"Budayakan vote sebelum membaca dan comment setelah membaca. Happy reading."
BAGIAN DUA PULUH LIMA || RASA SAKIT YANG BERTUBI
•FOR(GET) THE MEMORY•
"Mereka akan berlari secepat rusa untuk bisa bertemu dan meminta bantuanku. Namun, saat aku membutuhkan bantuannya, mereka akan menjadi harimau dan berlari menjauh dariku."
~Kayla Syafira~
***
"Kamu tau, Kayla? Selalu ada dampak yang kita dapatkan dari setiap masalah yang menimpa. Positif ataupun negatif."
Perkataan Stefian waktu itu terngiang di kepalaku. Entah apa maksud dari perkataannya.
"Maksudnya?" Aku bertanya bingung.
Stefian tersenyum. Manis. Ditambah lesung pipinya yang terbentuk ketika dia menarik sudut bibirnya. "Seperti sekarang ini. Aku tau, pasti kamu sangat sibuk sebelum permainan dunia mimpi ini terjadi. Setiap minggu, kamu harus keluar sekolah untuk mengikuti perlombaan. Setiap hari, kamu harus menyampaikan ilmu-mu kepada orang yang bertanya. Dan setiap saat, kamu harus bisa menjaga fisikmu agar selalu terlihat tegar. Terus tersenyum meskipun kamu sedang tidak ingin melakukannya."
Alisku terangkat kala itu. Menunggu lelaki di depanku melanjutkan perkataannya.
"Bukan hanya kamu yang merasakan hal tersebut. Aku, dan semua orang yang berada di dunia mimpi itu merasakan hal yang sama sepertimu. Mereka terus berakting bahwa dirinya baik-baik saja. Kita harus bersabar dan terus melakukan hal yang tidak diinginkan oleh kita, sama sekali. Meskipun pada akhirnya kesabaran yang dimilikinya telah mencapai puncak.
"Dan tanpa kita sadari, kita mulai terbiasa dengan akting itu. Terus memasang topeng untuk bisa terlihat sempurna di mata siapa saja, hingga lupa ekspresi kita yang sebenarnya."
Memang seperti itu yang aku rasakan sebelum mimpi aneh ini menjemput. Tapi aku tidak terlalu keberatan akan hal itu. Selagi aku bisa, maka aku akan mencoba membantunya. Ya, meskipun-kadang-ada orang yang memaksa karena aku menolak untuk menolongnya.
"Sekarang, kita bisa menikmati waktu yang telah disita oleh kenyataan. Karena mereka melupakan kita. Tak ada lagi nama kita di dalam ingatan mereka. Kita bebas. Kita bisa menggunakan waktu dengan sepuasnya tanpa ada aturan yang membuat kita lupa akan masa yang harus dilalui oleh anak usia remaja. Dan sekarang kita bisa melepaskan topeng kita. Kita bisa tertawa, menangis, dan melakukan apapun tanpa ada yang mengingatnya. Karena setelah kita tak bertatap muka selama satu menit, maka semua kenangan yang telah kita lakukan bersamanya, lenyap seketika."
"Tapi, Stef. Bukan seperti ini yang aku inginkan." Tetap saja aku tidak setuju dengan pendapatnya. Aku sama sekali tidak keberatan membantu orang di sekitar. Asalkan hal itu positif dan bermanfaat, maka aku akan melakukannya.
"Jadi kamu ingin selalu dihantui oleh tugas dan pertanyaan-pertanyaan gampang, yang bahkan sudah tertera jelas di buku? Hanya karena ada kamu, mereka selalu mengandalkan ilmu-mu? Bodoh."
Aku menggeleng tegas. Perkataan Stef tidak sejalan denganku.
"Ah, kamu takkan pernah merasakan apa yang aku alami saat ini dan sebelumnya. Karena kamu terbiasa sendiri. Tanpa teman, dan tanpa orang tua yang menjagamu. Meskipun guru-guru sering memujimu karena kamu pintar, tapi tidak ada yang benar-benar sayang padamu. Mereka melakukannya karena kamu berharga, Stef. Tidak lebih."

YOU ARE READING
FOR(GET) THE MEMORY [On Going]
Fantasy"Tentang kisah yang direncanakan." Aku tidak menyangka jika diriku menjadi alasan diciptakannya sebuah permainan dunia mimpi. Sebuah permainan yang telah ada 1000 tahun lamanya. Dan di saat aku masuk ke dalamnya, di saat itulah kehidupanku berubah t...