TUJUH BELAS

589 44 0
                                    

"jangan pergi....."rengeku yang duduk disebelah Ade.
"Loh kok bee"ucapnya mengelus pucuk rambutku.
"Jangan iiih"kataku yang Tak merasa ikhlas.
Entah karena benar-benar perasaanku yang mengganjal atau karena takut akan Hal yang 3 Bulan Lalu terulang kembali.
"Pulang yaa..."ucapku menatapnya dengan lekat.
Ia Hanya menganggukkan kepalanya Lalu menggelengkan kepalanya lagi.
"Loh"ucapku yang semakin berprasangka campur aduk.
"Aku bisa Janji Aku bakal pulang,tapi aku bakal pulang entah Itu ke kamu Dan keluargaku,atau ke pangkuan-Nya"ucapnya yang berhasil membuat hati kecilku terketuk begitu saja.
"Kamu bicara apa?"ucapku yang semakin Tak karuan.
"Kamu bakal pulang kak,abis Itu Kita pengajuan"ucapku meyakinkan dirinya.
"Aku apel dulu..."ucapnya Tak menjawab perkataannya tadi.
Setelah selesai apel semua tentara yang akan diberangkatkan,diberi waktu untuk menemui keluarganya,sebelum dinyatakan berangkat menggemban tugasnya Bagi negara.
"Aku berangkat jangan lupa,makan,minum,sholat,kerja keras terus buat bisa jadi ibu wara,semangat latihannya,jangan lupa baca bukunya,Aku bakal kabarin kamu kalo Ada waktu senggang...."ucapnya memegang kedua pundakku.
Aku mengangguk Tak bisa menahan tangisku yang sedari tadi sudah kubendung.
"Kakak juga ya,Janji bakal pulang,semangat ya,jangan teledor"ucapku mencoba menguatkan diriku dengan sebuah senyuman.
"I love you bee"ucapnya tersenyum kearahku.
"Love you...."ucapku kemudian dipeluk erat olehnya.
"Pulang ya jangan sampai terluka karena apapun,Aku gak mau Itu terjadi sama kamu"ucapku berbisik.
"Aku berangkat...."ucapnya meleraikan pelukan tersebut.
Aku mengangguk menutup mulutku.
Air Mata yang sudah menetes dari tadi,mungkin Bukan lagi tetesan melainkan aliran seperti air terjun Lah yang kubuat dipipiku sekarang Ini.
Dia berjalan menuju sebuah helikopter yang akan membawanya pergi jauh dari hadapanku.
Tubuhnya yang gagah,dengan kacamata hitam yang setia bertenger manis dihidung lancipnya.
Seragam kebanggaannya yang tetap setia melekat ditubuh kekar Nan indahnya,baretnya yang menutupi potongan rambut yang bermodel cepak abri Itu.
Shotgun yang selalu ia dekap,menambahkan kesan gagah seorang prajurit negara.
Dan tak lupa juga tas ransel besar yang ia gendong melengkapi semuanya.
Ia melirikku lagi untuk terakhir disore Hari ini.
Dia hanya tersenyum pasi Lalu menganggukkan kepalanya.
Aku melambaikan tanganku yang sudah bergetar dari tadi.
Mau Bagaimana pun dia akan tetap pergi,demi keamanan bumi pertiwi ini.
Kak Ade atau Bagas yang sering disebut oleh bunda Dan ayah,ia mulai menaiki helikopter yang Akan memisahkan Kita untuk beberapa hari.
Bukan,Bukan hari menurutku melainkan minggu,bahkan lebih bisa Pula bulan,bukan?
Tak terasa beberapa menit yang lalu tubuh kekarnya masih berada disampingku,menemani setiap waktuku,ya walau tidak setiap saat.
Aku pulang dijemput bunda,tapi Aku harus berjalan beberapa kilo meter menuju pos polisi.
Katanya biar aku sehat,ya bunda nya aja yang maleskan.
Kini cuaca menyamai diriku,mendung namun sepertinya bukan berarti hujan akan datang Pula.
Tak lama kemudian sebuah air dari langit menguyur bumi dengan sekilat Mata.
Aku mencoba meneduh didepan pos polisi.
Jalanannya masih tidak berubah masih ramai orang berlalu lalang.
Aku duduk dikursi yang disediakan didepan pos polisi tersebut.
Ketika aku sedang melamun mungkin membayangkan kak ade,Aku mengkhawatirkannya?,ya tentu sudah kita berjauhan,dan cuaca yang tak memungkinkan menambah kekacauan dalam hatiku.
"Permisi Mbak...Ada yang bisa Saya Bantu?"ucap seorang polisi yang menggunakan masker tersebut.
"Oh enggak Pak,Saya cuma ikut nunggu aja"ucapku berdiri mengimbanggi tingginya.
"Loh?"ucap lelaki itu menunjukku lalu membuka maskernya.
"Kak zi?"ucapku masih tidak menyangka.
"Dita..bener kamu ini kan?"ucapnya memegang pundakku kemudian aku menggerakan sedikit tubuhku agar tangannya terlepas dari pundakku.
"Aku selama ini Cari kamu...gimana kabar kamu?"katanya mengiringiku duduk.
"Ya gini"ucapku meliriknya.
"Habis dari Mana?kok hujan hujanan?"katanya yang sepertinya so peduli denganku.
"Abis nganter pacar pergi tugas!"kataku dengan sedikit angkuh.
"Em...oohhh"ucapnya yang tadi semangatnya mengebu-gebu kini down seketika.
"Mau pulang?"katanya lagi.
Aku hanya mengangguk lalu celingukan mencari keberadaan Mobil bunda yang Tak kunjung datang.
"Yaudah Aku antar"ucapnya lalu berdiri.
"Eh gak usah kak,lagian bentar lagi bunda datang,lagian kakak juga lagi nugas kan?"kataku sedikit Tak enak.
"Ini udah mau maghrib loh ya,lagian bagian ganti ship"ucapnya mencoba membujukku.
"Yaudah ayo deh..."ucapku terpaksa.
Setelah sampai dirumah aku mempersilahkannya untuk duduk.
"Bun kok gak dijemput sih?"ucapku menghampiri bunda yang sedang didapur.
"Masya allah...Dita bunda lupa...bunda ingetnya kamu bawa Mobil"ucap bunda menyimpan pensil gambarnya.
"Kan Mobil Dita dibawa ayah bun"ucapku menuangkan air hangat kedalam gelas.
"Lah kamu pulang sama siapa?"ucap bunda membereskan alat kerjanya,memang tidak aneh lagi jika Buda mengerjakan pekerjaannya didapur,beliau pernah bilng katanya lebih klop aja gitu kalo didapur.
"Sama kak ziyad,temenku waktu SMA"kataku membawa nampan berisi coklat panas tersebut.
"Diminum dulu kak"ucapku mengasongkan gelas tersebut.
"Eh ziyad ya...makasih udah anterin Dita,tante lupa loh kalo dia gak bawa Mobil"ucap bunda yang menerima salaman tangan ziyad.
"Iya gak apa-apa tan...kalo Ada apa-apa bisa aku Bantu kok"ucapnya so manis.
Lah kenapa aku bisa sesewot ini ya?
Yaiyalah,dia tuh cowok gak tau diri,Aku yang suka sama dia tapi dia malah Nembak sahabat aku sendiri.
Sahabat yang kukenal sejak kecil,sahabat yang kukira dia tidak akan seperti pertemanan orang lain diluar Sana,tapi apa?dia sama halnya dengan orang lain yang bersahabat.
Aku disini tidak menyalahkan Dina,seburuk perbuatannya padaku, aku akan tetap anggap dia sahabat.
.
.
Next vote ya readers🙏🤗

JANGAN PERGI WAHAI PRAJURIT NEGARAKU  |  TAMAT   Where stories live. Discover now