3

8.3K 752 30
                                    

Jeno memasuki rumah keluarga Natala sore ini, tentu saja setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan di kantornya.

Para maid menyapa hanya diberi anggukan oleh nya. Tak ada tanda tanda keberadaan Wina maupun Yuda.

Ah Jeno ingat tadi siang Wina dan Yuda mengatakan mereka ada urusan penting dan harus segera pergi ke China. Jadi dapat Jeno pastikan kedua nya mungkin sudah berangkat.

Ia langsung saja melangkah ke kamar lantai atas dengan pintu bertuliskan Princess Nana Dengan pelan ia membuka pintu dan mendapati Nana sedang tertidur pulas.

Jeno mengulas senyum di bibir nya, pandangannya kemudian tertuju pada album foto yang ada di samping Nana.bLembar demi lembar Jeno buka.

Foto nya dan Nana waktu kecil ada juga bersama Mark, Echa, dan Hendery kakak nya Echa.

Ia mengingat bagaimana dia berebut Nana dengan Echa dulu, menarik narik tangan Nana hingga Nana menangis kemudian disusul mereka berdua yang ikut menangis karena tangisan Nana.

Wajah Nana dulu begitu cubby dan sekarang malah terlihat begitu tirus padahal Nana makanya banyak.

.....

Nana terbangun tenggorokan nya terasa sangat kering, Namun aneh nya ia merasakan ada beban menimpa pinggang nya.

Sebuah tangan, yang sudah bisa ditebak punya siapa.
Ia melirik jam di meja nya sudah jam 10 malam, perut nya lapar sekarang. Ia pun berusaha melepas pelukan Jeno.

Kepala nya masih terasa lumayan berat. Tetapi jauh lebih baik dari kemarin. Nana pun turun dari tempat tidur perlahan.

Ia turun ke bawah menuju dapur, Para maid seperti nya sudah tidur. sebenarnya para make pasti sudah menyiapkan makan malam tetapi makanan itu terlalu berat untuk Nana makan malam malam seperti ini. Ditambah kondisi nya sedang tak baik untuk menyantap makanan berat. Jadi Nana berinisiatif membuat bubur sendiri.

Ditengah kegiatan mengaduk bubur, Nana mendengar teriakan Jeno memanggil manggil nama nya dan mencari cari keberadaan nya. Nana mengecilkan kompor nya lalu pergi ke kamar

"Aku di dapur Jen, ayo turun," Ucap Nana.

Jeno pun mengikuti Nana turun ke dapur.

"Jeno mau makan? Seperti nya para maid sudah mempersiapkan makanan tinggal di hangatkan saja."

Jeno tak merespon ia masih mengumpulkan kesadaran nya.

"Astaga!" kejut Nana lagi pasal nya Jeno cepat cepat memeluk nya. Tangan nya hampir terbakar nyaris menyentuh pan.

"Nana harus dipeluk, nanti Nana pusing berdiri lama lama."

Jeno mendusalkan hidung mancung nya di leher Nana. Nana hanya mencebik kan bibir nya.

"Aku sudah membaik, bahkan sudah sembuh Jen."

"Tidak pokok nya Nana harus dipeluk," ucap Jeno lagi ia bahkan lebih mengeratkan pelukannya.

Nana bisa apa selain terima terima saja diperlukan seperti itu.

"Nah Sudah selesai ayo duduk," sahut Nana.

Jeno pun ikut mengambil makanan karena ia memang belum sempat makan malam dan malah tertidur di kamar Nana tadi.

"Masih radang nya ya na?" Tanya Jeno saat melihat Nana hanya makan bubur.

"Tidak, hanya saja terlalu berat untuk ku makan makanan itu di malam hari Jen."

"Maaf ya na gara gara aku kau jadi demam, dan maaf baru sempat kesini sekarang."

That's OkayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang