8

5.8K 537 13
                                    

Jeno berjalan tergesa gesa menuju ruangan Jeff setelah  tadi mendapat kabar kalau ia menemukan pelaku yang meneror Nana.

Langkah nya sangat cepat menuruni setiap pijakan anak tangga menuju ruang khusus di bawah tanah basecamp mereka.

Ia melihat sosok seseorang laki laki yang sama sekali tidak dia kenal disana.

"Daddy yakin ini orang nya?" Tanya Jeno.

"Ya anak buah Daddy telah mendapatkan bukti nya."

Jeff melemparkan beberapa lembar foto barang bukti yang dilampirkan oleh anak buah nya.

"Baiklah tak penting siapa dirimu, tapi siapa yang menyuruhmu?" Tanya Jeno dingin.

"Tidak ada yang menyuruh ku untuk melakukan ini!" ucap si pelaku.

"Aku tanya siapa yang menyuruhmu?" Bentak Jeno.

"aku bilang tak ada siapapun!" ulang nya lagi.

"Apa kau perlu banyak uang agar kau mau bicara?"

"Aku tak membutuhkan uang mu," ucap nya.

"Baiklah kalau memang tak ada yang menyuruh mu lalu untuk apa kau meneror Tunangan ku? Dimana kau mendapatkan potongan pakaian yang dipakai nya waktu itu?"

"Hanya ingin mengetes saja, gadis lemah itu memang masih tak ada apa apa nya," sahut nya tanpa rasa bersalah.

"Keparat hentikan mulut busuk mu itu sebelum aku robek dengan tangan ku!" geram Jeno memukul orang itu.

"Jeno jangan sampai dia mati. Kita tak menemukan informasi apapun!" Ingat Jeff yang kemudian melenggang pergi.

Jeno pun menghentikan pukulan nya, menatap tajam orang dihadapan nya seolah berniat menguliti nya hidup hidup.

"Jangan berikan dia makanan dan minuman sampai dia mau mengaku. Siksa saja sesuka kalian asal bajingan ini tidak mati," ucap Jeno ikut menyusul Daddy nya.

.....

Nana kembali melakukan rutinitas nya seperti biasa.
Kuliah ditemani Juni kemana mana kalau memang gadis keturunan China itu ikut merasa was was atas hal yang menimpa Nana beberapa hari yang lalu.

Nana rasa nya sangat lelah dibuntuti terus oleh orang orang kesayangan nya akhir akhir ini. Di kampus Juni.  belum lagi tunangan nya Jeno yang juga bahkan lebih overprotektif pada nya. Berulang kali ia meyakinkan pada orang orang sekitar nya bahwa ia akan baik baik saja.

Bahkan psikiater sendiri juga sudah mengatakan kalau Nana baik baik saja. Tapi seolah tuli semua orang disekitar nya tetap menempeli nya akhir akhir ini.

"Jun, aku hanya akan ke toilet, jangan izin juga," ucap Nana karena ketika ia berdiri Juni malah ikut.

Juni meringis kemudian hanya mengangguk membiarkan Nana pergi ke luar ruang kelas dan ke toilet sendirian.

Agak  was-was sebenarnya, Juni bahkan tak konsen saat menunggu Nana kembali ke kelas. Tapi untung saja Nana kembali dengan keadaan baik.

Mereka kembali mengikuti kelas sebelum akhir nya pergi ke sebuah cafe setelah kelas yang panjang berakhir
Renjun sedang pergi memesan makanan tiba tiba handphone Nana berdering
Nana mengernyit pesan dari nomer tidak dikenal
Ia menegang saat membuka nya

From : +7302629xxx

Aku selalu mengawasi mu

"Kenapa?" Tanya Juni yang baru kembali setelah memesan.

"Tidak bukan apa apa," ucap Nana.

"Kenapa wajah mu begitu?" Juni tentu saja masih penasaran.

Nana menghela nafas.

That's OkayOnde histórias criam vida. Descubra agora