the black story

8.5K 1.2K 317
                                    

jaemin pov











aku sangat menyukai daratan ini, sejak awal aku telah disambut baik oleh orang-orang di dalamnya. pertama kali sebenarnya aku sangat ragu ketika doyoung-hyung berkata kita berdua akan baik-baik saja disini, kami orang asia, sedangkan mereka adalah orang kulit putih, kami inferior mereka superior.

tetapi setelah aku melihat raja jungryiad tersenyum padaku dan menepuk kepalaku dengan lembut, katanya mengingatkan dia tentang anak tunggalnya di rumah, aku segera menepis pikiranku bahwa orang-orang yunani ini berperilaku buruk.

sekarang sudah tiga minggu lamanya aku disini, bahasa yunaniku sudah lancar walaupun aku masih kesulitan menulis. guru pribadiku adalah si anak raja jungryiad, jenoicuss.

doyoung-hyung memberitahuku bahwa jeno masih 10 tahun, dia bahkan belum memiliki kuda sendiri. sebelum aku melihat wajahnya yang kupikirkan adalah jisung, adikku yang sangat lucu itu. aku pasti akan betah karena memiliki sosok adik di tanah yunani.

"jaemin, doyoung, ini anak tunggalku, jeno. mereka berdua ini mulai sekarang akan tinggal bersama kita di istana", ucap raja jungryiad.

tapi ekspektasiku salah, jika jisung memiliki mata sehitam jelaga, jeno memiliki mata biru seperti batu sapphire. jika jisung memiliki garis wajah halus khas ayah kami, maka dia memiliki kesan keras di seluruh sudut wajahnya. kulit pangeran ini sangat putih dan rambutnya berwarna pirang keemasan dengan gaya rambut pendek yang tidak pernah aku lihat di korea.

"baiklah, ayah.", ucapnya singkat tanpa menunjukkan ekspresi apapun, kupikir dia akan membenciku karena ya, aku dan doyoung-hyung adalah orang asing.

'ya sudahlah, anak raja kan memang seperti itu', batinku.

setelah mandi, aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan yang berada di dekat pintu menuju taman belakang istana. aku berniat mencari buku yang dapat membantuku belajar bahasa yunani tapi ternyata aku tidak sendirian, pangeran muda itu telah duduk tenang dan membaca satu buku yang sangat tebal.

apakah aku harus menyapanya? akan sangat tidak sopan jika berada dalam satu ruangan dan tidak saling bertegur sapa.

"pangeran jenoicuss.....", ucapku dengan lirih, sebenarnya aku takut jika yang kuucapkan kurang sopan atau malah salah kalimat.

kulihat badannya yang memunggungiku itu agak terkesiap, mungkin terkejut dengan suara tiba-tibaku. tapi setelahnya dia tersenyum lega, aku ulangi pangeran muda itu tersenyum! ugh, lihatlah mata biru mengintimidasinya itu hilang dan digantikan garis bulan sabit.

'tampan sekali', batinku

"aku kira kamu tidak bisa yunani, jaemin?", tanya pangeran itu.

"saya bisa tapi hanya sedikit, saya lebih mahir bahasa anglosaxon.", jawabku dengan jujur.

akhirnya kami menghabiskan waktu malam itu dengan mengobrol, seperti aku yang memberitahukan padanya darimana aku dan doyoung-hyung berasal, dia yang berjanji padaku akan mengenalkanku pada teman serta saudara-saudaranya, dan juga mengajariku beberapa kata yunani yang tentunya sangat berguna.

'anak raja tidak seburuk itu ternyata', batinku sambil tersenyum

'anak raja tidak seburuk itu ternyata', batinku sambil tersenyum

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Great Palace | Nomin☆Where stories live. Discover now