Chapter 49

20.7K 915 52
                                    

Andrew membasuh wajahnya dengan air untuk menyegarkan kembali pikirannya yang sempat membeku tadi. Butiran air yang membasahi wajahnya mengalir ke bawah mengikuti gaya gravitasi bumi. Dengungan kata-kata dokter tadi terus terngingang di pikiran Andrew membuatnya merasa bingung, kesal dan marah.

"Kenapa di saat seperti ini? Kenapa?" Andrew marah pada dirinya sendiri dan keadaannya saat ini. Ia marah karena perasaan khawatir yang menyerang, mendesak dan bersemayam di dalam hatinya.

Andrew khawatir akan serangan yang mungkin saja di lakukan oleh keluarga Bernoulli  yang bisa saja di luncurkan malam ini, besok atau mungkin lusa.
Jika saja polisi tidak terlibat dengan semua ini, mungkin saja Ia tidak akan sesulit ini dalam menyelasaikan masalahnya. Andrew tidak bisa berbuat banyak karena sekarang pergerakannya masih dalam pengawasan polisi.

Andrew menatap dalam dirinya melalui pantulan cermin dan rasanya Ia ingin hancurkan saja cermin itu demi meluapkan kekesalannya, untung saja akal sehatnya masih berjalan dan masih bisa menahannya untuk melakukan itu.

Andrew berjalan mendekat ke arah Lyra. Berpikir keras untuk tindakan selanjutnya yang akan Ia ambil demi keselamatan Lyra dan juga calon bayinya yang sedang Lyra kandung.

Pergelutan hebat di dalam dirinya bagaikan dentuman guntur yang saling sahut menyahut. Membuat gejolak di dalam hatinya semakin tidak karuan. Ia harus cepat mengambil keputusan sebelum hal yang tidak Ia inginkan terjadi.

Andrew mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi supir pribadinya dan itulah hasil keputusannya. Membawa Lyra pulang malam ini juga.

"Jemput aku di rumah sakit xxx sekarang." Perintah Andrew kepada supir pribadinya di telepon.

Andrew langsung mematikan telponnya saat permintaannya sudah di terima oleh supirnya.

Setelah itu Andrew kemudian langsung menelpon sekertarisnya untuk segera datang ke rumah sakit ini.

"Lusi dimana kau sekarang?"

"Saya di jalan xxx dan sedang arah pulang Pak."

"Bagus kalau begitu. Jangan pulang dulu dan segera ke rumah sakit xxx sekarang juga." Perintah Andrew tegas.

"Rumah sakit xxx?. Baiklah saya akan kesana secepatnya." Jawab Lusi patuh.

Percakapan telepon berakhir.

Andrew menggenapkan sepenuh hatinya untuk melakukan rencana yang lumayan beresiko ini, demi mendapatkan peluang yang lebih baik.

"Maaf bila aku mengganggu istirahatmu. Tapi kita tidak bisa berlama-lama di sini." Ucap Andrew kepada Lyra yang kini masih belum sadar.

Andrew mencabut jarum infus dari tangan Lyra secara perlahan dan setelah tidak ada lagi alat yang menancap pada tubuh Lyra, Andrew membawa Lyra dan menggendongnya ala bridal style.

Andrew keluar dari ruangan Lyra, berjalan melewati lorong kosong rumah sakit. Hal yang mustahil bila Ia tidak ketahuan oleh suster maupun staf rumah sakit lainnya, dan benar saja Ia diberhentikan oleh seorang suster yang sedang lewat.

"Pak mau dibawa kemana pasien kami?" Tanya suster itu.

"Saya harus membawanya pergi dari sini." Jawab Andrew dan kembali berjalan lagi.

Suster itu mengejar Andrew dan menghentikannya lagi. "Tapi Pak Anda hanya boleh pulang saat dokter sudah mengizinkannya pulang. Tolong bawa kembali pasien ke kamarnya dan biarkan Ia beristirahat." Pinta suster itu kepada Andrew dan tentu saja Andrew sangat tidak peduli akan hal itu.

My Abnormal HusbandWhere stories live. Discover now