. Percayalah." Kaila mencoba membela diri, ucapan Metta yang aneh tidak menutup kemungkinan membuat Roy salah paham, terlebih dulu Kaila memang sempat jatuh cinta pada Flinn, ketika dirinya masih bergabung dalam team seven sebelum ada Kinsey.

" Dia berbohong. Istrimu tidak pernah mencintaimu. Kasihan sekali, kau hanya dijadikan pelarian."

" Kau yang berbohong. Roy, jangan dengarkan dia." Kaila menyentuh tangan Roy, menatap penuh permohonan agar suaminya itu mempercayai dirinya dan bukan Metta yang dilihat dari sudut mana pun seolah tengah kesurupan.

" Kau pria yang menyedihkan." Atensi Metta kini tertuju pada Roy. Gadis itu mencondongkan tubuh ke depan, menopang dagu dengan satu tangannya yang tertekuk.

" Selain cintamu pada istrimu yang akan selamanya bertepuk sebelah tangan. Bukankah kau juga selalu iri pada sahabatmu?"

" Dia melebihimu dalam segala hal. Kau sering direndahkan olehnya. Dia disukai banyak orang, tidak sepertimu yang hanya dipandang sebelah mata oleh orang-orang. Di mata sahabatmu, kau hanyalah pelayan yang bisa dia suruh sesuka hatinya."

" Jangan dengarkan apa yang dia katakan, Roy. Dia iblis, penuh tipu muslihat!" Kinsey berteriak, menyadarkan Roy yang mematung seolah nyaris terhipnotis oleh ucapan Metta.

" Aku ... iblis ...?" Metta menunjuk dirinya sendiri, sebelum dia kembali tertawa lebih kencang dibanding sebelumnya.

" Bukankah kau juga keturunan iblis?" tanyanya, dan kali ini Kinsey yang mematung.

" Ayahmu pengikut setia iblis. Kau tahu kebenarannya bukan? Bahkan terkadang kau selalu takut pada dirimu sendiri. Takut pada kemampuan anehmu. Sekarang kau merasa beruntung karena kemampuanmu beralih dimiliki suamimu."

TEAM SEVEN (MARGARETH)Where stories live. Discover now