ENAM

684 55 2
                                    

Mulut bisa berbohong,namun tidak dengan hati.
~Azmi Rohadatul

"Kasihan ya Dita pasti sakit digituin"

"Sabar ya taa"

"Emang si Dina kurang ajar"

"Padahalkan Dina sama Dita temenan,Masa tega sih sahabatnya sendiri nikung sahabatnya"

"Dita kan Cantik masa si ziyad milih si Dina sih?"

"Otw gebet si Dita ini mah"

"Sayang ya,yang Cantik malah disia-siain"

"Bener-bener tuh si Dina ngerebut si ziyad"

"Kuat bener si dita,kagum gue"

"

Biarin lah ziyad diambil si Dina,asalkan gue bisa sama si Dita"

Beberapa tanggapan siswa dan siswi yang mendengar kabar bahwa Dina Dan ziyad telah mengumumkan hubungan berpacarannya tersebut.

Bagaimana denganku?apakah diriku hancur?ya!.

Apakah perasaan ini sudah tidak Ada lagi artinya?ya,tentu!

Apakah aku ikhlas melepaskan semua ini?ya,tentu saja.

Aku akan melepaskan seseorang yang aku sayangi demi sahabatku sendiri.

Bodohkah Aku?bukankah jawabannya pasti "iya".

Aku hanya berharap Dina tidak pernah mengetahui perasaanku sebelumnya pada ziyad,tapi sepertinya sudah terbongkar begitu saja.

Aku berjalan beriringan dengan Citra,ya mungkin dia benar sahabatku?

Aku hanya meminta jangan putuskan Tali persahabatan ku dengan Citra demi seorang lelaki.

Sesampainya aku dikantin,seseorang dari belakang menarik tanganku.

Refleks aku membalikkan badanku.

Plak!!

"Maksud lo apaan bilang kesemua orang gue rebut ziyad dari lo hah?"sambar Dina setelah menamparku.

"Eh maksud kamu apaan?"ucap Citra menarikku kebelakangnya.

"Maksud gue apaan?tuh temen lo yang apaan!"sambar Dina berapi-api.

"Jadi Dita sekarang Bukan lagi sahabat kamu din?"ucap Citra yang menaikan beberapa tingkat volume suaranya.

"Bukanlah,buat apa gue temenan Sama cewek perebut cowok orang"ucapnya Menyingungkan senyumannya dan menelungkupkan tangan didepan dadanya.

Bagaikan disambar petir tengah hari seperti ini,sahabatku semasa kecil namun akan berakhir seperti ini.

"Na maksud kamu apaan?"ucapku membuka suara.

Kini perdebatan kami semakin panas,semua orang yang berada di Kantin menonton perdebatan kami.

"Maksud gue,gue gak bakal mau te-me-nan lagi Sana cewek kayak lo,ngertiii?"ucapnya mengeja kata tersebut.

"Din,maksud lo apaan sih,Dita kan temen kamu"ucap ziyad membuka suaranya.

"Bee harusnya kamu Bela aku,Aku ini pacar kamu..."ucap Dina berhadapan dengan ziyad.

"Mereka bilang Aku rebut kamu dari cewek murahan ini"sambung Dina menunjuk kearahku.

"Memang yang dibicarain semua orang ini emang bener,kamu udah ngerebut aku dari Dita!"ucapnya yang emosinya kian memuncak.

Tiba-tiba seorang tentara yang mengantar aku kesekolah dan ketua BP menyamperi kami.

"Ini Ada apa?"ucap bapak yang bernama Deni tersebut.

"Cewek Itu Pak"ucap Dina menunjukku dengan tangan yang masih dilipat.

"Dita?"ucap pak Deni melirik kearahku.

"Ikut saya ke BP"ucap pak deni meninggalkan kerumunan mendadak tersebut.

Aku melangkahkan kaki duluan sembari memegang sudut bibirku yang lebam dan sedikit mengeluarkan darah segar.

"Hey..kamu"ucap tentara itu mencoba menyetopkan langkahku.

"Bibirmu?"ucap tentara itu lagi.

Aku hanya mengangguk Lalu berjalan beriringan menuju ruang BP dengan Citra.

"Ta maaf ya gara-gara Aku kamu masuk BP"ucapku ketika akan memasuki ruang BP.

"Sans aja dit"ucapnya tersenyum Dan membuka pintu BP.

Kita pun duduk berhadapan dengan Pak Deni.

"Ada apa tadi?"ucap Pak Deni kelewatan dingin kayak kutub utara.

"Dina nampar Dita Pak"ucap Citra masih membelaku.

"Dita?"ucap Pak Deni melirikku.

Aku mengangkat kepalaku tanpa menutupi bibir lebamku.

"Ini cuma salah faham Pak"ucapku tersenyum.

"Cewek Itu yang rebut ziyad dari Aku"ucap Dina membela dirinya sendiri.

"Dina yang rebut Bukan Dita Pak"ucap Citra masih membela.

"Bukannya kalian sudah berteman sejak masuk sekolah ini?"tengah Pak Deni.

"Ya memang Kita berteman pak,tapi pertemanan Kita hancur karna Satu lelaki!"ucapku menekankan kata hancur

JANGAN PERGI WAHAI PRAJURIT NEGARAKU  |  TAMAT   Where stories live. Discover now