CHAPTER 13 BONEKANYA HIDUP!

971 116 32
                                    

" Siapa di sana?"

Linsey semakin mengeratkan pelukannya pada sang boneka, tatapan gadis itu tertuju ke arah pintu yang gelap gulita.

Tap ... Tap ... Tap

Suara langkah kaki itu menjadi pertanda bahwa memang ada seseorang di sana, tapi siapa? kenapa orang itu tidak menyahuti pertanyaan Linsey? Berulang kali gadis itu meneguk saliva, rasa takut semakin melingkupi.

" Siapa pun kau, tolong jangan ganggu aku."

Linsey berpikir mungkin sosok yang berdiri di depan pintu itu adalah makhluk halus penghuni mansion.

Nyatanya bukan karena tak lama berselang sebuah cahaya tiba-tiba muncul. Cahaya yang berasal dari lilin yang tiba-tiba dinyalakan sosok misterius tersebut.

" Maaf, apa aku membuatmu takut?"

Orang itu adalah Ellin, sang pemilik mansion.

" Tante Ellin."

" Iya, ini aku."

Wanita bernama Ellin itu berjalan menghampiri Linsey masih dengan tangan yang memegangi lilin.

" Maafkan aku karena masuk ke kamar ini tanpa izin. Aku tidak ..."

" Sssshhhhtttt ..." Ellin mendesis sembari meletakan jari telunjuknya tepat di bibir Linsey. Hingga akhirnya tangan itu beralih mengusap puncak kepala Linsey.

" Tidak apa-apa, kau bebas memasuki semua ruangan di mansion ini. Anggap saja rumahmu sendiri."

Linsey tak mengatakan apa pun. Di matanya sosok Ellin sangat baik dan ramah. Dan entah kenapa Linsey merasa nyaman berada di dekatnya.

Tangan Ellin yang mengusap puncak kepala Linsey tiba-tiba berpindah mengusap rambut sang boneka yang diberi nama Margareth itu.

" Kau menyukai Margareth?" tanyanya.

Disertai anggukan pelan, Linsey membuka mulutnya untuk menyahuti. " Boneka ini cantik."

" Namanya Margareth."

" Nama yang indah." Linsey ikut mengusap rambut sang boneka.

Ellin tersenyum sembari memiringkan kepala, dia mengelus pipi kanan Linsey seolah mengagumi wajah si gadis yang cantik dan manis.

" Kau bisa memilikinya jika kau suka."

Linsey mendongak, mengerutkan alis saat mendengar ucapan Ellin yang tiba-tiba.

" Bukankah Margareth ini milik tante?"

Linsey tak menolak ketika Ellin mengambil sang boneka dari dalam pelukannya. Kini Margareth telah berpindah tangan, berada dalam dekapan erat sang pemilik mansion.

" Benar, dia milik tante. Tante sangat kesepian di sini karena itu tante menyimpan boneka ini. Margareth sudah tante anggap putri tante sendiri."

Linsey merasa prihatin karena wajah Ellin begitu sendu saat menjelaskan alasan dirinya menyimpan boneka itu di kamar bayi ini.

" Orangtuamu sangat beruntung ya karena memiliki putri sepertimu, Linsey."

Linsey seketika menggelengkan kepala, membantah mentah-mentah ungkapan lawan bicaranya.

" Aku selalu merasa orangtuaku tidak menyayangiku."

Ellin berlutut, menyamakan tinggi badannya dengan Linsey. Kembali mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah gadis itu.

" Kenapa mengatakan itu? tidak ada orangtua yang tidak menyayangi anaknya."

" Orangtuaku berbeda." Ucap Linsey, untuk pertama kalinya dia mau berbagi cerita dengan orang lain. Padahal Linsey yang biasa, selalu menutup rapat-rapat kehidupan pribadinya di hadapan orang lain. Di dunia ini mungkin hanya Raiyan yang mengetahui semua hal tentang masalah pribadi Linsey.

TEAM SEVEN (MARGARETH)Where stories live. Discover now