asian emperor

3.5K 603 127
                                    

sebenarnya, doyoung sudah lama tidak mengenal sepupunya, kalau boleh dibilang jaemin itu agak mengerikan. wajahnya bisa saja tersungging senyuman, tetapi dalam pikiran telah berlarian berbagai kemungkinan keburukan yang akan dilakukan.

sekitar lima tahun yang lalu jaemin baru saja direkrut menjadi badan intel kerajaan. saat itu sedang terjadi masalah semi-kudeta yang dilakukan beberapa orang dari sebuah partai pemberontak, dan tebak, jaeminlah yang menyelesaikannya. tuntas sampai ke akar.

na jaemin pandai menyusun bidak catur, mengaturnya sedemikian rupa, dan meruntuhkannya satu per satu. semua ini didikan jaehyun, pria berwajah surga itu membentuk pikiran serta karakter jaemin menjadi tidak tertebak, pemikir, dan cenderung memengaruhi orang lain.

sepupunya yang dahulu terlihat lugu dan manis, tergantikan dengan jiwa baru yang anggun dan mengintimidasi. setiap langkahnya halus dan berwibawa tetapi juga mencekam, seolah-olah ada suatu energi yang menyelubungi tubuh elok si pemuda na.

"selamat datang pangeran na jaemin dan sepupunya, kim doyoung. ibu suri telah menanti kalian di paviliun utama."

orang yang menjemput mereka dari pelabuhan adalah penasihat kerajaan yang baru, lelaki tambun dan berkumis yang wajahnya menyebalkan. jaemin dan doyoung ingat orang ini, dulunya hanya merupakan staff arsip istana tetapi mungkin selama mereka berdua di yunani, tatanan kerajaan sudah banyak berubah.

"apakah pangeran menikmati kehidupan di yunani? saya dengar penduduknya bar-bar dan tidak beretika, berbeda dengan kita orang korea.", ujar penasihat kerajaan. selama perjalanan menuju istana yang menggunakan kereta kuda, lelaki tambun itu terus menerus mengatakan kalimat yang menjatuhkan wibawa kaum yunani.

"orang-orangnya baik dan rupawan, mode mereka juga sangat bagus, bisa anda lihat dari betapa modisnya pakaian yang saya kenakan. sewaktu saya di yunani orang-orangnya begitu sopan dan tutur katanya halus, apalagi saya tinggal di sebuah istana megah di pusat kota."

penasihat kerajaan terdiam, jelas tahu jika jaemin memang berniat mematikan percakapan antar keduanya, bertahun hilang dari korea ternyata membentuk sifat jaemin yang bertolak belakang dengan sifat lugunya dulu. doyoung yang menjadi pihak pendengar tertawa keras di dalam hati, pikirnya merasa sangat kasihan pada si lelaki gendut dan berkumis itu, bisa-bisanya mengusik ketenangan seorang pemuda yang membantu romawi menuntaskan rezim diktator.

tidak terasa kereta kuda itu sampai di depan pintu gerbang istana, para penjaga yang bertugas di depan kini segera membukakan pintu agar rombongan kerajaan itu dapat masuk. bayangan wajah ibu suri yang angkuh dan jahat menyeruak di otak jaemin, mendidihkan hasratnya untuk menghancurkannya sampai remuk hingga ke tulang.

"apapun yang ada di pikiranmu, enyahkanlah dulu. tunggu sampai penobatan dilakukan dan terserah apa langkah yang akan kamu ambil nanti.", ujar doyoung.

emosi di kepala pemuda na agak mereda ketika suara lembut sepupunya memenuhi indera pendengarannya. seketika kereta kuda berhenti tepat di depan tangga masuk paviliun, sudah sekitar tujuh tahun lamanya jaemin dan doyoung kabur dari istana megah ini membuat mereka agak asing dengan segala hal yang ada.

kedua lelaki bangsawan itu lalu turun dari kereta, tatapan menghakimi atas penampilan yang baru dilayangkan orang-orang. budaya korea pada zaman itu menentang keras pemangkasan rambut, hal ini dianggap tidak hormat karena seolah tidak melestarikan fisik yang diberikan oleh orang tua. sedangkan jaemin dan doyoung, tampil dengan surai sangat pendek di tengah istana.

"yang mulia ibu suri telah menunggu kalian di ruang perjamuan."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Great Palace | Nomin☆Where stories live. Discover now