"Budayakan vote sebelum membaca dan comment setelah membaca. Happy reading."
BAGIAN LIMA || PERHATIAN YANG TERTARIK
•FOR(GET) THE MEMORY•
"Ada yang mengatakan jika orang misterius selalu menarik perhatian. Bukan karena penampilannya yang aneh, melainkan karena sikapnya. Dan aku setuju dengan pendapat itu."
~Kayla Syafira~
***
Bel pulang telah berbunyi delapan menit yang lalu.
Di sinilah aku berada. Di halte bus, menunggu kendaraan roda empat tersebut datang.
Reta sempat mengajakku pulang bersama, tapi aku menolaknya karena arah rumahku dengan rumah Reta berbeda. Dan akhirnya dia lebih dulu pulang setelah mengatakan 'hati-hati' kepadaku.
Aku kembali menatap ponsel yang sedari tadi aku pegang. Ada satu pesan yang dikirim oleh Ayahku beberapa menit lalu.
Sayang, Ayah minta maaf ya gak bisa jemput kamu hari ini. Ada meeting dadakan. Kamu pulang naik bus aja ya. Sekali lagi Ayah minta maaf. Love you.
Masih tetap sama kalimatnya. Tidak akan berubah meskipun aku melihatnya berkali-kali.
Jangan heran jika aku diperbolehkan membawa benda tipis ini ke sekolah. Meskipun masih SMP. Sebenarnya ada larangan membawa ponsel atau sejenisnya ke sekolah, tapi entah alasan apa pihak sekolah mengizinkanku membawanya. Aku menyetujuinya saja, toh tidak ada masalah bukan? Termasuk pilih kasih bukan, sih?
Aku menarik resleting jaket yang sempat Ayah berikan tadi pagi, menutup kepalaku dengan tudungnya berharap orang lain tidak mengenaliku. Aku bersyukur karena Ayahku sempat melemparkan jaket ini kepadaku. Benda ini sungguh menyelamatkanku.
Aku menatap jam di tanganku. Pukul satu lebih tiga puluh sembilan menit. Masih ada enam menit sebelum bus biasanya datang.
Aku memilih berdiri karena tempat duduk halte telah penuh terisi murid-murid SMP Kita Bisa dan beberapa murid sekolah lain yang sama-sama menunggu angkutan itu.
Tiba-tiba sebuah tepukan mendarat di pundakku. Sedikit terkejut, aku menoleh dan melihat siapa pelaku tersebut.
"Syukurlah, Kayla. Kamu belum pulang." Seorang siswi perempuan. Kelas VIII. Aku tau dari identitas yang menempel di bajunya. "Aku butuh banget bantuan kamu. Sekarang," ujarnya kemudian. Siswi itu mengatur napasnya yang saling berkejaran.
"Mmm... Ada apa ya? Kok kamu keliatan ngos-ngosan banget," tanyaku sembari memasukkan ponsel ke saku rok. "Bukannya sekarang udah jam pulang?"
"Iya. Ini udah jam pulang. Tapi Bu Mira menyuruhku untuk mengumpulkan tugasnya hari ini juga. Dan aku belum selesai," jelasnya cepat. "Aku bisa dihukum jika tidak mengumpulkannya hari ini."
"Terus apa hubungannya dengan aku?" tanyaku dengan alis bertaut.
"Kayla, please tolong aku. Tugasku belum selesai. Tolong bantu aku menyelesaikannya. Please..." Siswi itu memohon, mengatupkan kedua tangannya.
"Tapi aku mau pulang, dan tiga menit lagi bus datang. Jika aku membantumu aku bisa ketinggalan bus itu." Aku menolaknya dengan mengucapkan alasan yang ada. Berharap siswi itu mau pergi meninggalkanku dan kembali mengerjakan tugasnya.
"Please, Kay. Masih ada waktu, lagian bus itu juga belum datang." Siswi itu terus memohon yang membuatku risih.
Iya, aku tau sekarang memang belum datang. Tapi tak lama lagi pasti kendaraan itu datang.

YOU ARE READING
FOR(GET) THE MEMORY [On Going]
Fantasy"Tentang kisah yang direncanakan." Aku tidak menyangka jika diriku menjadi alasan diciptakannya sebuah permainan dunia mimpi. Sebuah permainan yang telah ada 1000 tahun lamanya. Dan di saat aku masuk ke dalamnya, di saat itulah kehidupanku berubah t...